a. Asbab an-Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini  Q.S 46 al-ahqaf : 17 turun berkenaan dengan ‘Abdurahman bin abi Bakr ash-Shiddiq yang
mengucapkan ‘cis’ kepada ibu bapaknya yang telah masuk islam. Ucapan ini  ia  kemukakan  ketika  ibu-bapaknya  menyuruhnya  masuk  islam.  Ia
membantah dan mendustakannya, dengan mengatakan bahwa tokoh-tokoh utama  kaum  Quraisy  yang  sudah  mati  pun  tidak  ada  yang  mau  masuk
Islam. Lama setelah kejadian ini, Abdurrahman pun tergolong tokoh islam. Maka  turunlah  ayat  berikutnya  Q.S  46  al-ahqaf:  19  yang  menegaskan
bahwa taubatnya diterima oleh Allah swt. Dalam  riwayat  lain  dikemukakan  bahwa  Marwan  berkata:
“  Abdurrahman  bin  Abi  Bakr  inilah  yang  telah  menyebut  ‘cis’  yang disebut  dalam  ayat  ini  Q.S  al-
ahqaf:  17”.  Berkatalah  ‘Aisyah  dari belakang hijab: “Allah tidak menurunkan al-Qur’an sedikit pun berkenaan
dengan  kami,  kecuali  tentang  peristiwa-peristiwa  yang  menyangkut uzurku.”
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ‘Aisyah menolak keterangan yang  menyatakan  bahwa  ayat  ini  Q.S  46  al-ahqaf:  17  turun  berkenaan
dengan  ‘  Abdurrahman  bin  Abi  Bakr,  dengan  berkata:  “ayat  ini  turun ber
kenaan dengan si fulan”, seraya menyebut nama orang itu.
18
18
Shaleh dan Dahlan dkk,Asbabun Nuzul latar belakang historis turunnya ayat-ayat al- Qur’an Bandung: CV. Diponegoro, 2000, Cet. II, h. 495-496
b. Penafsiran Hamka
“Dan ada yang berkata kepada kedua orang ibu-bapaknya: “Akh, kamu keduanya” pangkal ayat 17. Dalam kata-kata demikian ternyata
si  anak  menghinakan  kepada  kedua  orang  ibu-bapaknya.  Biasa  juga dikatakan  orang  dalam  susunan  bahasa  yang  lain:  “Cis  bagi  kamu
keduanya”  kita  artikan  “Akh”  atau  diartikan  “Cis”    sebagai  arti  dari bahasa  arab:  “Uffin”  yaitu  kata  mengejek,  memandang  rendah  dan
menghina kepada orang tua yang didalam ayat al- Qur’an sendiri, dengan
sabdaNya:
23
“Dan janganlah berkata kepada keduanya: Cis” atau janganlah berkata kepada  keduanya:  “Akh”,  menunjukkan  bosan,  merendahkan,
memandang ayah-bunda di bawah derajat dari anak.
19
e. Analisa
Surat  al-Ahqaf  ayat  17  ini  menjelaskan  tentang  larangan  berkata kasar terhadap orang tua dan larangan untuk berkata akh terhadap orang
tua.
19
Hamka, Tafsir al-Azhar  Jakarta: PT Pustaka Panjimas  cet. 2 h.32
C. Surat al-Ankabut ayat 8
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
8. Dan Kami wajibkan manusia berbuat kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya.  dan  jika  keduanya  memaksamu  untuk  mempersekutukan  aku
dengan  sesuatu  yang  tidak  ada  pengetahuanmu  tentang  itu,  Maka janganlah  kamu  mengikuti  keduanya.  hanya  kepada-Ku-lah  kembalimu,
lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
a. Asbab An-Nuzul
Dalam  suatu  riwayat  dikemukakan  bahwa  Ummu  Sa’d  berkata kepada anaknya: “Bukankan Allah menyuruh engkau berbuat baik kepada
ibu-bapakmu ? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum hingga aku mati,  atau    engkau  kufur  kepada  Muhammad”.  Maka  turunlah  ayat  ini
Q.S  29  al-Ankabut:  8  yang  memerintahkan  taat  kepada  ibu-bapak, kecuali kalau ibu-bapak itu menyuruh melanggar aturan Allah.
20
b. Penafsiran Hamka
“Kami  wasiatkan  kepada  manusia  supaya  kepada  kedua  orang tuanya bersikap baik” pangkal ayat 8. Kalau dari Tuhan datang wasiat,
artinya  ialah  perintah.  Tuhan  mewajibkan  dan  memerintahkan  kepada manusia supaya kepada ayah-bunda hendaklah bersikap yang baik. Karena
kedua  orang  tua  itulah  asal-usul  kejadian  manusia. “Dan  jika  keduanya
berkeras  mengajak engkau mempersekutukan dengan daku sesuatu yang
20
Shaleh dan Dahlan dkk,Asbabun Nuzul latar belakang historis turunnya ayat-ayat al- Qur’an Bandung: CV. Diponegoro, 2000, Cet. II, h.406-407
tidak  ada  pengetahuanmu  tentang  itu,  maka  janganlah  engkau  turuti keduanya”.  Sebagai  orang  yang  telah  beriman  kepada  Allah,  seorang
mu’min  tidak  mengenal  lagi  ada  Tuhan  selain  Allah.  Kalau  diajak  pula menyembah  Tuhan  yang  lain,  orang  mu’min  tidak  dapat  mengikutinya,
sebab  Tuhan  yang  lain  itu  tidak  ada  dalam  akidah  kita.  Bagaimana kerasnya  kehendak  ayah  atau  ibu,  mengajak  supaya  menyembah  Tuhan
yang lain itu, mu’min tidak boleh menuruti. “Kepadakulah  akan  kembali  kamu”.  Demikan  sabda  Tuhan
selanjutnya. “Maka akan Aku beritakan kepada kamu dari hal apa yang tela
h kamu kerjakan” ujung ayat 8. Di hadapan hadirat Allah itulah kelak dipisahkan  diantara  Iman  dan  kufur  sejelas-jelasnya.  Meskipun  ayah
kandung  dan  Ibu  kandung,  kalau  mereka  tidak  mempercayai  Keesaan Tuhan, beliau akan dikandangkan ditempat orang musyrikin, jauh terpisah
dari anaknya yang telah beriman
21
c. Analisa
Surat al-Ankabut ayat 8 ini menjelaskan tentang jika kedua orang tua memerintahkan