Latar Belakang Bapak. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB selaku Dosen Pembimbing Skripsi II

4 Berdasarkan penelitian Septi uli rahmi 2009 yang berjudul Analisis perbandingan kinerja pasar modal syariah dan konvensional di Indonesia dengan pendekatan volatilitas return studi kasus saham JII dan LQ45 di BEI tahun 2006 - 2008, menjelaskan bahwa saham syariah yang tergabung dalam JII memiliki kinerja relative lebih baik pada persistensi jangka pendek, sedangkan saham konvensional atau LQ45 relative lebih baik pada persistensi jangka panjang. Konsep beta sangat membantu investor dalam melakukan keputusan investasi. Jika investor menduga saham akan naik atau bullish , maka investor akan memilih saham dengan beta yang tinggi sehingga returnnya akan tinggi. Sebaliknya ketika investor mempunyai ekspektasi saham akan turun atau bearish, sebaiknya investor menjaga investasinya dengan saham yang mempunyai beta kecil sehingga penurunan harga saham tidak akan terlalu besar. Atas dasar pertimbangan resiko tersebut, pokok perhatian penulis adalah apakah kebijakan dividen yang dijalankan oleh perusahaan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan, mengingat informasi yang beredar di pasar modal dapat mempengaruhi investor dan berdampak fluktuasinya harga saham. Kebijakan dividen yang menghasilkan tingkat dividen yang semakin bertambah dari tahun ke tahun akan meningkatkan kepercayaan para investor, dan secara tidak langsung memberikan informasi kepada para investor bahwa kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba perusahaan semakin meningkat. Informasi yang demikian akan mempengaruhi permintaan dan penawaran saham perusahaan di pasar modal, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. 5 Volatilitas harga saham memang diartikan sebagai resiko, karena ketidak pastian yang dimiliki investor akan masa depan. Brigham dan Houston,2009. Banyak faktor - faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham. Seperti kondisi makro ekonomi dan mikro ekonomi suatu negara, kondisi keuangan perusahaan, informasi yang beredar di pasar modal dan sebagainya. Penilaian wajar saham dan prediksi harga pasar merupakan aktivitas penting bagi pelaku pasar modal. Para pelaku pasar modal seperti investor, broker, dan emiten akan menggunakan perbandingan antara nilai wajar dan harga saham pasar sebagai dasar pengambilan keputusan Elton Gruber, 1995. Investor akan menggunakan perbandingan antara nilai wajar dan harga pasar untuk keputusan kapan beli dan kapan jual. Penelitian ini mengadaptasi pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh nishat dan chaudhari 2003 di Pakistan tentang dividend policy and stock price volatility. Berdasarkan penelitian yang dilakukan nishat dan chaudhari pada bursa efek karachi, menjelaskan dividend yield dan dividend payout ratio memiliki dampak yang signifikan pada volatilitas harga saham pada bursa pakistan. Pada periode keseluruhan firm size dan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap volatilitas harga saham. Dan earning volatility adalah negatif dan signifikan hanya selama periode reformasi. Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Investor juga memperhatikan tingkat Dividend Payout Ratio DPR perusahaan. Rasio pembayaran dividen Dividen Payout Ratio menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam 6 perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio pembayaran dividen Dividen Payout Ratio adalah persentase dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham Jogiyanto,2000:252 Apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. Earning Volatility digunakan untuk mengukur tingkat resiko bisnis dan potensi kebangkrutan perusahaan. Perusahaan yang memiliki resiko bisnis yang besar cenderung memiliki rasio hutang yang rendah. Volatilitas keuntungan tidaklah selalu harus diartikan sebagai resiko Brigham dan Houston,2009. Kita harus memikirkan penyebab dari volatilitas tersebut sebelum menarik kesimpulan mengenai apakah volatilitas menunjukkan adanya