Tinjauan Peran Kelompok Kajian Teori

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Peran Kelompok

a. Pengertian Peran Dalam sebuah kelompok, setiap individu adalah aktor atau pelaku yang harus memainkan perannya masing-masing. Kelompok dalam sebuah komunitas besar atau masyarakat dapat memainkan perannya sebagai agen perubahan di masyarakat. Peran adalah suatu rangkaian pola perilaku yang diharapkan dikaitkan dengan seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial. Sedangkan persepsi peran adalah suatu sudut pandang individu mengenai bagaimana dia seharusnya bertindak dalam suatu situasi tertentu, persepsi peran didapatkan dari stimulus yang ada disekitar kita, sebagai contoh teman, buku, film, televisi Robbins Judge, 2015:182. Peran merupakan bagian dari sebuah kelompok. Peran menjamin bahwa dalam menjalankannya, setiap anggota saling berinteraksi sehingga tujuan kelompok dapat tercapai. Peran tersebut saling melengkapi, sehingga suatu peran tidak dapat tercapai tanpa adanya peran lain. Harapan dalam menjalankan suatu peran termasuk hak dan kewajiban, dimana kewajiban dalam suatu peran adalah hak untuk peran yang lain Zulkarnain, 2013:10. b. Pengertian Kelompok Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, artinya bahwa setiap manusia pasti membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan fisik, sosial maupun kebutuhan- 11 kebutuhan lain yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Hal inilah yang menjadi dasar individu atau manusia membentuk suatu kelompok masyarakat agar mereka dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dengan adanya kelompok inilah individu dapat saling berinteraksi satu sama lain, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang saling membutuhkan. Kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri atas dua atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan yang saling memengaruhi pada setiap anggotanya. Berdasarkan sudut pandang tersebut, kelompok merupakan sebuah unit atau kumpulan individu yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terbentuk berdasarkan persepsi yang sama antar-anggota, memiliki tujuan dan motivasi, mempunyai fungsi yang sama kemudian terjadi interaksi yang menunjukkan kebergantungan masing-masing anggota Arifin, 2015:21. Pengertian kelompok memiliki ciri-ciri seperti dua orang atau lebih, ada interaksi diantara anggotanya, memiliki tujuan atau goals, memiliki struktur dan pola hubungan diantara anggota yang berarti ada peran, norma dan hubungan antar anggota, serta groupness, merupakan satu kesatuan Hariadi, 2011:13. c. Timbulnya Kelompok Ada beberapa alasan yang menyebabkan suatu kelompok itu terbentuk atau mengapa individu itu mau bergabung dengan suatu kelompok, menurut Sunarto K 2004:122 dalam Arifin, 2015:32 proses pengelompokan sosial 12 dalam perjalanan sejarahnya telah terbentuk melalui beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kelompok sosial yang terbentuk melalui pengaruh faktor internal lahir dari sebuah kesadaran setiap individu untuk membangun sebuah kelompok dalam pemenuhan kebutuhannya yang tidak dapat terpenuhi secara individual, seperti kebutuhan pertahanan dari serangan kelompok lain. Pengelompokan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal lahir dari sebuah proses alamiah tanpa melibatkan kehendak pada awal pengelompokannya, seperti seorang bayi yang dilahirkan dalam sebuah kelompok tertentu dan dinobatkan oleh mereka sebagai bagian dari kelompoknya. Huraerah Purwanto 2006:28 mendefinisikan beberapa teori yang menjelaskan tentang mengapa manusia bergabung dalam sebuah kelompok, salah satunya yaitu teori Alasan Praktis practical theory, teori yang diajukan Reitz ini adalah menekankan segi motifmaksud orang berkelompok. Teori ini mengacu pada teori kebutuhan Maslow, yang menurut practical theory ini “the group it self is the source of needs” kelompok itu sendiri mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Menurut teori ini kelompok-kelompok tersebut cenderung memberikan kepuasan kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang yang berkelompok. Letak nilai praktis dari teori ini, disebabkan oleh alasan-alasan tertentu, misalnya : alasan ekonomi, status sosial, keamanan, politis, dan alasan sosial lainnya. 