Langkah-Langkah Formulasi Kebijakan Pengembangan Budaya
128 untuk memperoleh informasi-informasi terkait dengan masalah-
masalah yang mereka hadapi sesuai dengan bidangnya masing- masing. Hal ini juga sejalan dengan pendapat dari Islamy 2000: 77-
101 yang menyatakan bahwa perumusan masalah seharusnya dilakukan oleh mereka yang terkena masalah.
Sebelum rapat dimulai Kepala Sekolah dan Komite Sekolah sebagai pemimpin rapat menginstruksikan kepada guru-guru dan
pegawai-pegawai untuk membagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok guru dan kelompok pegawai. Setelah itu masing-masing
kelompok diminta untuk mendiskusikan masalah-masalah apa yang terjadi di sekolah dan mereka rasakan pasca kebijakan regrouping di
SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Pada tahap ini diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1 Kelompok Guru
Dalam tahap perumusan masalah kelompok guru membuat 4 macam masalah yang harus segera diselesaikan, yaitu:
a Pemberian Nama Sekolah Pasca Regrouping
Penggunaan nama
sekolah yang
hanya menggunakan nama salah satu sekolah yaitu SD N Ungaran
1 Yogyakarta ternyata menimbulkan konflik yaitu kecemburuan satu sama lain. Guru meminta agar
penggunaan nama sekolah dapat diganti dengan nama baru dan tidak menggunakan nama dari salah satu sekolah.
129 b
Munculnya Gep di Antara Guru, Pegawai, dan Siswa Guru, siswa, dan murid masih suka berkumpul
sesuai dengan asal sekolahnya masing-masing sehingga lingkungan sekolah menjadi tidak kondusif. Hal ini
berdampak pada kualitas kerja guru dan pegawai yang semestinya dapat saling bekerja sama. Namun karena masih
adanya gep, maka kerja sama yang dijalinpun menjadi kurang baik karena mereka kurang akrab sehingga
canggung untuk saling bertanya jika membutuhkan bantuan. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mengatasi
adanya masalah gep ini. c
Masing-Masing Pihak Masih Sering Mengunggul- Unggulkan Sekolah Asalnya
SD N Ungaran 1 Yogyakarta lebih unggul dalam bidang akademik meskipun demikian bukan berarti SD N
Ungaran 2 dan SD N Ungaran 3 memiliki kualitas yang tidak baik. Hanya saja SD N Ungaran 1 memiliki kualitas
atau prestasi akademik yang lebih menonjol. Hal ini menimbulkan saling ketidaksukaan antar guru dan pegawai
dari masing-masing sekolah asal yang berakibat pada kualitas kinerja mereka yang menurun.
Pekerjaan-pekerjaan menjadi
lebih lama
terselesaikan karena di antara pegawai maupun guru enggan
130 untuk bekerjasama dalam mengerjakan tugas administrasi
sekolah karena adanya ketidaksukaan satu sama lain yang berdampak pada lebih lamanya pekerjaan-pekerjaan
tersebut terselesaikan karena hanya dikerjakan sendiri. d
Penggantian Seragam Identitas Sekolah Baru Pihak guru meminta agar diadakan pergantian
seragam identitas untuk memberikan ciri khas baru bagi sekolah pasca regrouping.
2 Kelompok Pegawai
a Masih Terjadi Gep di Antara Pegawai Sekolah
Masih terjadi gep antara pegawai sekolah dari masing-masing sekolah yang menimbulkan adanya sekat
atau pemisah di antara mereka. Pegawai masih suka berkumpul dengan pegawai lain sesuai dengan sekolah
asalnya. Padahal dalam melakukan tugas khususnya administrasi sekolah mereka dituntut untuk saling bekerja
sama mengingat beban kerja yang lebih banyak pasca regrouping karena bertambahnya jumlah murid dan guru.