resiko. Beberapa perusahaan mengalami fluktuasi tersebut mengikuti pola-pola siklus atau musiman. Sehingga volatilitas tidak akan menjadi bagian yang signifikan dari resiko. Hal ini tidak akan menjadi kekhawatiran dari para investor, sehingga harga saham perusahaan tidak akan terpengaruh. Bradley, Jarrel dan Kim 1984; Friend dan Lang1988; Long dan Malitz 1985, menemukan bahwa semakin tinggi volatilitas earnings maka leverage akan semakin rendah. Volatilitas earnings yang tinggi akan meningkatkan biaya kebangkrutan agency cost of debt sehingga leverage yang digunakan dalam 7 rangka pengendalian agency cost of equity akan berkurang Crutchley dan Hansen, 1989. Menurut Francis 1986 dan Elton and Gruber 1995, perusahaan besar mengalami resiko yang lebih sedikit dibanding dengan perusahaan lebih kecil. Dengan kata lain, perusahaan besar mengalami risiko yang lebih kecil. hal ini dikarenakan perusahaan kecil bekerja kurang efektif dan efisien dibanding dengan perusahaan besar Cheng F Lee dan Josepha E Finnerty 1991 Fama dan French 1992 meneliti mengenai beta pasar atau prediksi CAPM terhadap pengaruh positif beta pasar terhadap rata-rata return saham dan menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh pengaruh beta pasar terutama setelah dilakukan perhitungan yang bervariasi terhadap beta yang berhubungan dengan firm size. Variabel pertumbuhan aktiva growth in assets didefinisikan sebagai perubahan tingkat pertumbuhan tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan positif dengan Beta. Dengan alasan semakin cepat tingkat atau laju pertumbuhannya menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan pertumbuhannya berarti semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan tingginya resiko yang akan dihadapi. variabel asset growth didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari aktiva total Hartono, 2000. Krisis global yang sudah terasa sejak tahun 2007 lalu, menyebabkan fluktuasi harga saham di bursa efek Indonesia meningkat. Hal ini menambah tingkat resiko dalam investasi di pasar modal. Tidak terkecuali perusahaan 8 tergolong indeks LQ45 yang merupakan perusahaan teraktif dan memiliki likuiditas yang tinggi. Hal yang paling mencolok dari krisis global di dunia adalah di amerika yang merupakan negara dengaa ekonomi terkuat. Ini antara lain ditandai kasus kebangkrutan sejumlah perusahaan otomotif besar, seperti General Motor GM, Ford, dan Chrysler atau yang lebih dikenal The Big Three. Pada 2008, pangsa penjualan The Big Three di AS untuk pertama kalinya akan berada di bawah 50 persen. Kurangnya inovasi di bidang teknologi, desain, biaya, imaji, dan unsur lainnya menjadi penyebab penurunan penjualan mobil keluaran The Big Three. Seiring dengan pelemahan kinerja tiga perusahaan raksasa itu, pangsa pasar mereka pun kini semakin menurun. Dan sebaliknya, pangsa pasar pabrikan otomotif dari Jepang mengalami peningkatan. Pada 2008, tingkat penjualan mobil di AS mengalami kemerosotan yang drastis. Berdasarkan laporan Auto Observer, selama tahun 2008, seluruh The Big Six The Big Three plus Honda, Nissan, dan Toyota melaporkan penurunan penjualan. Dari kondisi ini kita bisa melihat betapa besarnya dampak krisis global terhadap terhadap perusahaan - perusahaan. Beberapa perusahaan mengalami penurunan penjualan bahkan sampai bangkrut, tetapi beberapa peusahaan justru mengalami kenaikan penjualan. Hal ini akan menjadi pertimbangan bagi investor apakah saham perusahaan yang dimilikinya masih menguntungkan atau tidak dan lebih selektif dalam menentukan dimana investor akan menanamkan modalnya. 9 Meskipun Indonesia tidak terlalu merasakan dampak dari krisis global, tetapi resiko dari berfluktuasinya harga saham menjadi pertimbangan yang harus dilakukan oleh investor. Berdasarkan latar berlakang diatas apakah kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan LQ 45 berdampak pada volatilitas harga saham. Oleh sebab itu Penulis meneliti tentang “Dampak Kebijakan Dividen Terhadap Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ45 di BEI ”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini mencakup, sebagai berikut : 1. Apakah dividend yield, dividend payout ratio, firm size, debt to asset ratio, earning volatility, growth in asset berpengaruh terhadap volatilitas harga saham secara simultan dan parsial? 2. Variabel independend manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap volatilitas harga saham?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini mencakup,

