Surat Huud ayat 45 dan 47

45. Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku Termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil- adilnya. 47. Nuh berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui hakekatnya. dan Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaKu, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaKu, niscaya aku akan Termasuk orang-orang yang merugi.

a. Penafsiran Hamka

Dengan ayat ini Nabi Nuh meminta penjelasan dari Tuhan sendiri, untuk menghilangkan musykil hatinya. Nyata Nuh bersedih hati karena anak kandungnya hilang ke dasar laut. Tetapi kepercayaan Nuh akan kebijaksanaan Tuhan tidak sedikit pun goncang dan kurang lantaran itu. Sebab itulah ia bertanya. Nabi Allah Nuh menyerukan amalan yang shalih, sebagai hasil dari akidah yang benar, yaitu akidah Tauhid. Tetapi puteranya sendiri tidak menuruti garis yang digariskan ayahnya itu. Dengan demikian tentu hubungan batin telah putus, meskipun hubungan darah masih ada. Seorang Nabi janganlah termasuk golongan orang bodoh. Hanya orang bodoh yang lebih mementingkan kekeluargaan, walaupun keluarga itu tidak mau menerima iman. Orang yang mempunyai tujuan hidup untuk menegakkan jalan Allah tidaklah demikian halnya. Tetapi dapatlah pertanyaan Nuh dan seruannya kepada Tuhan itu patutlah kita fahami dalam keadaan beliau sebagai manusia. Betapa pun keras mempertahankan pendirian, namun hati seorang manusia akan tergetar juga melihat anak kandung harus tenggelam ke dalam gulungan ombak besar, walaupun anak itu tidak beramal yang shalih. Begitulah sikap permohonan seorang Rasul kepada Tuhannya. Dalam kekhilafan yang sedikit pun, mereka tetap memohon ampun. Karena betapa pun kebajikan yang diperbuat, belum jugalah sepadan rasanya dengan nikmat yang dilimpahkan Tuhan. Sebab itulah maka orang yang shalih dan berbuat baik terus-menerus, terus-menerus pula mereka memohon ampun. 4

b. Analisa

Surat Huud ayat 45 dan 47 ini menjelaskan tentang anak Nabi Nuh yang bernama Kana’an yang tidak patuh terhadap ajaran Nabi Nuh, dan anak Nabi Nuh pun tenggelam karena tidak menuruti perintah Nuh. Tetapi Nabi Nuh tetap taat kepada Allah walaupun anak kesayangannya tenggelam bersama orang-orang kafir.

E. Surat al-Kahfi ayat 24

                   24. Kecuali dengan menyebut: Insya Allah 5 . dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: Mudah-mudahan Tuhanku 4 Hamka, Tafsir al-Azhar Jakarta: PT Pustaka Panjimas cet. 2 h. 62-65 5 Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang roh, kisah ashhabul kahfi penghuni gua dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. dan beliau tidak mengucapkan insya Allah artinya jika Allah menghendaki. tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian. akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini.

a. Penafsiran Hamka

Dengan ayat ini dan beberapa ayat yang lain kita mendapat pelajaran bahwa kekhilafan atau kealpaan yang tidak disengaja terjadi juga pada diri Nabi-nabi dan Rasul-rasul. Sebab itu maka ulama-ulama ahli sunnah sependapat bahwa kealpaan yang terkecil itu tiada mustahil bagi seorang Nabi. Yang mustahil ialah jika seorang Nabi atau Rasul berbuat dosa besar Namun demikan kealpaan yang kecil itu pun ditegur dengan halus oleh Tuhan. Kealpaan mengucapkan insya Allah saja buat peneguh janji sudah ditegur. Namun bagi Rasul-rasul dan Nabi kealpaan kecil itu sangat besar artinya. 6 b . Analisa Surat al-Kahfi ayat 24 ini menjelaskan tentang kekhilafan atau kealpaan seorang Nabi dalam melakukan sesuatu. Jika ingin berjanji atau