Seharusnya dengan regrouping ini jumlah pegawai bertambah banyak dan bisa meringankan beban kerja
pegawai tetapi karena adanya gep ini maka mereka masih sering bekerja sendiri-sendiri. Adanya masalah gep ini juga
ternyata terjadi karena masih terpisahnya ruangan-ruangan
131 pegawai sesuai asal sekolah masing-masing sehingga
intensitas untuk bertemu dan saling mengenal kurang dan mengakibatkan adanya kettidakakraban di antara mereka.
b Banyak Pegawai yang Belum Mahir Menggunakan
Komputer Administrasi sekolah pasca regrouping dituntut untuk
bisa dilakukan lebih cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap
pelanggan karena
bertambahnya beban kerja pasca regrouping. Beban kerja ini terutama dalam mengurus administrasi siswa dan guru
yang bertambah banyak pasca regrouping. Selama ini belum semua pegawai menggunakan komputer sebagai alat
bantu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka karena masih terbatasnya kemampuan dalam menggunakan komputer.
Kebanyakan masih manual ataupun meminta tolong kepada pegawai lain yang bisa mengoperasikan komputer.
b. Penyusunan Agenda Kebijakan
Tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh sekolah dalam formulasi kebijakan pengembangan budaya mutu sekolah adalah
memilih atau menyeleksi masalah-masalah yang telah dirumuskan oleh kelompok guru dan kelompok pegawai untuk dapat bersaing
untuk masuk ke dalam agenda kebijakan. Dari lima masalah yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping, hanya tiga yang dipilih
132 untuk masuk ke dalam agenda kebijakan. Ketiga masalah tersebut
penting untuk segera diselesaikan karena berdampak pada tidak kondusifnya suasana kerja dan lingkungan sekolah sehingga kualitas
kerja guru dan pegawai menurun. Dikhawatirkan jika masalah tersebut tidak segera mendapatkan solusi maka akan berdampak
pada penurunan kualitas sekolah. Hal ini ternyata juga sejalan dengan pendapat dari Islamy 2000: 83 yang menyatakan bahwa
dari sekian banyak problema-problema yang umum yang muncul, hanya sedikit yang mendapatkan perhatian dari para pembuat
kebijakan. Pihak-Pihak yang terlibat dalam penyusunan agenda kebijakan
antara lain adalah Kepala Sekolah, guru, pegawai, dan Komite Sekolah. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan agenda
kebijakan bersama-sama mengidentifikasi masalah-masalah yang dianggap urgent untuk segera dicarikan solusinya. Masalah-masalah
yang dimasukkan ke dalam agenda kebijakan antara lain adalah sebagai berikut:
1 Masih Terjadi Gep di Antara Warga Sekolah
Adanya gep yaitu guru, siswa, dan pegawai masih suka berkumpul berdasarkan asal sekolahnya masing-masing. Jika
tidak segera diselesaikan akan memunculkan masalah baru bagi keberlangsungan sekolah. Guru dan pegawai akan sulit
bekerjasama dalam melakukan pekerjaan sekolah karena tidak
133 saling mengenal satu sama lain. Hal ini tentu saja akan
memberikan dampak panjang jika tidak segera diselesaikan yaitu dengan terkendalanya para pegawai dalam melakukan
pekerjaan sebagai akibat dari tidak kondusifnya lingkungan kerja karena masih adanya rasa saling tidak suka yang bisa
menjadikan kualitas sekolah justru menurun. 2
Warga Sekolah Masih Mengunggul-Unggukan Asal Sekolahnya Masing-Masing Padahal Sekolah ini Sudah Menjadi Satu
Warga sekolah
masih mengunggul-unggulkan
asal sekolahnya masing-masing padahal sekolah ini sudah menjadi
satu sehingga timbullah saling ketidaksukaan satu sama lain yang ternyata juga berakibat pada menurunnya kualitas kerja
mereka. Para anggota rapat merasa bahwa masalah ini adalah masalah urgent karena membuat suasana sekolah menjadi tidak
kondusif dan tidak adanya kenyamanan di sekolah yang akan berdampak panjang terhadap penurunan kualitas sekolah.
3 Administrasi Sekolah Pasca Regrouping dituntut untuk bisa
dilakukan Lebih Cepat dan Tepat untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Sekolah
Administrasi sekolah pasca regrouping dituntut untuk bisa dilakukan lebih cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap siswa. Namun ternyata masih ada pegawai yang masih belum mahir dalam menggunakan komputer.
