Fasilitas utama usah Sarana yang dimiliki Sangkuriang Jaya Perlengkapan produksi. Perlengkapan alat yang dimiliki oleh Peralatan. Peralatan untuk produksi, yaitu aerator, timbangan, Peluang Pasar

usaha pembenihan lele masih memiliki peluang pasar yang sangat menjanjikan. Lele sangkuriang tergolong jenis lele yang memiliki laju pertumbuhan cepat. Dengan cepatnya pertumbuhan ikan, kebutuhan total pakan selama masa pemeliharaan ikan relatif bisa ditekan. Food conversion rate FCR Lele Sangkuriang lebih rendah dari FCR Lele Dumbo biasa Nasrudin, 2010. FCR yang baik dan menguntungkan petani adalah yang memiliki nilai rendah. Semakin rendah nilai FCR, semakin kecil jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk membali pakan. Bagi pembeli benih Lele Sangkuriang mutu produk adalah yang paling penting terutama untuk petani pembesaran, dimana petani pembesaran mengharapkan benih yang memiliki ketahanan yang tinggi. Ketahanan benih yang tinggi akan mengurangi tingkat kematian benih sehingga jumlah lele yang dipanen sesuai dengan target yang diharapkan. 4.2. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Sangkuriang Jaya 4.2.1 Rencana Pengembangan Usaha Sangkuriang Jaya Sangkuriang Jaya merupakan salah satu perusahaan dari beberapa perusahaan di Desa Babakan yang bergerak di bidang usaha perikanan air tawar . Saat ini Sangkuriang Jaya berkeinginan untuk memperbesar usahanya dengan cara membuka lokasi produksi yang baru. Oleh sebab itu, Sangkuriang Jaya membutuhkan suatu perencanaan usaha yang matang dan suatu studi kelayakan sebelum memulai usahanya.

4.2.2 Fasilitas dan Kegiatan Pengembangan Usaha Sangkuriang Jaya

Sangkuriang Jaya memiliki fasilitas yang cukup memadai dalam menunjang kegiatan usahanya. Fasilitas tersebut adalah : a. Fasilitas utama usaha. Sarana yang dimiliki Sangkuriang Jaya untuk usaha pembenihan Lele Sangkuriang adalah, lahan seluas 1.000 m 2 . Kolam semen 20 petak yang terdiri dari 1 petak kolam untuk pemijahan dengan ukuran kolam 4 m x 2 m dengan tinggi 1 m. Kolam untuk pemeliharaan induk sebanyak 1 petak dengan luas 15 m 2 dan tinggi kolam 1 m. Selebihnya kolam untuk penetasan dan pemeliharaan larva atau benih yang masing-masing berukuran 4 m x 2 m dengan tinggi 0,5 m Gambar 2. Kolam pembenihan dan indukan Lele Sangkuriang

b. Perlengkapan produksi. Perlengkapan alat yang dimiliki oleh

Sangkuriang Jaya untuk menunjang kegiatannya adalah rak, papan tulis, meja, kursi, dan lain-lain.

c. Peralatan. Peralatan untuk produksi, yaitu aerator, timbangan,

baskom sortir, ember, selang, jaring, kakaban dan tabung oksigen. Gambar 3 Perlengkapan usaha Lele Sangkuriang

d. Fasilitas pendukung usaha. Fasilitas pendukung yang dimiliki

oleh Sangkuriang Jaya dalam kegiatan usaha adalah tempat penyimpanan pakan dan obat-obatan.

4.2.3 Kepengurusan Sangkuriang Jaya

Jumlah tenaga kerja yang bekerja di Sangkuriang Jaya berjumlah 4 orang tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut terdiri dari penanggungjawab lapangan 2 orang dan tenaga pelaksana produksi 2 orang. Koordinator lapangan bertugas mengawasi lokasi usaha dan turut membantu dalam proses pemanenan. Sedangkan tenaga operasional bertugas mengawasi perkembangan benih Lele Sangkuriang. Untuk lebih jelasnya akan diterangkan pada bagian manajemen SDM. Pada rencana awal berdirinya usaha, Sangkuriang Jaya telah membuat struktur organisasi. Struktur organisasi yang dibuat oleh Sangkuriang Jaya adalah struktur organisasi sederhana Gambar 4. Struktur organisasi Sangkuriang Jaya dapat dilihat pada aspek manajemen.

