Peralatan yang digunakan adalah golok atau pisau, yang digunakan untuk membuka plastik polybag pada bibit sebelum bibit ditanam. Plastik polybag
dipotong salah satu sisinya menggunakan golok atau pisau, sebelumnya tanah dalam plastik dipadatkan, lalu plastik yang telah dipotong disobek hingga terbuka
seluruh plastik. Ruang dalam plastik polybag sangat kecil dan terbatas untuk pertumbuhan
akar bibit yang baru ditanam. Tentu saja hal ini dapat menghambat pertumbuhan bibit, agar bibit dapat tumbuh dengan optimal maka plastik polybag harus
dilepaskan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Indriyanto 2008 penanaman bibit pot, yaitu menanam bibit yang disemai terlebih dahulu dalam kontiner atau
wadah media tumbuh bibit. Kontiner dapat berupa kantong plastik, polybag, keranjang bambu, ruas bambu, pelepah batang pisang, dan dari tanah gambut.
Kontiner atau wadah media tumbuh bibit berupa plastik, harus dibuka dan diambil pada saat bibit ditanam, sedangkan kontiner berupa keranjang bambu, ruas
bambu, pelepah batang pisang, dan dari tanah gambut langsung ikut ditanam tanpa dibuka atau diambil.
5.2.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan bertujuan agar pohon dapat tumbuh dengan baik untuk memberikan hasil produksi kayu yang optimal. Tindakan yang dilakukan petani
pada kegiatan pemeliharaan terdiri dari penyiangan, pemupukan, pemangkasan cabang, pendangiran, penyulaman, dan penjarangan.
Kegiatan penyiangan dilakukan bertahap waktunya menurut jenis tanaman pokok dan umur tegakan. Tanaman pokok sengon umur 1-2 tahun penyiangannya
dilakukan tiap 6 bulan sekali, pada umur 3-5 tahun dilakukan tiap 1 tahun sekali, lalu dihentikan hingga waktu panen tiba yaitu pada umur 5-7 tahun. Tanaman
pokok jati umur 1-2 tahun penyiangannya dilakukan tiap 6 bulan sekali, pada umur 3-8 tahun tiap 1 tahun sekali, dan pada umur 9-15 tahun tiap 2-3 tahun
sekali, lalu dihentikan hingga waktu panen pada umur 20-25 tahun. Tanaman pokok mahoni umur 1-2 tahun penyiangannya dilakukan tiap 6 bulan sekali, pada
umur 3-6 tahun tiap 1 tahun sekali, dan pada umur 7-12 tahun tiap 2 tahun sekali, lalu dihentikan hingga waktu panen pada umur 15-20 tahun. Metode penyiangan
39
yang dilakukan petani adalah membersihkan lantai hutan menggunakan parang, sabit, mesin pemotong rumput dan cangkul. Semak-semak belukar yang lebat di
potong terlebih dahulu menggunakan parang, sabit atau mesin pemotong rumput. Setelah itu, petani menggunakan cangkul untuk membersihkan sisa-sisa akar
gulma. Kegiatan penyiangan yang dilakukan petani disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Kegiatan Penyiangan. Peralatan yang digunakan pada kegiatan penyiangan adalah parang, sabit
golok, mesin pemotong rumput, keranjang rumput dan cangkul. Parang dan sabit digunakan untuk memangkas semak, alang-alang, dan rumput, petani bermodal
besar menggunakan mesin pemotong rumput. Golok digunakan untuk memotong semak yang berukuran besar serta memiliki batang yang keras. Cangkul
digunakan untuk membersihkan tanah dari rumput-rumput dan liana yang menjalar di atas tanah, dan juga digunakan untuk membersihkan tanah dari sisa-
sisa akar semak. Keranjang rumput digunakan untuk mengangkut rumput hasil penyiangan.