134 Padahal saat ini kegiatan administrasi sekolah dituntut untuk
menggunakan sistem komputer. Hal ini berdampak pada lebih lamanya pekerjaan-pekerjaan mereka terselesaikan karena
menggunakan sistem manual atau meminta bantuan pegawai lain untuk mengerjakannya.
Sedangkan masalah-masalah yang tidak masuk ke dalam agenda kebijakan adalah masalah-masalah yang dirasa tidak berdampak
pada penurunan kualitas sekolah, yaitu: 1
Pemberian Nama Sekolah Baru Pasca Regrouping Pemberian nama sekolah pasca regrouping karena
menggunakan nama SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Hal ini menimbulkan kecemburuan pada sekolah yang diregrouping
yaitu SD N Ungaran 2 Yogyakarta dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta. Namun ternyata masalah penggantian nama ini
akan berdampak pada siswa karena siswa akan kehilangan NIS Nomor Induk Siswa. Jika siswa tidak memiliki NIS maka tidak
akan bisa mengikuti Ujian Nasional. Sedangkan untuk bisa mendapatkan NIS sekolah harus mengurus kembali ke Jakarta
untuk mendapatkan NIS baru dan ini memakan waktu yang lama. Jika masih menggunakan salah satu nama sekolah maka
siswa tidak akan kehilangan NISnya dan hanya tinggal melakukan mutasi guru dan siswa saja.
135 2
Penggantian Seragam Identitas Sekolah yang Baru Penggantian seragam identitas sekolah untuk siswa
bertujuan untuk memberikan identitas baru sekolah. Sebelum diregrouping sendiri ketiga sekolah tersebut sudah memiliki
seragam identitas yang sama tanpa diberi bet nama sekolah. sehingga jika upaya ini dilakukan hanya akan mengakibatkan
pemborosan dana sekolah saja sementara pengelolaan sekolah pasca regrouping masih membutuhkan dana yang besar.
c. Pemilihan Alternatif Kebijakan
Langkah ketiga
yang dilakukan
oleh sekolah
dalam memformulasikan kebijakan pengembangan budaya mutu sekolah
pasca regrouping adalah membuat usulan-usulan strategi berupa tindakan-tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi oleh sekolah. Hal ini ternyata juga sejalan dengan pendapat dari Islamy 2000: 92 yang menyatakan
bahwa perumusan usulan kebijakan adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan
serangkaian tindakan
yang perlu
untuk memecahkan masalah. Dalam memilih alternatif-alternatif kebijakan
sekolah mengacu pada agenda kebijakan yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini Kepala Sekolah kembali
membuat dua kelompok, yaitu kelompok guru dan kelompok pegawai sedangkan Kepala Sekolah bersama dengan Komite
Sekolah dalam satu kelompok.
136 Pada tahap pemilihan alternatif kebijakan ini Kepala Sekolah
dan Komite Sekolah juga ikut memberikan usulan alternatif- alternatif kebijakan, yaitu:
1 Menyediakan Fasilitas yang Dapat Menunjang Proses Belajar
Siswa dan Dapat Diakses oleh Seluruh Siswa Hal ini bertujuan untuk memberikan fasilitas yang terbaik
dan berkeadilan kepada seluruh siswa, serta dapat diakses oleh semua siswa baik yang berada di blok timur maupun blok barat.
2 Mensosialisasikan Kegiatan SEMUTLIS Sepuluh Menit untuk
Tanaman dan Lingkungan Hidup Kepada Siswa, Guru, dan Karyawan dari Masing-Masing Sekolah yang Merupakan
Kegiatan Bawaan dari SD N Ungaran 1 Yogyakarta Alasan diusulkannya alternatif kebijakan ini karena lahan
sekolah yang luas dan banyaknya tanaman-tanaman di lingkungan sekolah dapat dimanfaatkan untuk menanamkan
budaya cinta lingkungan. Selain itu dengan adanya kegiatan ini dapat mengakrabkan seluruh warga sekolah karena kegiatan ini
berbentuk kerja bakti rutin dengan membersihkan lingkungan sekolah dan menyiram tanaman-tanaman secara bersama setiap
10 menit sebelum bel masuk berbunyi sekaligus memberikan ciri khas bagi SD N Ungaran 1 Yogyakarta.
