Petani lebih banyak menggunakan sistem kebon monokultur karena sebagian besar petani telah memiliki lahan lainnya yang digunakan untuk lahan
pertanian palawija. Pertanian palawija sebagai pemasukan utama petani dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut petani dengan menggunakan sistem
kebon monokultur petani dapat lebih fokus dalam memelihara hutan rakyatnya. Berikut ini adalah pengelolaan hutan rakyat yang dilihat dari tahapan
kegiatan yang masuk dalam sub-tema budaya pengelolaan hutan rakyat, yaitu pemilihan jenis, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.
5.2.1 Pemilihan jenis
Kegiatan pemilihan jenis diperlukan untuk menentukan jenis tanaman pokok yang bernilai ekonomis tinggi. Tindakan yang dilakukan dalam pemilihan
jenis adalah kegiatan survei jenis kayu yang diminati konsumen, pengamatan jenis pohon yang cocok dengan kondisi lahan, survei harga kayu dan waktu panen jenis
pohon, serta mempelajari teknologi penanaman jenis pohon. Kegiatan survei jenis kayu yang diminati konsumen dilakukan dengan
bertanya kepada pedagang kayu rakyat mengenai kayu dari jenis pohon apa yang paling diminati oleh konsumen. Petani juga mendatangi tempat pengusaha meubel
mengenai kayu yang paling dibutuhkan oleh pengusaha meubel tersebut. Hal ini dilakukan agar kayu yang dihasilkan mudah dijual, karena petani menginginkan
kepastian penjualan kayu yang dihasilkan dari lahan hutan rakyatnya. Kayu yang diminati konsumen adalah kayu yang harganya murah dan
memiliki kualitas yang cukup baik. Masyarakat Kecamatan Tajur Halang memfavoritkan kayu sengon yang terbilang murah dan memiliki kualitas yang
cukup baik. Kayu sengon digunakan sebagai bahan pembuatan meubel dan kayu konstruksi. Oleh karena itu banyak petani yang memilih sengon sebagai tanaman
pokoknya. Petani yang mengincar segmen pasar menengah keatas lebih memilih jati sebagai tanaman pokoknya. Kayu jati menjadi incaran masyarakat golongan
menengah keatas sebagai kayu konstruksi dan bahan pembuatan meubel. Survei jenis kayu yang diminati konsumen merupakan tindakan yang
dilakukan petani berdasarkan pengetahuan mereka dalam bidang ekonomi. Petani harus bertindak untuk meminimalisir kerugian, dengan menyurvei kayu yang
29
diminati konsumen ini petani telah mencegah kemungkinan tidak lakunya hasil produksi kayu mereka. Kayu yang diminati konsumen akan mudah terjual dan
memiliki kepastian penjualannya dibandingkan kayu yang tidak favorit. Menurut Indriyanto 2008 pemilihan jenis pohon yang akan ditanam harus memenuhi
persyaratan ekonomi, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai jenis pohon itu sendiri, misalnya kualitas kayu sesuai dengan tujuan penggunaannya, riap
pohon atau laju pertumbuhan pohon, dan kayunya atau hasil nir kayu lainnya laku di pasaran.
Kegiatan pengamatan jenis pohon yang cocok dengan kondisi lahan dilakukan dengan menanam beberapa bibit biasanya 2
– 3 bibit dari jenis tanaman pokok yang ingin diusahakan. Bibit ditanam selama ± 2 bulan untuk
melakukan pengamatan apakah bibit dapat tumbuh dengan baik atau tidak, menurut petani waktu dua bulan sudah cukup untuk melihat kecocokkan jenis
pohon tersebut dengan lahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian akibat bibit yang tidak tumbuh dengan optimal, ataupun kematian bibit. Jenis
pohon yang cocok dengan kondisi lahan memiliki ciri-ciri; tampak segar, daun hijau, tidak kerdil, dan pertumbuhan cepat.