4.3. Latar Belakang dan Rencana Usaha Sangkuriang Jaya

Kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi perikanan baik, khususnya perikanan darat tawar. Potensi tersebut antara lain adalah topografi tanah, mutu air dan iklim yang menunjang tingkat keberhasilan dalam bidang budidaya perikanan darat pembenihan, pendederan dan pembesaran. Hal yang menunjang Kota Bogor sebagai wilayah perikanan di Indonesia adalah letak Kota Bogor yang berdekatan dengan kota-kota lain, yaitu Jakarta, Bandung dan Sukabumi. Oleh karena itu, pemasaran produk hasil perikanan dapat didistribusikan dengan cepat. Pemilik Sangkuriang Jaya Koordinator Lapangan I Koordinator Lapangan II Tenaga Operasional I Tenaga Operasional II Gambar 4. Struktur organisasi Sangkuriang Jaya Lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua F2 dengan induk jantan generasi keenam F6. Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar BBAT sukabumi, yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk dasar yang didiseminasikan, yaitu dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama F26. Adapun gambar dari Lele Sangkuriang dapat dilihat pada Gambar 5. Perbandingan Lele sangkuriang dan Lele Dumbo dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar 5. Lele Sangkuriang Menurut Nasrudin 2010 keunggulan yang terdapat pada Lele Sangkuriang adalah : a. Panen lebih cepat b. Kemampuan bertelur dan daya tetas telur tinggi c. Lebih tahan terhadap penyakit d. Kualitas daging lebih unggul e. Lebih tahan banting f. Teknik pemeliharaan lebih mudah g. Dapat dibudidayakan pada lahan sempit Sangkuriang Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perikanan air tawar khususnya Lele Sangkuriang. Rencana pengembangan usaha yang dilakukan Sangkuriang Jaya adalah untuk memenuhi permintaan pasar untuk benih Lele Sangkuriang. Selain itu juga potensi untuk usaha pembenihan Lele Sangkuriang masih sangat terbuka, khususnya di wilayah Jabodetabek. Oleh karena itu diharapkan Sangkuriang Jaya dapat meraup keuntungan yang optimal dari pembenihan lele tersebut.

4.3.1. Bidang Usaha dan Hasil Produksi

Rencana usaha Sangkuriang Jaya yang akan dibuat adalah memiliki sarana untuk pendederan, pembenihan dan produksi benih. Kegiatan utama Sangkuriang Jaya yang direncanakan adalah pembenihan Lele Sangkuriang.

4.3.2. Tujuan dan Manfaat Ekonomi Usaha

Tujuan dari pengembangan usaha ini adalah menciptakan suatu usaha yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan memberikan kesempatan kepada warga sekitar untuk bekerja. Pengembangan usaha ini juga diharapkan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Babakan Kecamatan Ciomas. Pengembangan usaha pembenihan Lele Sangkuriang ini, diharapkan dapat membantu meringankan masyarakat sekitar terutama petani pembesaran dalam mencari benih Lele Sangkuriang. Pencarian informasi menjadi lebih mudah dengan pembudidaya Lele Sangkuriang lainnya.

4.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan pendirian usaha pembenihan Lele Sangkuriang di Desa Babakan ini dikaji menurut aspek-aspek yang terdapat dalam analisis kelayakan usaha. Aspek-aspek kelayakan usaha tersebut, yaitu aspek pasar, aspek keuangan, aspek teknis dan aspek manajemen. Dari keempat aspek yang dibahas tersebut disesuaikan dengan kondisi usaha pembenihan Sangkuriang Jaya dan menjelaskan apakah usaha ini layak atau tidak untuk didirikan.