137 3
Meningkatkan partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan Anak Alternatif ini diusukan tujuannya adalah untuk mendukung
upaya preventif terhadap penuruan kualitas SD N ungaran 1 Yogyakarta karena orang tua adalah mitra sekolah sehingga
diharapkan orang tua juga dapat memberikan sumbangan- sumbangan pemikiran maupun materi yang dapat membantu
sekolah dalam mengembangkan budaya mutu sekolah pasca regrouping. Selain itu juga dapat mengakrabkan orang tua dan
guru. Selanjutnya pada kelompok guru memberikan usulan alternatif-
alternatif kebijakan sebagai berikut: 1
Meningkatkan Profesionalitas Guru Melalui Pelatihan dan Workshop Pengembangan Metode Pembelajaran bagi Seluruh
Guru untuk Memperkaya Metode Pembelajaran Tujuan diusulkannya alternatif ini adalah agar guru lebih
kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran. Pasca regrouping mereka tentu saja akan menghadapi siswa-siswa
dengan karakter yang baru dari sekolah lainnya. Guru harus memahami karakteristik siswanya sehingga diharapkan metode
pembelajaran yang mereka gunakan dapat sesuai dengan karakteristik siswa yang dihadapinya. Oleh sebab itu guru harus
memperkaya metode-metode pembelajaran.Guru juga dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mengajar siswanya.
138 2
Meningkatkan Keakraban antar Siswa Melalui Roling Kelas untuk Menghindari Adanya Gap antar Siswa dari Masing-
Masing Sekolah Diusulkannya alternatif ini bertujuan agar siswa dapat
saling mengenal satu sama lain. Ketika siswa dari sekolah satu digabung dengan siswa dari sekolah lainnya maka siswa akan
dapat saling mengenal sehingga timbul keakraban di antara mereka dan suasana kekeluargaan menjadi lebih erat. Selain itu
tujuan dari diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah untuk menghindari munculnya gep atau kelompok-kelompok siswa
sesuai dengan sekolah asalnya dahulu. 3
Membentuk Kelas Parallel bagi Tiap-Tiap Tingkatan Kelas agar Siswa dari Masing-Masing Sekolah Lebih Dekat dan Akrab
Alasan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah untuk mengakrabkan siswa satu sama lain karena dalam 1 tingkatan
dibuat 1 rombel yang saling berjajar. Dalam 1 rombel terdiri dari 3 kelas yang sama tingkatannya namun berbeda asal sekolahnya.
Sehingga meskipun tidak digabung dalam satu kelas mereka tetap bisa saling mengenal satu sama lain karena ruangan kelas
yang berjajar memungkinkan mereka untuk bisa saling bertemu setiap hari.
139 4
Mengatur Ulang Pengelolaan Perpustakaan dengan Membangun Perpustakaan Baru
Alasan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah agar seluruh siswa baik yang berasal dari SD N Ungaran 1
Yogyakarta, SD N Ungaran 2 Yogyakarta, dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta dapat memperoleh fasilitas dan pelayanan
perpustakaan yang baik dan sama, juga dapat meningkatkan intensitas bertemu dari para siswa karena siswa tidak lagi hanya
berkunjung ke perpustakan dari asal sekolahnya. Selain itu juga dapat meningkatkan budaya baca siswa sehingga dengan satu
alternatif kebijakan ini bisa didapatkan berbagai manfaat sekaligus. Hal ini ternyata sejalan dengan yang perna
diungkapkan oleh Daryanto 2015: 41 yang menyatakan bahwa sekolah yang merefleksikan budaya mutu adalah sekolah yang
pengelolaan perpustakannya dapat mendukung keefektivan pembelajaran dan menumbuh kembangkan budaya baca warga
sekolah. 5
Menciptakan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal untuk Membentuk Kekhasan yang Dimiliki oleh Sekolah.
