Persiapan Lahan Pengetahuan Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat

5.2.2 Persiapan Lahan

Kegiatan persiapan lahan merupakan usaha petani dalam menyiapkan lokasi untuk kegiatan penanaman, agar lahan siap ditanami dan tanaman yang ditanam dapat tumbuh dengan baik. Persiapan lahan biasanya dilakukan pada pertengahan atau akhir musim kemarau, tujuannya adalah agar penanaman dapat dilakukan pada musim hujan. Tindakan yang dilakukan pada kegiatan persiapan lahan terdiri dari pembersihan lahan, pembuatan jarak tanam serta pemasangan ajir, pembuatan lubang tanam, dan pemupukan lubang tanam. Kegiatan pembersihan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan secara manual menggunakan parang dan sabit yang digunakan untuk memangkas semak, beberapa petani dengan modal besar menggunakan mesin pemotong rumput. Setelah permukaan tanah bersih dari semak, petani menggunakan cangkul untuk membersihkan rumput dan liana yang menjalar di permukaan tanah serta membersihkan akar-akar semak. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan bibit pada masa awal penanaman menjadi optimal, tidak terganggu oleh gulma. Peralatan yang digunakan pada kegiatan pembersihan lahan ini meliputi parang, sabit, golok, cangkul, keranjang rumput dan mesin pemotong rumput. Parang dan sabit digunakan untuk memangkas semak, alang-alang, dan rumput, petani bermodal besar menggunakan mesin pemotong rumput. Golok digunakan untuk memangkas semak yang berukuran besar serta memiliki batang yang keras. Cangkul digunakan untuk membersihkan tanah dari rumput-rumput dan liana yang menjalar di atas tanah, dan digunakan untuk membersihkan tanah dari sisa- sisa akar semak. Keranjang rumput digunakan untuk mengangkut rumput hasil pembersihan lahan. Pada umumnya tindakan pembersihan lahan yang dilakukan petani didasarkan pada kesadaran petani bahwa gulma dapat berpengaruh negatif pada pertumbuhan bibit yang baru ditanam. Tindakan ini dilakukan petani berdasarkan pengetahuan petani dalam aspek ekologi, yaitu persyaratan tempat tumbuh yang mendukung pertumbuhan pohon. Metode pembersihan lahan yang dilakukan petani sejalan dengan yang dikatakan Indriyanto 2008, kegiatan pembersihan lahan mencakup membersihkan semak belukar, alang-alang, dan tumbuhan liar lainnya yang akan menjadi pesaing untuk tanaman hutan, serta membersihkan sisa-sisa tumbuhan yang telah mati. Pembersihan lahan dilakukan secara fisik dengan parang, golok, cangkul, dan mesin pemotong rumput. Kegiatan pembuatan jarak tanam serta pemasangan ajir dilakukan setelah lahan dibersihkan dengan menancapkan ajir pada jarak tanam yang direncanakan sebelumnya. Menurut petani, jarak tanam diperlukan agar dalam pemeliharaannya nanti menjadi mudah, jarak tanam pohon ditentukan dalam kegiatan perencanaan pengelolaan hutan. Jarak tanam tiap petani berbeda tergantung dari pola hutan rakyatnya, jarak tanam hutan rakyat murni monokultur berbeda dengan hutan rakyat agroforestry. Umumnya hutan rakyat murni memiliki jarak tanam antara 1 m x 1 m sampai 3 m x 3 m, sedangkan hutan rakyat agroforestry memiliki jarak tanam antara 3 m x 3 m sampai 5 m x 5 m. Pembuatan jarak tanam berbarengan dengan kegiatan pemasangan ajir, tujuan pemasangan ajir adalah sebagai penanda letak lubang tanam yang akan dibuat kemudian. Pemasangan ajir juga diperlukan agar bibit yang ditanam nantinya terlindung dari cacat kayu bengkokmelengkung, yang diakibatkan terpaan angin dan jatuhan air hujan pada awal pertumbuhan pohon. Peralatan yang digunakan pada kegiatan ini adalah golok dan meteran. Golok digunakan untuk membuat ajir yang terbuat dari bambu atau ranting pohon, meteran digunakan untuk membuat jarak tanam. Kegiatan pembuatan lubang tanam dilakukan pada titik-titik tempat ajir terpasang. Hal ini dilakukan agar lubang tanam dibuat berdasarkan jarak tanam yang telah dibuat yang ditandai dengan ajir. Pembuatan lubang tanam dilakukan untuk menanam bibit di dalam tanah agar pertumbuhan bibit menjadi baik. Lubang tanam yang dibuat berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm panjang 30 cm, lebar 30 cm, dan dalam 30 cm. Ukuran lubang tanam yang dibuat berdasarkan ukuran media tanam bibit yang ditanam pada plastik polybag. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pembuatan lubang tanam ini adalah cangkul. Cangkul digunakan untuk menggali lubang pada lahan yang digunakan sebagai lubang tanam. Pembuatan lubang tanam yang dilakukan petani berbeda dengan pembuatan lubang tanam menurut Indriyanto. Menurut Indriyanto 2008, lubang tanam sebaiknya dipersiapkan satu minggu sebelum penanaman. Ukuran lubang tanam 40 cm x 40 cm x 40 cm atau bergantung pada cara penanamannya. Lubang tanam jangan terlalu dalam atau terlalu dangkal. Waktu pembuatan lubang tanam yang dilakukan petani adalah saat petani telah selesai melakukan kegiatan pembersihan lahan pada pertengahan atau akhir musim kemarau, petani tidak menjadwalkan pembuatan lubang tanam satu minggu sebelum penanaman. Petani cenderung melakukan kegiatan persiapan lahan selanjutnya dengan segera tanpa menunda- nundanya. Ukuran lubang tanam yang dibuat petani juga berbeda dengan yang disarankan Indriyanto, karena ukuran lubang tanam yang dibuat petani sudah cukup memadai dengan ukuran media tanam bibit polybag untuk ditanam didalamnya. Kegiatan pemupukan lubang tanam dilakukan petani dengan memberikan pupuk kompos, pupuk kandang, atau pupuk uradan sebanyak 1 cetok ± 100 gram pada tiap lubang tanam yang ada. Menurut petani, tujuan dari pemupukan lubang tanam ini adalah agar bibit tidak kekurangan unsur hara pada awal penanaman. Pada awal penanaman akar bibit belum mampu menjelajah jauh untuk mencari sumber hara, maka dari itu pemupukan lubang tanam bertujuan agar unsur hara yang diperlukan bibit dapat dengan mudah terjangkau. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos, pupuk kandang, atau pupuk uradan. Pupuk kompos adalah sampah organik yang dipendam didalam tanah untuk jangka waktu tertentu biasanya 1-2 minggu. Pupuk kandang adalah kotoran kambing beserta ampas-ampas sisa pakan kambing yang terdapat dibawah kandang kambing. Sedangkan pupuk uradan adalah pupuk yang terbuat dari sisa pembakaran semak belukar pada lahan berupa abu dan arang semak belukar dicampur dengan kapur dan kotoran kambing, dengan perbandingan 2 : 1 : 2. Ketiga jenis pupuk tersebut adalah pupuk yang dihasilkan dari fermentasi bahan- bahan organik, oleh karena itu memiliki sifat panas bagi tanaman. Maka lubang harus dibiarkan selama ±2 minggu, agar pupuk menjadi dingin sehingga aman bagi bibit yang akan ditanam. Peralatan yang digunakan pada kegiatan pemupukan lubang tanam ini adalah cetok. Cetok digunakan untuk mengambil pupuk dan menaruhnya di lubang tanam, juga sebagai takaran pemberian pupuk. Pemupukan lubang tanam yang dilakukan petani memiliki perbedaan dengan yang dikatakan Indriyanto 2008, jika ingin memberi pupuk, sebaiknya menggunakan pupuk kandang dan dimasukkan di dalam lubang tanam lebih kurang 13 bagian volume lubang tanam. Jumlah pupuk yang diberikan petani tidak sampai 13 bagian volume lubang tanam, yaitu hanya sebanyak 1 cetok ± 100 gram. Pada umumnya kegiatan persiapan lahan yang dilakukan petani sudah sejalan dengan yang dikatakan oleh Baker et al. 1979 ; Smith 1986, persiapan areal tanam merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat tumbuh sebaik mungkin terhadap bibit yang akan ditanam sehingga kegiatan itu juga disebut sebagai manipulasi faktor tempat tumbuh agar layak dan menguntungkan untuk pertumbuhan bibit yang ditanam. Hal inilah yang menjadi alasan utama petani melakukan persiapan lahan. Namun jenis kegiatan yang dilakukan petani berbeda dengan kegiatan yang dikatakan Masano 1998 dalam Indriyanto 2008 kegiatan persiapan lahan atau persiapan area tanam terdiri dari empat kegiatan yaitu pembersihan lahan, pengolahan lahan, pemasangan ajir, dan pembuatan lubang tanam. Kegiatan yang dilakukan petani meliputi pembersihan lahan, pembuatan jarak tanam serta pemasangan ajir, pembuatan lubang tanam, dan pemupukan lubang tanam. Petani tidak melakukan pengolahan lahan seperti yang dikatakan Masano, karena menurut petani pengolahan lahan hanya dilakukan untuk pertanian palawija. Pembangunan hutan rakyat tidak memerlukan pengolahan lahan karena tanaman yang ditanam adalah tanaman keras pohon berkayu, sehingga akar yang dimilikinya juga keras dan dapat tumbuh pada tanah yang tidak diolah sekalipun.

5.2.3 Penanaman