Hipotesis Definisi Operasional PENDEKATAN TEORITIS

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Diduga semakin kuat modal sosial kepercayaan, jaringan , norma maka tahapan kredit yang diperoleh semakin tinggi. 2. Diduga kepercayaan memiliki pengaruh yang paling besar di antara kedua komponen modal sosial lainnya dalam tahapan perolehan kredit

2.4 Definisi Operasional

1. Kepercayaan adalah ada atau tidak adanya perasaan yakin bahwa orang lain akan memberikan respon sebagaimana yang diharapkan dan akan saling mendukung atau setidaknya orang lain tidak akan bernaksud merugikan. Pengukuran kepercayaan dilihat melalui pernyataan yang berhubungan dengan kekerabatan, status dan posisi sosial, keterampilan. a Kekerabatan adalah hubungan sosial yang memiliki unsur kekeluargaan seperti ayah, Ibu, anak, adik, kakak dan saudara. Penilaian kekerabatan menggunakan skor yakni :  Jika pihak pelaku usaha memiliki hubungan kekerabatan dengan LKM Bina Usaha Mandiri skor = 1  Jika pihak pelaku usaha tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan LKM Bina Usaha Mandiri skor = 0 b Status dan posisi sosial dilihat dari peran dan pengaruh yang dimiliki oleh pelaku usaha kecil dan dipandang penting bagi warga sekitar seperti jabatan yang bersifat formal maupun informal. Penilaian status dan posisi sosial menggunakan skor yakni :  Jika pihak pelaku usaha memiliki status dan posisi sosial yang tinggi skor = 1  Jika pihak pelaku usaha tidak memiliki status dan posisi sosial yang rendah skor = 0 c Keterampilan yakni kemampuan yang dimiliki pelaku usaha kecil dalam menjalankan usaha kemampuan tersbut diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman dalam menjalankan usaha. Ketetarpulan diukur berdasarkan 2 kategori yaitu :  Tinggi : skor 5-8  Rendah : skor 0-4 2. Jaringan adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Pengukuran jaringan sosial dilihat melalui pernyataan yang berhubungan dengan basis jaringan dan tingkat interaksi responden. a Basis jaringan adalah latar belakang penyeban terbentuknya jaringan sosial bisa disebkan oleh hubungan pertetangaan dan hubungan pertemanan. Penilaian skor basis jaringan menggunakan skor yakni :  Jika pihak pelaku usaha kecil bisa mendapatkan kredit atas dasar pertetanggaan dan pertemanan skor = 1  Jika pihak pelaku usaha kecil bisa mendapatkan kredit bukan atas dasar pertetanggaan dan pertemanan skor = 0 b Interaksi adalah bisa dilihat melalui interaksi yang bersifat langsung seperti intetnsitas berkomunikasi. Penilaian interaksi dibagi menjadi 2 katagori yakni :  Tinggi : skor 4-6  Rendah : skor 0-3 3. Norma adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Pengukuran norma sosial dilihat melalui pernyataan yang berhubungan dengan ketaatan responden terhadap norma yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. a Ketaatan terhadap aturan tertulis yaitu ketaatan responden terhadap aturan atau kesepakatan yang telah dibuat secara bersama-sama dan dan bersifat tertulis. Penilaian ketaatan terhadap aturan tertulis dibagi menjadi 2 katagori yakni :  Tinggi : skor 4-6  Rendah : skor 0-3 b. Ketaatan terhadap aturan tidak tertulis yaitu ketaatan responden dalan menjalankan nilai-nilai tradisional yang bersifat tidak tertulis. Penilaian ketaatan terhadap aturan tidak tertulis dibagi menjadi 2 katagori yakni :  Tinggi : skor 4-6  Rendah : skor 0-3 4. Tahapan perolehan kredit mikro adalah tahapan-tahapan yang terdapat pada proses pengajuan dana atau kredit oleh pihak pelaku usaha kecil dengan pihak lembaga keuangan mikro yang bersangkutan. Adapaun tahapan- tahapan tersebut dinilai dari kisaran jumlah dana yang dapat diperoleh yakni sebagai berikut : a Rescue Rp 200 ribu skor 1 b Recovery ≤ Rp 200 ribu - Rp 500 ribu skor 2 c Development ≥ Rp 500 ribu skor 3

BAB III PENDEKATAN LAPANG

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pelaku usaha kecil mikro di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Waktu penelitian dimulai sejak tanggal 10 Juli sampai dengan 15 Agustus 2011. Penelitian yang dimaksud mencakup waktu sejak peneliti di daerah peneltian di luar pengumpulan dan pengolahan data, hingga penyusunan draft skripsi. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive sengaja, dengan pertimbangan di Kelurahan Pasir Mulya terdapat Lembaga Keuangan Mikro Bina Usaha Mandiri yang memayungi sebagian besar pelaku usaha kecil mikro di Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner yang disebarkan kepada responden. Selain itu dilengkapi dengan wawancara mendalam dengan sejumlah responden dan informan. Data sekunder diperoleh dari dokumen- dokumen dan pustaka berbagai sumber yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah dokumen tentang profil Kelurahan Pasirmulya, khususnya RW 02 yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Pasirmulya serta dokumen-dokumen dan pustaka yang berasal dari berbagai sumber yang berhubungan dan menunjang penelitian.

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah warga Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang menjadi pelaku usaha berskala kecil dan mikro. Unit analisis pada penelitian ini adalah individu. Penelitian ini akan difokuskan pada RW 02, yaitu RW yang sebagian besar pelaku usaha kecil berada di wilayah tersebut. Setelah didapatkan jumlah populasi pelaku usaha kecil, maka