13 Setiap individu memiliki keinginan untuk bergabung dengan suatu kelompok pasti memiliki alasan tertentu meskipun terkadang tidak disadari, menurut Worchel dan Cooper 1983 dalam Arifin 2015:31 secara psikologis orang masuk dalam kelompok karena tiga alasan, yaitu : - Mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi - Kelompok sering menjadi sumber informasi - Kelompok sering memberikan hadiah. Alasan ini sering menjadi dasar kepindahan orang ke kelompok lain. d. Ciri-ciri Kelompok Ciri-ciri kelompok menurut beberapa ahli hampir sama, yaitu adanya kesamaan tujuan dan keterikatan antar anggota satu dengan yang lainnya. Soetarno 1994:31-34 dalam Huraerah Purwanto 2006:6-8 mengutip hasil penelitian para ahli sosiologi dan ahli psikologi sosial yang menunjukkan bahwa kelompok sosial mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu : 1 Adanya Motif Yang Sama Kelompok sosial terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai motif yang sama. Motif yang sama ini merupakan pengikat sehingga setiap anggota kelompok tidak bekerja sendiri-sendiri, melainkan bekerja bersama untuk mencapai satu tujuan tertentu. Sesudah kelompok sosial terbentuk biasanya muncul motif baru yang memperkokoh kehidupan kelompok kehidupan kelompok sehingga timbul sense of belonging rasa menyatu di dalam kelompok pada tiap-tiap anggota. Rasa ini besar pengaruhnya bagi individu dalam kelompok itu, karena memberikan 14 tenaga moral yang tidak akan diperolehnya jika ia sebagai individu hidup sendiri, juga dapat memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial dan makhluk individu. 2 Adanya Sikap In-group dan Out-group Apabila orang lain di luar kelompok itu bertingkah laku seperti mereka, mereka akan menyingkirkan diri. Sikap menolak yang ditunjukkan oleh kelompok yang oleh kelompok itu disebut sikap out- group atau sikap terha dap “orang luar”. Kelompok manusia itu menunjukkan orang luar untuk membuktikan kesediannya berkorban bersama dan kesetiakawannya, baru kemudian menerima orang itu dalam segala kegiatan kelompok. Sikap menerima itu disebut sikap in-group atau sikap terhada p “orang dalam”. 3 Adanya Solidaritas Solidaritas adalah kesetiakawanan antar anggoa kelompok sosial. Terdapatnya solidaritas yang tinggi di dalam kelompok tergantung kepada kepercayaan setiap anggota akan kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan masing-masing anggota dan keadaan tertentu akan memberikan hasil kerja yang baik. Dengan demikian, akan makin tinggi pula solidaritas kelompok dan makin tinggi pula sense of belonging. 4 Adanya Struktur Kelompok Struktur kelompok adalah suatu sistem mengenai relasi antara anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan dan status mereka serta 15 sumbangan masing-masing dalam interaksi kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 5 Adanya Norma Kelompok Yang dimaksud dengan norma-norma kelompok disini adalah pedoman-pedoman yang mengatur tingkah laku individu dalam suatu kelompok. Pedoman ini sesuai dengan rumusan tingkah laku yang patut dilakukan anggota kelompok apabila terjadi sesuatu yang bersangkut paut dengan kehidupan kelompok tersebut. Jadi, norma disini mengandung arti ideal, bukan real. 6 Tahap-tahap Pengembangan Kelompok Terdapat lima model pengembangan kelompok menurut Robbins Judge 2015:179-180, yaitu : a Tahap Membentuk forming stage Digolongkan sebagai sejumlah besar ketidakpastian mengenai tujuan, struktur dan kepemimpinan kelompok. Para anggota “menguji keadaan” untuk menentukan tipe perilaku apa yang dapat diterima. Tahap ini akan selesai ketika para anggota mulai berpikir bahwa dirinya sendiri sebagai bagian dari sebuah kelompok. b Tahap Mempeributkan storming stage Adalah salah satu konflik intrakelompok. Para angota menerima keberadaan kelompok tetapi menentang hambatan yang memaksakan pada individualitas. Terdapat konflik tentang siapa yang akan 16 mengendalikan kelompok. Ketika tahap ini selesai, akan terdapat suatu hierarki kepemimpinan yang relatif jelas di dalam kelompok. c Tahap Menyusun Norma norming stage Hubungan yang dekat akan berkembang dan kelompok akan menunjukkan kekompakan. Sekarang terdapat rasa identitas kelompok yang kuat dan persahabatan. Tahap ini selesai ketika struktur kelompok mengeras dan kelompok telah berasimilasi serangkaian ekspektasi umum mengenai apa yang mendefinisikan perilaku anggota yang benar. d Tahap Mengerjakan performing Struktur pada poin ini sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari mengenal dan memahami satu sama lain hingga mengerjakan tugas yang ada. e Tahap Membubarkan adjourning stage Adalah untuk mengakhiri kegiatan dan mempersiapkan diri untuk pembubaran. Beberapa anggota kelompok optimis, bersenang-senang atas pencapaian kelompok. Anggota lainnya lebih tertekan karena kehilangan persahabatan dan pertemanan yang didapat selama kelangsungan kerja kelompok. e. Kekompakan Kelompok Kekompakan kelompok menunjukkan tingkat rasa untuk tetap tinggal di dalam kelompok yang merupakan salah satu hasil dari saling ketergantungan positif. Anggota kelompok yang tingkat kekompakan kelompoknya tinggi lebih terangsang untuk aktif mencapai tujuan 17 kelompok, dibandingkan anggota kelompok yang tingkat kekompakannya rendah. Kekompakan meningkatkan potensi kelompok dan meningkatkan rasa memiliki kelompok pada diri anggota kelompok. Semakin kompak suatu kelompok maka rasa loyalitas, keterlibatan, dan rasa keterikatan akan semakin erat. Seluruh anggota kelompok akan selalu mengadakan interaksi sehingga memudahkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan Zulkarnain, 2013:30.

2. Tinjauan Kelompok Sadar Wisata Pokdarwis