4.4.1. Analisis Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan aspek yang menempati urutan pertama dalam studi kelayakan. Aspek pasar merupakan aspek yang perlu dianalisis, dengan tujuan mengetahui apakah produkjasa yang dihasilkan dapat dijual atau tidak, karena bila dilakukan tanpa memperkirakan atau meneliti permintaan produk, maka dikemudian hari usaha akan terancam dan akan timbulnya banyak sekali kesulitan akibat kekurangan atau kelebihan permintaan. Pembahasan pada aspek ini meliputi kondisi peluang pengembangan usaha di pasar, kebijakan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi yang direncanakan oleh Sangkuriang Jaya.

a. Peluang Pasar

Budidaya Lele Sangkuriang dapat dilakukan 1 800 m dari permukaan laut dpl dan tidak memerlukan persyaratan lokasi baik tanah maupun air secara spesifik. Permintaan dari Lele Sangkuriang di wilayah Bogor khususnya masih sangat tinggi, yaitu 40 ton per hari. Sementara untuk wilayah Jabodetabek permintaan Lele Sangkuriang 75 ton per hari www.agromaret.com , 2009. Peningkatan permintaan ikan lele yang merupakan salah satu ikan konsumsi, dapat dilihat dan peningkatan per kapita masyarakat di kabupaten Bogor dari tahun 2000 sampai tahun 2008 Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2000-2008 Tahun Konsumsi ikan kgkapitatahun Persentase perubahan 2000 14,49 - 2001 15,15 4,6 2002 15,99 5,5 2003 16,49 3,1 2004 17,3 4,9 2005 18,44 6,5 2006 19,82 7,4 2007 22,36 12,8 2008 24,04 7,5 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2009 Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa konsumsi ikan di Kabupaten Bogor terus meningkat setiap tahunnya. Tingkat konsumsi ikan pada tahun 2000, yaitu 14,49 kg per kapita per tahun dan terus mengalami kenaikan hingga menjadi 24,04 kg per kapita per tahun pada tahun 2008. Produksi lele di Indonesia meningkat cukup nyata dalam beberapa tahun terakhir ini, yaitu dari sekitar 60.000 ton Tahun 2004, menjadi 79.000 ton pada tahun 2005. Departemen Kelautan dan Perikanan menargetkan adanya peningkatan rataan 20.000 ton per tahun. Dengan sasaran pengembangan produksi ikan lele secara nasional pada tahun 2009 mencapai 175.000 ton Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007. Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang mempunyai potensi besar untuk mengembangkan usaha budidaya ikan lele. Perkembangan produksi ikan lele di Kabupaten Bogor dari tahun 2003-2006 terus mengalami peningkatan Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan produksi perikanan air tawar Kabupaten Bogor dari tahun 2006-2009 dalam Ton Jenis ikan Tahun Jumlah Rataan 2006 2007 2008 2009 Mas 7.068,77 8.923,31 8.124,35 3.889,61 28.006,04 7.001,51 Nila 3.430,78 4.310,67 3.494,95 1.845,42 13.081,82 3.270,45 Gurame 3.453,8 4.357,14 1.854,82 1.946,43 11.612,19 2.903,05 Tawes 921,01 1.162,62 278,80 77,14 1.276,95 425,65 Tambakan 34,54 41,37 48,5 33,68 158,09 39,52 Lele 5.572,13 7.035,06 9.744,8 18.315,02 40.667,01 10.166,75 Patin 57,56 92,03 571,76 584,84 1.306,19 326,55 Nilam 46,05 54,85 8,23 3,21 112,34 28,08 Lain-lain 2.223,4 2.824,78 961,08 2.057,59 8.066,85 2.016,71 Jumlah 22.841,1 28832,92 25.087,29 28.752,94 28.006,04 7.001,51 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2009 Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa produksi ikan Lele pada tahun 2006 adalah 5.572,13 dan meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar 7.035,06 ton. Selanjutnya pada tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah produksi menjadi 9.744,8 ton, dan total produksi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 18.315,02 ton. Sangkuriang Jaya dalam usaha pembenihan Lele Sangkuriang memiliki target untuk pemasaran produknya. Target pasar yang dimaksud, yaitu para pembudidaya pembesaran Lele yang terdapat di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi Jabodetabek.

b. Kebijakan Bauran Pemasaran