Penyiangan yang dilakukan petani menurun intensitasnya seiring bertambahnya umur tegakan. Hal ini terjadi karena intensitas gulma yang mulai
berkurang seiring tambah besarnya tegakan, seiring besarnya tegakan naungannyapun akan tambah pekat. Naungan tegakan yang pekat akan
manghalangi sinar matahari yang tembus ke lantai hutan, sehingga gulma akan kekurangan sinar matahari dan tidak dapat tumbuh. Sengon merupakan tanaman
pokok dengan waktu panen tercepat, sehingga memiliki waktu penyiangan yang paling singkat yaitu hingga umur 5 tahun saja. Sementara itu jati adalah pohon
40
dengan waktu panen terlama sehingga memiliki waktu penyiangan yang paling lama yaitu hingga umur 15 tahun.
Kegiatan pemupukan dilakukan untuk memacu pertumbuhan pohon, sehingga hasil produksi kayu yang didapat akan lebih optimal. Metode yang
dilakukan adalah menanam pupuk di samping tanaman berjarak 30-50 cm dari batang tanaman, dengan kedalaman 10-20 cm. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk alami, yaitu pupuk kandang, dan pupuk kompos, atau pupuk buatan pabrik seperti urea dan NPK, mayoritas petani menggunakan pupuk alami.
Periode waktu pemupukan bervariasi mulai dari 6 bulan sekali, 1 tahun sekali, dan 3 tahun sekali tergantung pada umur tegakan. Pohon jenis sengon pemupukan 6
bulan sekali dilakukan pada umur 1-2 tahun, setelah umur 2 tahun pemupukan dilakukan tiap 1 tahun sekali sampai umur 4 tahun. Setelah umur 4 tahun
pemupukan tidak dilakukan lagi hingga waktu panen tiba yaitu pada umur 5-7 tahun. Pohon jenis mahoni, pemupukan tiap 1 tahun sekali terus dilakukan hingga
umur 5 tahun, lalu dilanjutkan setiap 3 tahun sekali hingga umur 14 tahun, dan dihentikan hingga waktu panen tiba 15-20 tahun. Pohon jenis jati, pemupukan
tiap 1 tahun sekali dilakukan hingga umur 7 tahun, lalu dilanjutkan pemupukan tiap 3 tahun sekali hingga umur 16 tahun, dan dihentikan hingga waktu panen tiba
20-25 tahun. Dosis pupuk yang diberikan adalah sebanyak 1 cetok ±100 gram pupuk alami per pohon, atau 20 gram pupuk buatan pabrik per pohon. Kegiatan
pemupukan yang dilakukan petani disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Kegiatan Pemupukan.
Peralatan yang digunakan pada kegiatan ini adalah cangkul dan cetok. Cangkul digunakan untuk membuat lubang untuk menanam pupuk, sementara itu
cetok digunakan untuk mengambil dan menaruh pupuk didalam lubang, juga sebagai takaran pupuk yang diberikan.
Metode pemupukan yang dilakukan petani memiliki perbedaan dengan metode pemupukan menurut Marsono 1997, cara melakukan pemupukan
tanaman di area tanam dengan meletakan pupuk dalam lubang lorakan sedalam 5-10 cm disekeliling batang pada batas proyeksi tajuk tanaman. Dosis pupuk
disesuaikan dengan keperluan atau anjuran penggunaan pupuk. Pemupukan dengan NPK dapat dilakukan dengan dosis 75-100 gramtahunpohon.
Perbedaannya terletak pada jarak tanam pupuk yang digunakan petani sudah ditetapkan sebelumnya, berbeda dengan teori Marsono yang didasarkan pada
batas proyeksi tajuk. Periode waktu pemupukan yang dilakukan petani mengurangi intensitas pupuk yang diberikan seiring bertambahnya umur tegakan.