Kelompok guru mengusulkan agar sekolah tidak hanya memiliki ciri khas pada prestasi akademik siswa saja tetapi juga
pada bidang lain seperti dalam bidang budaya. Alasannya karena SD N Ungaran 1 Yogyakarta berada di tengah kota yang kental
140 dengan nuansa budaya jogja. Sehingga guru menginginkan
adanya kegiatan yang dapat mendukung pelestarian budaya jogja.
6 Menyediakan wadah bagi siswa untuk mengembangkan minat
dan bakatnya melalui kegiatan ekstrakurikuler Tujuan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah agar
siswa juga dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka baik di bidang akademik maupun di luar
akademik yang tidak bisa mereka dapatkan secara maksimal pada saat proses pembelajaran intrakurikuler. Sehingga dengan
adanya kegiatan ini potensi-potensi mereka baik di bidang akademik maupun non akademik dapat terwadahi. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Kemendikbud 2016: 3 yang menyatakan bahwa salah satu komponen budaya mutu adalah
dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang efektif dalam pembentukan karakter siswa. Kegiatan ini diharapkan juga dapat
lebih mengakrabkan siswa karena adanya intensitas bertemu di luar jam pelajaran sekolah.
141 Sedangkan usulan alternatif-alternatif kebijakan dari kelompok
pegawai sekolah adalah sebagai berikut: 1
Menciptakan Keakraban antar Guru dan Pegawai Sekolah untuk Terciptanya Suasana Kerja yang Kondusif dengan Penggabungan
Ruang Kerja Alasan dilakukannya penggabungan ruang kerja guru dan
pegawai karena pasca regrouping ini mereka masih suka mengelompok sesuai dengan asal sekolahnya masing-masing.
Dengan dilakukannya penggabungan ruang kerja guru dan pegawai maka diharapkan dapat lebih mengakrabkan satu sama
lainnya karena setiap hari mereka akan berada pada ruangan yang sama sehingga intensitas bertemu menjadi lebih tinggi. Dengan
adanya keakraban di antara mereka diharapkan juga dapat meningkatkan kerjasama yang baik sehingga dapat memperbaiki
kualitas kerja mereka. Dengan kualitas kerja yang baik maka diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas atau mutu
sekolah. 2
Meningkatkan Kemampuan Pegawai dalam Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Meningkatkan
Kualitas Pelayanan Terhadap Siswa maupun Orangtua Tujuan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah agar
pegawai dapat dengan mahir dalam menggunakan Teknologi Komunikasi dan Informasi khususnya komputer. Pasca
142 regrouping sendiri tugas-tugas administrasi menjadi lebih banyak
sehingga agar tidak membuang banyak waktu hanya untuk mengerjakan satu pekerjaan maka harus menggunaan komputer
agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan cepat dan tepat. d.
Penetapan kebijakan. Langkah terakhir yang ditempuh oleh sekolah dalam
memformulasikan kebijakan pengembangan budaya mutu adalah menetapkan alternatif-alternatif kebijakan yang dirasa tepat untuk
menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi sekolah sehingga terbentuklah budaya mutu sekolah yang baru. Selain itu
alternatif kebijakan ini diharapkan juga dapat dijadikan sebagai upaya preventif terhadap penurunan kualitas sekolah pasca
regrouping. Pada tahap ini ternyata sekolah juga masih memberikan
usulan-usulan alternatif tambahan yang dirasa masih perlu untuk dilakukan oleh sekolah karena pada tahap sebelumnya yaitu
pemilihan alternatif kebijakan alternatif-alternatif tersebut belum diusulkan karena belum terpikirkan oleh para anggota rapat. Jadi
pada intinya dalam penetapan kebijakan ini sekolah ternyata masih menyusun beberapa alternatif kebijakan kembali. Proses penetapan
kebijakan yang dilakukan oleh sekolah terjadi dalam dua tahap, yaitu:
143 1
