Tujuan Kredit Standarisasi Kredit

Menurut Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A 2006 :5 dalam bukunya “Credit Management Handbook” mengungkapkan unsur kredit a. Adanya dua pihak yaitu pemberi kredit kreditor dan penerima kredit nasabah. Hubungan kedua pihak ini adalah hubungan yang saling menguntungkan. b. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit. c. Adanya persetujuanperjanjian kredit yang berupa kesepakatan bersama yang dituangkan dalam suatu instrumen credit Instrumen. d. Adanya unsur waktu time element. e. Adanya unsur resiko degree of risk baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar risk of default, baik karena kegagalan usaha pinjaman komersial atau ketidakmampuan bayar pinjaman konsumen atau karena ketidaksediaan membayar. Resiko yang dihadapi nasabah adalah kecurangan dipihak kreditor, antara lain dapat berupa pemberian kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan. f. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi prestasi kepada pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya modal cost of capital, biaya umum overhead cost, risk premium, dan sebagainya.

3. Tujuan Kredit

Pembahasan mengenai tujuan kredit mencakup lingkup luas, hal ini dapat disimpulkan bahwa tujuan kredit berguna bagi pihak-pihak yang terlibat dalam proses perkreditan tersebut. a. Bank Kreditor 1 Penyaluranpemberian kredit merupakan bisnis utama dan terbesar hampir pada sebagian besar bank. 2 Penerimaan bunga dari pemberian kredit bagi sebagian bank merupakan sumber pendapatan terbesar. 3 Kredit merupakan salah satu instrumenproduk bank dalam memberikan pelayanan pada nasabah. 4 Kredit merupakan salah satu media bagi bank dalam berkontribusi dalam pembangunan. 5 Kredit merupakan satu komponen dari asset alocation approach. b. Nasabah Pengusaha 1 Kredit merupakan salah satu potensi untuk mengembangkan usaha. 2 Kredit dapat meningkatkan kinerja perusahaan. 3 Kredit merupakan salah satu alternatif pembiayaan perusahaan.

4. Standarisasi Kredit

Standar perkreditan merupakan acuan dalam pengelolaan kredit yang meliputi : a. Tujuan penggunaan kredit 1 Untuk membantu memperlancar dan meningkatkan usaha debitur. 2 Untuk memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan. b. Maksimum pemberian kredit : Jumlah maksimum pemberian kredit tergantung pada nilai jaminanya, yaitu 70 dari nilai jaminan yang dianggunkan. c. Jangka waktu kredit : Jangka waktu kredit tergantung pada jenis kreditnya 1 tahun, 1 sampai 3 tahun, dan lebih dari 3 tahun. d. Ketentuan LDR loan deposit ratio dan BPMK batas maksimum pemberian kredit LDR adalah rasio yang mengidikasikan mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit, penting untuk diperhatikan dalam menjaga posisi rentabilitas dan likuiditas suatu bank. LDR = 100 x ModalInti KLBI ihakKetiga TotalDanaP urkan tYangDisal TotalKredi + + Jumlah kredit yang diberikan dalam rumus di atas adalah kredit yang diberikan bank yang sudah direalisirditarikdicairkan. Dana pihak ketiga meliputi simpanan masyarakat dalam bentuk giro, tabungan,dan berbagai jenis deposito, sedangkan KLBI adalah volume pemberian pinjaman kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank yang bersangkutan. Nilai kredit loan to deposit ratio dihitung sebagai berikut. 1 untuk rasio LDR sebesar 110 atau lebih, nilai kredit = 0 2 untuk rasio LDR dibawah 110 , maka nilai kredit = 100 BPMK = 20 x total modal bank Yang dimaksud disini adalah total kredit yang diberikan pada draf tidak melebihi 20 dari total modal bank. e. Jenis Kredit 1 Jenis kredit berdasarkan jangka waktu pelunasan yaitu; jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 2 Jenis kredit berdasarkan barang jaminannya. 3 Jenis kredit berdasarkan segmen usaha. 4 Jenis kredit berdasarkan tujuan usaha. 5 Jenis kredit berdasarkan pengguna kredit. Dilihat dari penggunaanya kredit dibedakan menjadi : 1 Kredit Modal Kerja KMK, yaitu kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai keperluan modal kerja tersebut. 2 Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengahpanjang untuk pembiayaan barang-barang modal dan jasa yang diperlukan guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi dan relokasi biaya proyek atau pendirian usaha. 3 Kredit lainya, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah selain yang disebutkan di atas seperti kredit pemilikan rumah dan kredit profesi. Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan azas-azas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum untuk memiliki dan melaksanakan kebijakan perkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan kebijakan perkreditan bank dalam SK Dir BI No. 27162KEPDIR tanggal 31 Maret 1995. Berdasarkan SK Dir BI tersebut, Bank Umum wajib memiliki kebijakan perkreditan bank secara tertulis yang disetujui oleh dewan komisaris bank dengan sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai berikut : 1 Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan; 2 Organisasi dan manajemen perkreditan; 3 Kebijakan persetujuan kredit; 4 Dokumentasi dan administrasi kredit; 5 Pengawasan kredit; 6 Penyelesaian kredit bermasalah. Kebijakan perkreditan bank dimaksud wajib disampaikan kepada Bank Indonesia. Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditan bank wajib mematuhi kebijakan perkreditan bank yang telah disusun secara konsekuen dan konsisten. Bank harus memenuhi ketentuan Bank Indonesia BI tentang pedoman kebijakan perkreditan Bank, karena : 1 Kredit mengandung resiko sehingga pelaksanaanya harus memperhatikan asas kredit yang sehat. 2 Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh bank adalah melalui kebijakan perkreditan yang jelas. 3 Kebijakan perkreditan bank KPB berperan sebagai panduan pelaksanaan semua perkreditan bank. 4 Bank harus memiliki pedoman pelaksanaan kredit PPK, adapun KPB yang menjadi acuannya.

5. Siklus Perkreditan