Hal ini dilakukan karena pohon pada usia muda memerlukan asupan pupuk yang lebih banyak untuk memacu pertumbuhannya. Sementara itu jika dirasa pohon
sudah memasuki usia kemandirian, yaitu akar pohon sudah dapat menjelajah jauh untuk mencari unsur hara dalam tanah, maka intensitas pemupukan akan
dikurangi dan pada akhirnya akan dihentikan. Periode waktu pemupukan ini berbeda tiap jenisnya, sengon adalah jenis dengan periode pemupukan yang
paling singkat dikarenakan daur panennya yang singkat. Kegiatan pemangkasan cabang dilakukan agar pohon dapat tumbuh tinggi
keatas. Tujuannya untuk mendapatkan kayu yang panjang, sehingga volume pohon yang didapatkan nantinya akan lebih besar. Pemangkasan cabang dilakukan
pada tegakan yang sudah berumur diatas 3 tahun, dengan cara memangkas cabang yang berada di bawah sedangkan 3-5 tingkat cabang teratas dibiarkan. Metode
yang dilakukan petani adalah dengan memangkas cabang yang terlalu banyak pada tanaman. Terdapat dua teknik pemangkasan cabang yang dilakukan petani,
yang pertama adalah untuk pohon yang masih dapat dijangkau cabangnya, petani dapat langsung memangkas cabang dari bawah. Pohon yang sudah terlalu tinggi,
petani menggunakan alat bantu berupa galah panjang yang ujungnya dipasang kait untuk mematahkan cabangnya. Bahkan untuk cabang yang tidak terjangkau
dengan galah, petani memanjat pohon tersebut lalu mematahkannya dengan bantuan galah yang ujungnya di pasangi kait tersebut.
Gambar 5 Kegiatan Pemangkasan Cabang. Peralatan yang digunakan adalah golok dan galah yang dipasangi kait.
Golok digunakan untuk memangkas cabang, galah dengan ujung dipasangi kait digunakan untuk mematahkan cabang.
Tindakan pemangkasan cabang yang dilakukan petani bukan hanya memangkas memotong cabang, tapi juga mematahkan cabang yang tidak
terjangkau dan tidak memungkinkan untuk memotongnya karena pohon sudah terlalu tinggi. Terlihat bahwa kegiatan pemangkasan cabang ini memiliki arti yang
penting bagi petani. Petani berusaha keras hingga menciptakan alat bantu pemangkasan cabang dengan cara mematahkannya menggunakan galah yang
ujungnya dipasangi kait. Kait dikaitkan pada cabang yang ingin dipatahkan, kemudian galah yang sudah terkait ditarik kebawah hingga cabang patah. Terlihat
begitu keras usaha petani untuk melakukan kegiatan pemangkasan cabang ini, artinya petani telah menyadari bahwa dengan melakukan pemangkasan cabang
dapat memberikan hasil produksi yang lebih baik ketimbang tidak melakukannya. Kegiatan pemangkasan cabang yang dilakukan petani sesuai dengan yang
dikatakan Kosasih 2002 dalam Indriyanto 2008, pemangkasan cabang merupakan kegiatan membuang cabang bagian bawah untuk memperoleh batang
bebas cabang yang panjang dan bebas dari mata kayu. Selain itu, pemangkasan cabang dilakukan dengan tujuan memperkecil mata kayu dan memperbaiki
kualitas bentuk kayu. Hal inilah yang menjadi tujuan petani dalam melakukan pemangkasan cabang.
Kegiatan pendangiran diperlukan agar tanah di sekitar pohon menjadi gembur sehingga air hujan dapat merembes masuk kedalam tanah. Pendangiran
mulai dilakukan pada tegakan usia 1 tahun, berbarengan dengan kegiatan penyiangan kedua penyiangan dilakukan tiap 6 bulan. Lalu untuk pendangiran
selanjutnya mengikuti kegiatan penyiangan, dilakukan setelah kegiatan penyiangan selesai. Metode yang dilakukan petani adalah dengan mencangkul
membentuk lingkaran di sekitar tanaman inti, dengan diameter lingkaran antara 25 cm
–50 cm tergantung dari besarnya tanaman inti. Kedalaman cangkulan berkisar antara 5 cm
–15 cm, tidak boleh terlalu dalam karena di khawatirkan akan melukai akar tanaman inti.