Tahap Penetapan Kebijakan dengan Pihak Sekolah Kepala Sekolah, Guru, Pegawai, dan Komite Sekolah
Penetapan kebijakan dilakukan secara bersama-sama oleh pihak sekolah. Tahap ini adalah tahap yang dirasa paling sulit
oleh sekolah karena masing-masing kelompok menginginkan alternatif-alternatif yang diusulkannya dapat diterima semua
keadaan seperti ini sama seperti teori dari Islamy 2000: 100 bahwa pada tahap ini usaha-usaha untuk saling meyakinkan
orang lain tentang kebenaran dan manfaat dari rancangan kebijakan yang dibuatnya. Dalam tahap ini juga para anggota
rapat melakukan penambahan-penambahan alternatif kebijakan yang dirasa juga perlu dilakukan. Setelah mengidentifikasi
masing-masing alternatif maka kebijakan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
a Menyediakan fasilitas yang dapat menunjang proses belajar
siswa dengan kegiatan melakukan penggabungan ruang perpustakaan, penambahan ruang belajar terbuka, koleksi
buku, jaringan internet dan komputer sekolah. Altenatif yang ditambahkan adalah penambahan unit
komputer dan pemasangan jaringan internet. Alasan dilakukannya penambahan unit komputer dan pemasangan
jaringan internet adalah agar siswa maupun guru dapat dengan mudah memperoleh sumber belajar dengan mencari
144 materi pelajaran maupun soal-soal dengan menggunakan
internet. Hal ini juga bertujuan untuk membentuk budaya mutu pembelajaran intrakurikuler. Prestasi akademik siswa
dapat ditingkatkan dengan kemudahan yang diberikan oleh sekolah yang menyediakan kemudahan untuk memperoleh
sumber belajar. b
Melaksanakan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan SEMUTLIS Sepuluh Menit untuk Lingkungan
Hidup yaitu kerja bakti membersihkan lingkungan dan menyiram tanaman setiap 10 menit sebelum KBM.
c Meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak
dengan kegiatan membentuk Forum Orang tua Siswa dan buku hubung.
d Menciptakan pembelajaran berbasis pendidikan lokal
jogja untuk membentuk suatu ciri khas baru bagi sekolah pasca regrouping dengan kegiatan melaksanakan muatan
lokal karawitan dan gamelan jawa serta tari gaya jogja. e
Meningkatkan potensi non akademik siswa dengan menyediakan wadah bagi siswa untuk mengembangkan
minat dan bakat siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler wajib dan pilihan.
f Menciptakan suasana kerja yang kondusif agar terjalin
kerjasama yang baik antara guru dan pegawai dengan
145 kegiatan
melaksanakan rapat
rutin, evaluasi
dan penggabungan ruangan kerja.
g Menciptakan keakraban siswa dan warga sekolah lainnya
dengan kegiatan melakukan pembentukan rombel kelas dan menerapkan budaya 5S Senyum, Sapa, Salam, Sopan,
Santun. Disini terjadi sedikit perdebatan karena beberapa
pihak guru menginginkan dilakukan rolling siswa dan rombel kelas. Namun melalui saran dari Komite Sekolah
akhirnya dapat diselesaikan dan alternatif yang dipilih adalah rombel kelas. Rolling siswa tidak dipilih karena akan
membingungkan kegiatan administrasi siswa sehingga TU Tata Usaha harus mengelola kembali administrasi siswa
dan ini akan menjadikan waktu tidak efektif. Alasannya karena sudah banyak alternatif lainnya yang dipilih untuk
dapat mengakrabkan siswa. h
Meningkatkan kompetensi guru dan pegawai dengan kegiatan workshop dan pelatihan pengembangan metode
pembelajaran dan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
146 2
Tahap penetapan kebijakan dengan pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta meminta sekolah untuk
menentukan kegiatan-kegiatan apa yang dapat menunjang terlaksananya
program-program yang
telah ditentukan.
Kegiatan-kegiatan yang disarankan adalah kegiatan-kegiatan yang sifatnya mudah untuk dilakukan, berdampak pada
terbentuknya budaya mutu sekolah yang baru, dan tidak boros dana.
