usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti, tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat, belum melakukan
administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha, sumber daya manusianya
pengusahanya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai, tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah, umumnya belum akses kepada
perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
Pembahasan usaha kecil mengenai pengelompokan jenis usaha yang meliputi usaha industri dan usaha perdagangan. Pengertian tentang usaha kecil
dan menengah UKM tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan. Mengenai pengertian atau definisi usaha kecil ternyata sangat bervariasi. Dalam
definisi tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaiu aspak penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang
diserap dalam kelompok perusahaan tersebut. Mengacu Undang-undang Nomor 9 tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat
dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah: 1.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak dua ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan paling banyak satu miliar per tahun
Definisi atau kriteria yang digunakan untuk usaha kecil dan usaha menengah di Indonesia sampai saat ini dirasakan sudah tidak sesuai dengan
kondisi dunia usaha, serta kurang dapat digunakan sebagai acuan oleh instansi dan institusi lain, sehingga masing-masing institusi menggunakan definisi yang
berbeda.
C. Peranan UMKM dalam Bidang Sosial
Menurut Clapham 1991, tujuan sosial dari UMKM sekurang-kurangnya untuk mencapai tingkat kesejahteraan minimum, yaitu menjamin kebuutuhan
dasar rakyat. Sadoko 1995 juga menegaskan peranan usaha kecil tidak hanya menyediakan barang-barang dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah,
tetapi juga bagi konsumen perkotaan lain yang berdaya beli lebih tinggi, selain itu
usaha kecil juga menyediakan bahan baku atau jasa bagi usaha menengah dan besar, termasuk pemerintah lokal. Karena itu, perlu ditekankan disini bahwa
perusahaan besar membutuhkan perusahaan kecil, karena alasan-alasan ekonomi, sebagai pemasok misalnya, dan pembeli produk dan penyedia berbagai jasa.
Peranan UMKM untuk kepentingan konsumen berpendapatan rendah penting untuk menjamin persediaan barang bermutu sederhana bersangkutan, dan
pada harga yang terjangkau. Dapat dikatakan bahwa perusahaan kecil memberikan sumbangan yang sangat penting dalam bentuk turut menurunkan
biaya hidup bagi kelompok-kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Umumnya, karena itu perusahaan kecil dan menengah memberikan sumbangan
yang besar dari segi kedaulatan konsumen Clapham, 1991. Selain berperan dalam kedaulatan konsumen, UMKM memiliki peranan
yang sangat berarti dalam hal penciptaan lapangan kerja. Clapham 1991 menyebutkan bahwa lebih dari 75 persen lapangan kerja di luar sektor pertanian di
negara sedang berkembang diciptakan oleh perusahaan kecil dan menengah di sektor industri pengolahan, perdagangan, dan selebihnya di sektor jasa.
Mendukung pernyataan tersebut, Rahmana 2009 juga menyatakan bahwa hampir 90 persen daritotal usaha yang ada di dunia merupakan kontribusidari
UKM. Kontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga kerja, baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia, mempunyai peranan yang
signifikan dalam penanggulangan masalah pengangguran.
Berdasarkan fakta tersebut, Tambunan 2001 menyebutkan bahwa UKM juga mampu mereduksi ketimpangan pendapatan terutama di negara-negara
berkembang. Melihat peranan UKM yang sangat signifikan dalam penciptaan kesempatan kerja dan nilai tambah seperti yang telah diungkapkan sebelumnya,
mendukung pendapat bahwa UKM mampu memberikan manfaat sosial yaitu mereduksi ketimpangan pendapatan Sulistyastuti, 2004. Karena itu, sektor
perusahaan kecil dan menengah dipandang lembaga yang cocok untuk menghilangkan dualisme ekonomi dan sosial Clapham, 1991.
D. Peranan UMKM dalam Bidang Ekonomi