Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya raya, baik kaya akan wisata alamnya, sumber daya alamnya, keseniannya, maupun budayanya. Wisata alam yang ada di Indonesia sangatlah beragam, mulai dari wisata pantai, pegunungan, air terjun, danau dan sungai. Keindahan alam Indonesia berhasil menarik perhatian dunia, hal itu dapat ditandai dengan semakin meningkatnya wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia untuk menikmati potensi wisata dan keindahan alam yang ada. Menurut data dari Kementrian Pariwisata kemenpar bulan September tahun 2016 menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sejumlah 1.006.653 juta jiwa, meningkat dibandingkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2015 yang berjumlah 920.128 jiwa. Hal tersebut menunjukkan semakin meningkatnya kepercayaan wisatawan mancanegara dengan potensi wisata yang ada di Indonesia. Dampak dari semakin meningkatnya wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sangatlah beragam, tidak hanya secara ekonomi saja, namun juga secara sosial, politik, budaya dan lingkungan. Secara ekonomi, kontribusi pariwisata terlihat sangat nyata yaitu dapat menambah devisa negara, pendapatan asli daerah, dan pendapatan masyarakat sekitar. Pariwisata juga terbukti mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja bagi masyarakat setempat. Pariwisata merupakan industri besar yang 2 menjadi andalan utama bagi negara dalam menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu, pengembangan dalam bidang wisata terus dilakukan. Sebagaimana dimuat dalam UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan maupun PP 502011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, maka pengembangan kepariwisataan ditopang oleh empat pilar yaitu: Pengembangan Destinasi Pariwisata, Industri Pariwisata, Pemasaran Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan. Pengembangan pariwisata terus dilakukan untuk menarik datangnya wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Pengembangan pariwisata melibatkan semua lapisan masyarakat, mulai dari kalangan atas sampai masyarakat lapisan bawah, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat biasa. Semua lapisan masyarakat tersebut diharapkan dapat ikut terlibat dan membantu dalam usaha pengembangan wisata. Masyarakat akan terdorong dan termotivasi untuk membantu apabila mereka mengetahui alasan mengapa mereka harus membantu dan keuntungan apa yang akan mereka dapatkan. Masyarakat akan terdorong untuk membantu dan terlibat dalam pengembangan pariwisata apabila masyarakat menyadari adanya dampak positif dengan pengembangan obyek wisata yang ada didaerahnya. Peran serta masyarakat dalam pengembangan desa sangat dibutuhkan, karena masyarakat adalah subyek utama dalam pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan bukan karena mobilisasi, melainkan sebagai bentuk partisipasi yang dilandasi oleh determinasi dan kesadaran. Pendek kata, dalam proses pembangunan, masyarakat tidak semata-mata diperlakukan sebagai obyek, tetapi lebih kepada subyek dan aktor atau pelaku 3 Soetomo, 2006:7-8. Dengan adanya masyarakat sebagai subyek atau pelaku, maka secara tidak langsung masyarakat akan ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengembangan desa tersebut. Dalam jangka panjang, keterlibatan masyarakat dalam pengembangan juga akan berdampak positif, kemandirian masyarakat juga akan cepat terwujud dengan adanya partisipasi secara langsung, karena masyarakat akan terbiasa dalam berpartisipasi dan melakukan perubahan. Melalui partisipasi masyarakat secara langsung tersebut, maka akan terjadi proses belajar sambil bekerja secara berkesinambungan. Peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata secara langsung sangat perlu adanya. Peran serta masyarakat dapat ditumbuhkan dan digerakkan melalui usaha-usaha penerangan serta pengembangan komunikasi sosial yang sehat, yang dilakukan melalui dialog yang luas dan bersifat terbuka, terarah, jujur, bebas dan bertanggung jawab, baik antara pemerintah dan masyarakat maupun antar golongan-golongan masyarakat itu sendiri. Dialog yang demikian akan melahirkan gagasan serta pandangan yang kuat agar pembangunan tetap memiliki gerak maju ke depan. Sebagai contoh, masyarakat di daerah tujuan wisata sangat mengharapkan terbinanya kelestarian usaha yang terkait dengan obyek wisata dan kehidupan alam budaya mereka tidak menjadi rusak Suwantoro, 2004:34. Untuk itu pembangunan dan pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat sekitar secara langsung. Salah satu pendekatan pengembangan pariwisata alternatif dengan melibatkan masyarakat secara langsung yaitu dengan pengembangan Desa 4 Wisata. Pengembangan Desa Wisata dinilai mampu memberdayakan