Selanjutnya agar alternatif kebijakan yang telah ditetapkan dapat memiliki kekuatan hukum di tingkat sekolah maka Kepala
selanutnya menetapkan kebijakan tentang pengembangan budaya mutu sekolah. Tujuannya adalah untuk melakukan upaya-upaya
preventif terhadap penurunan kualitas sekolah pasca regrouping dengan memutuskan 8 program dan kegiatan yaitu:
1 Menyediakan fasilitas sekolah yang dapat mendukung proses
belajar siswa dengan kegiatan: a
Melakukan penggabungan ruangan perpustakaan. b
Melakukan penggabungan koleksi buku perpustakaan. c
Melakukan penambahan ruang belajar terbuka. d
Memasang jaringan internet di lingkungan sekolah. e
Melakukan penambahan unit komputer.
147 2
Mengembangkan Pendidikan Berbasis Lingkungan dengan kegiatan SEMUTLIS Sepuluh Menit untuk Tanaman dan
Lingkungan Hidup melalui kerja bakti bersama membersihkan lingkungan setiap pagi sebelum bel masuk sekolah.
3 Meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak
dengan kegiatan: a
Membentuk Forum Orang Tua Siswa FOS. b
Membuat buku hubung orang tua dan guru untuk memantau perkembangan belajar siswa.
4 Menciptakan pembelajaran berbasis budaya jogja untuk
melestarikan budaya jogja dengan kegiatan: a
Melaksanakan muatan lokal karawitan dan gamelan jawa. b
Melaksanakan muatan lokal tari gaya jogja. 5
Meningkatkan potensi non akademik siswa dengan mengembangkan minat dan bakat siswa melalui kegiatan:
a Mengadakan ekstrakurikuler wajib, yaitu Baca Tulis Al-
Qur ’an, karawitan, tari gaya jogja, TIK atau computer,
bahasa inggris, dan pramuka. b
Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler pilihan, yaitu musik dan paduan suara, pencak silat, robotic, melukis, futsal,
MTQ, Pecinta Lingkungan Hidup, pantomime, dongen dan cerita, dokter kecil, pembuatan game edukasi, voli, tenis
meja, dan kelompok ilmiah anak.
148 6
Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dengan kegiatan: a
Melaksanakan rapat rutin dan evaluasi kerja seminggu sekali.
b Melaksanakan penggabungan ruangan kerja guru dan
pegawai. 7
Menciptakan keakraban antar siswa dengan kegiatan: a
Melaksanakan pembentukan rombel kelas pada setiap tingkatan.
b Menerapkan budaya 5S Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan
Santun. 8
Meningkatkan kompetensi guru dan pegawai dengan kegiatan: a
Workshop dan
pelatihan pengembangan
metode pembelajaran.
b Workshop dan pelatihan pengembangan keterampilan
penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan di atas melalui
Surat Keputusan Kepala Sekolah bertujuan untuk membangun budaya-budaya mutu yang positif pasca kebijakan regrouping.
Hal ini dibuktikan dengan dibuatnya kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada upaya meningkatkan profesionalitas guru,
membangun mitra dengan orang tua melalui pembuatan Forum Orang tua Siswa FOS, menciptakan lingkungan sekolah yang
kondusif agar terbangun budaya kerja sama di antara guru dan
149 karyawan yang berasal dari sekolah yang berbeda-beda,
menyediakan fasilitas
sekolah yang
memadai untuk
membangkitkan minat
baca dan
belajar anak
melalui pembangunan perpustakaan baru yang lengkap dan membangun
ruang belajar terbuka, dan menyediakan wadah untuk mengembangkan minat dan bakat agar siswa tidak hanya
berprestasi di bidang akademik saja. Hal ini ternyata sesuai dengan hasil penelitian Character Education Partnership 2011:
1 yaitu budaya mutu sekolah yang positif luas mencakup etos kerja seluruh sekolah dan individu, harapan yang tinggi untuk
belajar dan berprestasi, lingkungan yang aman dan peduli, nilai- nilai bersama dan kepercayaan dalam bekerjasama, pedagogi
yang kuat dan kurikulum yang unggul, motivasi siswa yang tinggi dan keterlibatan guru maksimal, budaya guru profesional, dan
kemitraan dengan keluarga dan masyarakat.