22 sederhana Ranjit Singh Malhi menyimpulkan bahwa dalam budaya
mutu kualitas adalah cara hidup, prinsip kualitas yang dicerminkan dalam praktik, dan perilaku organisasi.
Hal lain juga diungkapkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Kemendikbud dalam buku panduan lomba budaya mutu di
sekolah dasar 2016: 1-3 yang mendefinisikan budaya mutu sebagai suatu nilai dan keyakinan yang ada dalam suatu masyarakat yang
digunakan sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku yang bermutu tinggi bagi masyarakat pendukungnya. Sekolah-sekolah yang
memiliki budaya mutu tertentu biasanya dapat dilihat dari beberapa variabel yang mempengaruhinya seperti perolehan nilai, kondisi fisik,
lingkungan sekolah, dan budaya sekolah. Budaya mutu sekolah berpengaruh terhadap kehidupan di sekolah dan budaya yang
berpengaruh besar dalam kehidupan sekolah adalah budaya yang kuat. Berdasarkan beberapa definisi di atas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan budaya mutu adalah sistem nilai organisasi yang menciptkan lingkungan yang kondusif untuk
keberlangsungan perbaikan mutu yang berkesinambungan. Budaya mutu sekolah terdiri dari nilai-nilai, tradisi sekolah, dan harapan
sekolah terhadap mutu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa budaya mutu
sekolah dapat
digunakan untuk
menjelaskan upaya
membangkitkan minat dan berkenaan dengan cara sekolah dalam menghasilkan suatu produk yang memenuhi kriteria atau rujukan
23 tertentu. Sehingga produk atau output yang dihasilkan akan
berkualitas dan dapat bersaing secara global.
b. Indikator Pengembangan Budaya Mutu Sekolah
Daryanto 2015: 41 menyebutkan ada beberapa indikator penciptaan budaya mutu di sekolah. Indikator penciptaan dan
pengembangan budaya mutu tersebut adalah:
1 Sekolah menciptakan suasana yang memberikan harapan dan
semangat, dimana para guru percaya bahwa siswa dapat mencapai tingkat prestasi yang tinggi.
2 Sekolah menekankan kepada siswa dan guru bahwa belajar
merupakan alasan yang paling penting untuk bersekolah. 3
Harapan terhadap prestasi siswa yang tinggi disampaikan kepada seluruh siswa.
4 Harapan terhadap prestasi siswa yang tinggi disampaikan kepada
seluruh orangtua siswa. Indikator-indikator penciptaan dan pengembangan budaya
mutu sekolah di atas digunakan sebagai landasan untuk dapat melihat tingkat pencapaian penciptaan dan pengembangan budaya mutu.
Untuk dapat menciptakan budaya mutu dan dapat mencapai indikator- indikator di atas tentunya sekolah harus memiliki cara atau strategi.
Cara atau strategi penciptaan dan pengembangan indikator budaya mutu tersebut oleh Daryanto 2015: 41 dijabarkan sebagai berikut:
1 Merumuskan standar sikap dan perilaku yang berorientasi pada
kinerja yang tinggi baik bagi kepala sekolah, guru, staf administrasi, maupun siswa.
2 Merumuskan standar pelayanan prima yang dipatuhi semua warga
sekolah guna meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan sekolah, khususnya siswa dan orangtuanya. Standar pelayanan
prima meliputi elemen berikut: kecepatan, ketetapan, keramahan, ketanggapan, dan pemberian jaminan mutu sekolah.
3 Melaksanakan berbagai lomba untuk mendorong siswa, guru, dan
staf dalam berkompetisi.
24 4
Menciptakan sistem penghargaan bagi warga sekolah yang berprestasi tinggi dan pembinaan serta hukuman bagi yang
berprestasi rendah. 5
Memampukan warga sekolah untuk secara terus-menerus meningkatan kualitas guna memenuhi persyaratan yang dituntut
oleh pengguna lulusan masyarakat.
Dari bebagai pernyataan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa indikator penciptaan dan pengembangan budaya mutu sekolah
lebih berorientasi pada upaya sekolah agar siswa dapat terus belajar dan berprestasi tinggi. Indikator penciptaan dan pengembangan
budaya mutu tersebut dapat tercapai jika sekolah menggunakan cara atau strategi yang berorientasi pada bagaimana sekolah memberikan
pelayanan prima kepada siswa dan bagaimana sekolah menciptakan iklim atau suasana yang dapat meningkatkan mutu atau kualitas
sekolah.
c. Karakteristik Sekolah Unggul Berbudaya Mutu
Selain dilihat dari kualitas output, sekolah yang bermutu juga harus mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya. Pemenuhan
kebutuhan pelanggan juga harus sesuai dengan 8 standar yang telah diletakkan dalam Undang-Undang Sisdiknas, yaitu standar kompetensi
lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan pendidikan, dan standar pengelolaan pendidikan. Kedelapan standar tersebut dijadikan sebagai pedoman bagi sekolah
dalam upaya memenuhi kebutuhan pelanggannya.