Peralatan yang digunakan pada kegiatan pendangiran ini adalah cangkul. Cangkul digunakan untuk mencangkul tanah disekitar tanaman pokok dalam
kegiatan pendangiran. Pendangiran bertujuan agar pertukaran udara dari dalam tanah ke atmosfer
dan sebaliknya aerasi menjadi baik, karena pohon memerlukan unsur-unsur udara yang penting bagi pertumbuhannya, seperti nitrogen, karbondioksida, dsb.
Namun petani tidak mengetahui hal ini, petani hanya beranggapan bahwa pendangiran dapat membuat air hujan merembes dengan baik ke sistem perakaran
tanaman. Terlihat bahwa pengetahuan petani mengenai sistem aerasi perakaran tanaman masih sangat dangkal. Metode pendangiran yang dilakukan petani ini
sudah sejalan dengan yang dikatakan Kosasih 2002 dalam Indriyanto 2008, pendangiran umumnya dilakukan secara manual menggunakan cangkul pada
tanah di sekitar tanaman dengan radius 25-50 cm. Namun waktu pelaksanaannya berbeda dengan yang dikatakan Kosasih 2002 dalam Indriyanto 2008,
pendangiran dilakukan pada akhir musim kemarau, dan dilakukan jika tanaman sudah berumur 1-3 tahun. Waktu pelaksanaan pendangiran yang dilakukan petani
tidak bergantung pada musim yang berlangsung, melainkan terstruktur berdasarkan periode waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Kegiatan penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati dengan bibit yang baru. Tujuan dari kegiatan penyulaman adalah agar hasil yang
didapatkan tidak berkurang. Jika tanaman yang mati tidak diganti, maka akan mengurangi jumlah pohon yang ada, dan pada akhirnya akan mengurangi hasil
produksi. Biasanya kegiatan penyulaman dilaksanakan pada kegiatan penyiangan pertama 6 bulan. Sambil melakukan penyiangan, petani mensurvei tanaman
yang mati, kemudian dijumlahkan dan membeli kembali sejumlah bibit yang mati tersebut.
Pada umumnya responden yang melakukan penyulaman adalah petani yang memiliki modal cukup besar, sehingga bisa membeli bibit kembali jika ditemukan
tanaman yang mati. Hal ini dikarenakan mayoritas petani di Kecamatan Tajur Halang membeli bibit pada awal penanaman sesuai dengan luas lahan yang ada.
Sehingga tidak ada bibit sisa untuk kegiatan penyulaman ini, hanya petani dengan modal besar yang dapat membeli bibit kembali untuk melakukan kegiatan
penyulaman. Peralatan yang digunakan pada kegiatan penyulaman ini adalah cangkul.
Cangkul digunakan untuk membongkar lubang tanam pada bibit yang mati dan untuk menanam kembali bibit yang baru.
Penyulaman bertujuan mengoptimalkan hasil produksi yang didapat, namun hanya dapat dilakukan oleh petani yang bermodal besar. Sementara itu mayoritas
petani adalah petani pas-pasan dengan modal kecil yang tidak sanggup untuk melakukan kegiatan ini. Seharusnya petani dapat menyiasatinya dengan membuat
bibit sendiri dari pohon induk yang ada di sekitar Kecamatan Tajur Halang, namun karena perkembangan hutan rakyat baru ±20 tahun berkembang di
Kecamatan Tajur Halang, sehingga belum ada pohon yang bisa dijadikan pohon induk. Selain itu petani tidak memiliki keahlian untuk membuat sendiri, oleh
karena itu petani lebih memilih untuk membeli bibit langsung dari pedagang bibit. Maka solusi terbaik untuk permasalahan ini adalah pemerintah menanggapi hal ini
dengan membuat pusat pembibitan bagi petani pas-pasan yang tidak sanggup membeli bibit.