Kecocokkan jenis pohon dengan kondisi lingkungan tidak terlepas dengan kecocokkan jenis pohon terhadap tanah. Jenis tanah dominan yang terdapat pada
wilayah Kecamatan Tajur Halang adalah tanah jenis Latosol. Jenis pohon yang paling cocok dengan kondisi lingkungan Kecamatan Tajur Halang adalah pohon
sengon Paraserianthes falcataria. Sengon tumbuh pada berbagai jenis tanah, bahkan pada jenis tanah yang drainasenya jelek atau tanahnya tandus masih dapat
tumbuh. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada jenis tanah Regosol, Alluvial dan Latosol. Tanah-tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu
dengan tingkat kemasaman agak masam sampai netral Santoso 1992. Tinggi tempat terbaik pertumbuhan sengon pada 10 sampai 800 mdpl, tetapi dapat juga
tumbuh sampai ketinggian 1.600 mdpl Alrasjid 1973. Sementara itu wilayah Kecamatan Tajur Halang berada pada ketinggian 229 hingga 239 mdpl.
Berdasarkan hal inilah sengon merupakan jenis pohon yang paling cocok untuk ditanam di Kecamatan Tajur Halang.
Setiap jenis pohon menghendaki persyaratan tumbuh yang berbeda-beda karena setiap jenis pohon memiliki tingkat toleransi berbeda terhadap kondisi
tempat tumbuh. Jenis pohon yang cocok dengan kondisi lahan biasanya akan tumbuh dengan baik, dicirikan dengan daun yang berwarna hijau cerah tidak
layu, serta pertumbuhan tinggi pohon yang cepat. Jika jenis pohon tidak cocok dengan kondisi lahan dicirikan dengan daun yang berwarna hijau pucat layu,
serta pertumbuhan tinggi pohon yang lambat kerdil. Tindakan pengamatan jenis pohon yang cocok dengan kondisi lahan merupakan pengetahuan petani dalam
aspek ekologi. Petani mengetahui karakteristik lingkungan lahan hutan rakyatnya, dan melihat jenis pohon yang telah dikembangkan di daerah lain yang
karakteristik lingkungannya mirip dengan milik petani, kemudian mencoba menanam beberapa bibit pohon tersebut di lahannya untuk melakukan
pengamatan pertumbuhan jenis pohon tersebut. Menurut Indriyanto 2008 pemilihan jenis pohon yang sesuai dengan kondisi tempat tumbuh merupakan
kunci keberhasilan program pemudaan hutan secara buatan. Dalam hal ini pemudaan hutan dalam pembangunan hutan rakyat.
Kegiatan survei harga kayu dan waktu panen dilakukan dengan menanyakan harga kayu dan waktu panen dari masing-masing jenis pohon kepada pedagang
kayu rakyat atau pengusaha meubel dan kepada petani lainnya. Hal ini dilakukan untuk menyeleksi jenis pohon yang cocok dengan kebutuhan ekonomi petani.
Memilih jenis pohon yang cocok dengan kebutuhan ekonomi dapat mengoptimalkan usaha hutan rakyat sebagai sumber penghasilan sesuai dengan
kebutuhan petani. Kebutuhan ekonomi adalah faktor internal kondisi keuangan petani tersebut,
maksudnya adalah latar belakang ekonomi petani tersebut. Petani dengan latar belakang ekonomi yang mapan memiliki modal yang besar dan biasanya tidak
membutuhkan uang dalam waktu dekat. Petani dengan karakteristik seperti ini akan memilih untuk menanam pohon jati yang membutuhkan waktu lama untuk
mendapatkan hasilnya, karena petani ini tidak membutuhkan uang dalam waktu yang dekat. Mereka justru akan menjadikan usaha hutan rakyatnya sebagai
investasi masa depan, karena jati akan menghasilkan keuntungan yang besar. Sebaliknya petani dengan latar belakang ekonomi yang pas-pasan akan
membutuhkan uang dalam waktu dekat. Petani dengan karakteristik seperti ini akan memilih jenis pohon yang cepat waktu panennya. Petani ini biasanya akan
memilih pohon sengon yang tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan hasilnya. Petani ini menjadikan usaha hutan rakyat mereka sebagai sumber
penghasilan utama mereka. Inti dari tindakan ini adalah seberapa pentingkah arti hutan rakyat yang petani tanam dalam kehidupan ekonomi mereka, jika mereka
membutuhkan uang dalam jangka waktu yang cepat maka mereka akan menanam jenis yang cepat tumbuh dan cepat panen, namun jika mereka bertujuan untuk
menabung dalam jangka waktu yang lama, maka mereka akan memilih jenis yang masa panennya lama.