masyarakat dan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat. Selain itu, pengembangan Desa Wisata secara tidak langsung juga dapat menumbuhkan kemandirian masyarakat, karena dengan adanya Desa Wisata masyarakat akan dituntut untuk terus belajar dan terus berinovasi dalam pengembangan potensi wisata yang ada didaerahnya tersebut. Pengembangan Desa Wisata juga dinilai sebagai alternatif pembangunan desa yang sangat efektif dalam rangka mengenalkan potensi desa, budaya dan tradisi masyarakat setempat. Pengembangan Desa Wisata juga dapat memberi peluang yang sebesar-besarnya kepada masyarakat desa untuk memahami esensi dunia pariwisata serta memanfaatkan hasil dari pariwisata tersebut. Salah satu Kabupaten di Provinsi Yogyakarta yang memiliki banyak Desa Wisata adalah Kabupaten Sleman, tercatat ada 32 Desa Wisata yang berkembang dan dikelola oleh masyarakat setempat sumber: Arsip Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman. Desa Wisata yang ada di Kabupaten Sleman menawarkan beberapa potensi wisata, diantaranya pemandangan desa yang masih sejuk dan asri, kebudayan dan kesenian daerah, bangunan-bangunan bersejarah, dan juga potensi alam yang dapat digunakan untuk kegiatan outbond maupun kegiatan edukasi lainnya. Salah satu yang menjadi ikon dari keindahan alam Kabupaten Sleman adalah Gunung Merapi. Gunung Merapi merupakan gunung yang masih aktif sampai sekarang dan berbahaya bagi masyarakat sekitar, akan tetapi hal tersebut tidak menjadi halangan masyarakat untuk tetap tinggal dilereng Gunung Merapi. 5 Pancoh adalah salah satu Desa Wisata yang berada dilereng Gunung Merapi, Desa Wisata Pancoh berada dikaki gunung Merapi dengan ketinggian mencapai 700 mdpl, Desa Pancoh merupakan salah satu desa yang terkena dampak dari bencana erupsi Merapi pada tahun 2010. Setelah beberapa tahun berjalan, masyarakat Desa Pancoh dibantu dengan pendampingan dari salah satu lembaga pemerintah mulai bangkit dan menata kembali desa dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada. Setelah diamati, Desa Pancoh memiliki potensi alam yang indah dan didukung dengan kebudayaan masyarakat yang beragam. Dengan adanya potensi-potensi yang ada, Desa Pancoh perlu dikembangkan agar menjadi Desa Wisata yang banyak diminati wisatawan, masyarakat Pancoh adalah subyek utama yang dapat menentukan perkembangan desa tersebut. Peran masyarakat Desa Pancoh sangatlah besar dalam menentukan keberhasilan pengembangan Desa Wisata. Akan tetapi, tidak semua masyarakat tergerak untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan Desa Wisata Pancoh, kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi wisata yang ada menjadi faktor penghambat utama dalam pengembangan Desa Wisata Pancoh, sehingga banyak potensi-potensi desa yang masih belum dapat dikelola. Selain itu, masih minimnya fasilitas atau sarana prasarana penunjang yang dapat mendukung pengembangan Desa Wisata dan juga masih minimnya kemampuan sumber daya manusia yang profesional dalam mengelola potensi- potensi desa yang ada juga menjadi faktor lain yang dapat menghambat pengembangan Desa Wisata Pancoh pastvnews.com. 6 Setelah melihat permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat pengembangan Desa Wisata Pancoh, maka beberapa anggota dari masyarakat Pancoh berinisiatif dan tergerak untuk mengembangkan Desa Wisata Pancoh, beberapa anggota masyarakat tersebutlah yang sekarang tergabung di Kelompok Sadar Wisata atau yang sering dsebut dengan Pokdarwis, Pokdarwis ini diberi nama Pokdarwis Pancoh yang artinya Kelompok Sadar Wisata masyarakat Pancoh, Pokdarwis Pancoh bertekad membangkitkan semangat dan motivasi masyarakat Pancoh agar mereka menyadari akan kekayaan Desa Pancoh yang berpotensi apabila dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik. Pokdarwis Pancoh berhasil membuktikan perannya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat Pancoh untuk bersama-sama dalam mengembangkan Desa Wisata Pancoh, yaitu terbukti dengan adanya data homestay dari tahun ke tahun yang menunjukkan peningkatan, dari tahun 2012 : 5 rumah, tahun 2013 : 28 rumah, tahun 2014 : 45 rumah, tahun 2015 : 55 rumah, dan terakhir tahun 2016 : 65 rumah sumber: Data Homestay Desa Wisata Pancoh tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya peran dari Pokdarwis Pancoh tersebut masyarakat Pancoh tergerak dan termotivasi untuk mengembangkan Desa Wisata Pancoh, dengan adanya Pokdarwis Pancoh ini harapannya masyarakat Pancoh dapat bergerak bersama dan terus konsisten dalam mengembangkan Desa Wisata Pancoh. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti akan meneliti permasalahan tentang bagaimana peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh. 7

B. Identifikasi Masalah