sebagai berikut: a. Menganalisis pengaruh dividend yield, dividend payout ratio, firm size, debt to asset ratio, earning volatility, growth in asset secara simultan dan parsial terhadap volatilitas harga saham. 10 b. Menganalisis variabel independend yang paling dominan berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. 2. Manfaat penelitian a. Bahan masukan bagi perusahaan dalam mengkaji ulang kebijakan dividen yang diterapkannya, serta diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan kebijakan dividen dimasa yang akan datang b. Menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui pengaruh dari menetukan kebijakan dividen yang dijalankan. c. Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor sebelum menanamkan modalnya di perusahaan sektor industri manufaktur. d. Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai praktek pasar modal khususnya yang berkaitan dengan dampak kebijakan dividen dan volatilitas harga saham perusahaan. e. Sebagai bahan referensi dalam pembuatan karya ilmiah selanjutnya. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Volatilitas Harga Saham Stock Price Volatility

Varians yang berubah seiring dengan perubahan waktu umumnya disebut volatilitas. Volatilitas mengukur banyaknya fluktuasi underlying asset dalam satu periode. Volatilitas harga saham memang diartikan sebagai resiko, karena ketidak pastian yang dimiliki investor akan masa depan. Brigham dan Houston,2009. Pada dasarnya volatilitas dapat dilihat sebagai kecepatan perubahan dalam pasar, meskipun lebih tepatnya disebut kebingungan pasar. Terdapat 2 jenis volatilitas pada faktor-faktor yang mempengaruhinya Karina,2006 dalam Chadijah yaitu: 1. Transistory Volatility adalah volatilitas yang bersifat sementara karena ada ketidak seimbangan arus order, seperti kepemilikan pasar, ekspektasi yang berlebihan, ada pihak tertentu yang berspekulasi membeli atau menjual komoditas dalam jumlah besar. 2. Fundamental Volatility adalah volatilitas yang di sebabkan karena faktor fundamental seperti bencana alam, kegagalan panen, dan serangan hama. Menurut Alwi 2003,87 bahwa Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham dari suatu perusahaan go public menjadi fenomena umum yang sering dilihat di lantai bursa efek yang tidak banyak orang yang mengerti atau banyak yang masih bingung mengapa harga saham suatu perusahaan bisa berfluktuasi 12 secara drastis pada periode tertentu. Sebagai salah satu instrument ekonomi ada faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham di suatu bursa efek, baik harga saham individual maupun harga saham gabungan misalnya IHSG dan indeks LQ45, yaitu faktor internal lingkungan mikro dan eksternal lingkungan makro. Lingkungan Mikro yang mempengaruhi volatilitas harga saham dan indeks harga saham antara lain ; 1. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, produk baru, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan penjualan. 2. Pengumuman pendanaan financing announcements, seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang, sekuritas yang hybrid, leasing, kesepakatan kredit, pemecahan saham, penggabungan saham, pembelian saham, joint venture dan lainnya. 3. Pengumuman badan direksi manajemen management board ofdirector announcements, seperti perubahan dan penggantian direksi, manajemen dan struktur organisasi. 4. Pengumuman penggabungan pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya. 5. Pengumuman investasi investment announcements, seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan pengembangan, penutupan usaha dan lainnya.