Kegiatan mempelajari teknologi penanaman jenis pohon yang dipilih dilakukan dengan belajar dari petani lainnya yang telah berhasil dalam usaha
hutan rakyatnya. Hal ini dilakukan agar petani memiliki pengetahuan teknologi penanaman jenis pohon yang dipilihnya. Teknologi penanaman yang dimaksud
adalah teknologi pemeliharaan yang tepat agar pohon dapat tumbuh dengan baik sehingga hasil yang didapat optimal.
Teknologi penanaman suatu jenis berbeda dengan jenis lainnya, misalnya penanaman pohon jati yang berbeda dengan jenis lainnya. Pohon jati memerlukan
pemberian kapur pada lubang tanamnya sebelum bibit jati ditanam. Pemberian kapur diperlukan untuk memberikan sifat basa pada lubang tanam, karena pohon
jati tidak dapat tumbuh pada tanah asam. Namun menurut petani pemberian kapur bertujuan untuk mencegah hama rayap, ini adalah pengetahuan yang tidak benar,
karena pohon jati memiliki zat yang disebut tectoquinon yang berfungsi mencegah hama rayap pada kayu jati. Pohon jati juga memerlukan perlakuan khusus lainnya
yaitu, pengawasan terhadap tindakan pencurian. Kayu jati yang berharga mahal kerap menjadi sasaran pencurian, oleh karena itu jika pohon jati telah memasuki
masa panen, pengawasan dilakukan oleh petani untuk mencegah tindakan pencurian itu. Pengawasan yang dilakukan petani dengan menjaga secara
langsung di lokasi tegakan jati miliknya, dan ada juga petani yang menggunakan hewan penjaga anjing.
Tindakan mempelajari teknologi penanaman jenis pohon merupakan tindakan yang dilakukan petani atas kesadaran bahwa dalam pemeliharaan pohon
harus benar-benar tepat agar pertumbuhan pohon menjadi optimal. Menurut Indriyanto 2008 pemilihan jenis pohon yang diketahui teknologi penanamannya
masuk ke dalam persyaratan ekologi atau disebut dengan persyaratan tumbuh suatu jenis pohon, yaitu kesesuaian jenis pohon yang akan ditanam terhadap
kondisi tempat tumbuh. Setelah petani menentukan jenis pohon yang akan ditanam, kemudian petani
memilih bibit yang akan ditanamnya. Bibit pohon didapatkan petani dengan cara membelinya di pedagang bibit. Bibit yang dibeli dipilih berdasarkan umur bibit,
ukuran bibit, dan kondisi bibit. Umur bibit yang biasa dipilih petani berkisar antara 3
–5 bulan, dengan alasan bahwa bibit yang berumur 3–5 bulan belum terlalu tua dan sudah cukup umur untuk ditanam. Tinggi bibit yang dipilih petani
memiliki tinggi berkisar antara 30 cm –40 cm, dengan alasan bahwa bibit dengan
tinggi tersebut jika ditanam langsung di tanah akan memiliki pertumbuhan yang cepat. Kondisi bibit yang dipilih petani adalah bibit yang masih segar dengan
daun yang hijau serta tidak memiliki cabang. Tidak ada peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemilihan jenis ini,
karena inti dari kegiatan pemilihan jenis ini hanyalah pertimbangan petani dalam menentukan jenis tanaman pokok yang akan diusahakannya. Kegiatan ini
bukanlah kegiatan yang menggunakan peralatan untuk melakukannya. Pemilihan jenis haruslah menjadi pertimbangan yang matang, begitu juga
menurut Indriyanto 2008 yang mengatakan bahwa kesalahan pemilihan jenis baru diketahui dalam jangka waktu lama setelah mengalami kerugian waktu,
tenaga, maupun biaya tinggi. Kegiatan pemilihan jenis yang dilakukan petani di Kecamatan Tajur Halang adalah sejalan dengan teori diatas. Pertimbangan yang
dilakukan petani sudah memenuhi kriteria agar petani tidak mengalami kerugian waktu, tenaga, maupun biaya tinggi akibat kesalahan pemilihan jenis yang akan
ditanamnya. Petani mempertimbangkan jenis tanaman pokok yang akan ditanamnya dengan matang yaitu dengan melakukan berbagai tindakan agar petani
tidak mengalami kerugian waktu, tenaga, dan biaya tinggi.
5.2.2 Persiapan Lahan