Kegiatan penjarangan yang dilakukan bukan menebang pohon yang pertumbuhannya kurang baik untuk memberi kesempatan tumbuh lebih baik pada
pohon sekitarnya, tapi justru menebang pohon yang pertumbuhannya baik dan berukuran besar yang dapat dijual segera. Hal ini dilakukan untuk memberikan
ruang tumbuh yang lebih baik bagi pohon yang berukuran kecil, agar pohon yang memiliki fisik kecil dan tertekan dapat tumbuh lebih baik. Metode penjarangan
yang dilakukan petani ini lebih tepat disebut sebagai pemanenan daur butuh, karena penjarangan yang benar adalah dengan menebang pohon yang sakit,
berukuran jelek atau pohon yang tertekan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik bagi pohon yang sehat. Daur butuh dilakukan berdasarkan kebutuhan
petani dengan menebang sejumlah pohon yang sesuai dengan kebutuhan petani, sedangkan penjarangan yang dilakukan petani tidak didasarkan pada kebutuhan
petani. Petani hanya ingin menjarangi jumlah pohon yang ada di tegakan miliknya agar pohon-pohon dalam tegakannya dapat tumbuh lebih optimal. Oleh karena itu
kegiatan ini tetap masuk sebagai kegiatan penjarangan bukan kegiatan pemanenan daur butuh.
Peralatan yang digunakan pada kegiatan penjarangan ini adalah gergaji mesin. Gergaji manual dan atau gergaji mesin digunakan untuk menebang pohon
yang akan dijarangi. Gergaji mesin yang digunakan adalah milik pembeli yang merupakan pedagang kayu rakyat atau pengusaha meubel.
Penjarangan yang dilakukan petani ini lebih mirip dengan pemanenan daur butuh, yaitu memanen beberapa pohon sesuai dengan kebutuhan petani. Namun
terdapat perbedaan mencolok diantara keduanya, pemanenan daur butuh dilakukan saat petani membutuhkan uang, sementara itu penjarangan yang
dilakukan petani di Kecamatan Tajur Halang ini tidak didasarkan pada kebutuhan petani, melainkan memang dikarenakan petani ingin memberikan kesempatan
tumbuh yang lebih baik bagi pohon yang berukuran kecil. Menurut Baker et al. 1979 dalam Indriyanto 2008, penjarangan yang dilakukan petani ini masuk ke
dalam penjarangan seleksi. Pada tegakan seumur, penerapan penjarangan seleksi sangat bermanfaat untuk mengatur pertumbuhan tegakan dengan cara menebang
pepohonan yang memiliki kecenderungan tumbuh terlalu cepat dan menekan pertumbuhan pepohonan lainnya.
Pohon yang dipelihara dengan baik akan tumbuh dengan baik pula, memiliki batang pohon yang bagus panjang dan bernilai ekonomis tinggi.
Pemeliharaan merupakan salah satu unsur penting pengelolaan hutan rakyat yang dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan hidup tanaman dan meningkatkan
kualitas dan kuantitas tanaman sampai masa panen Muhammad 2004. Tindakan yang dilakukan petani pada kegiatan pemeliharaan ini sudah cukup baik untuk
mendukung pertumbuhan pohon yang optimal. Namun permasalahan modal menyebabkan beberapa petani tidak dapat melakukan seluruh tindakan dengan
optimal. Jika diperhatikan terlihat seperti petani mengabaikan tegakan yang akan memasuki waktu panennya. Kegiatan penyiangan, pemupukan, dan pendangiran
dihentikan jika tegakan akan memasuki waktu panen. Hal ini dilakukan karena tegakan sudah dapat tumbuh sendiri dengan baik dan tidak memerlukan perlakuan
yang intesif lagi. Dan dikarenakan tegakan sudah akan dijual sehingga petani merasa tidak perlu lagi melakukan pemeliharaan yang intensif. Periode waktu
pemeliharaan juga berbeda berdasarkan pada daur panen masing-masing jenis.
5.2.5 Pemanenan