Tinjauan Kepustakaan Sistematika Penulisan

10 koefisien regresi linier, uji parsial pada variabel persamaan regresi linier T-test, uji koefisien korelasi dan koefisien determinasi. BAB VI : Penutupan. Pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran. 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bimbingan Agama 1. Pengertian Bimbingan Agama Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti “menunjukkan”. Sedangkan pengertian harfiahnya bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain, karena tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya dimasa kini dan masa mendatang. 1 Dalam kamus Bimbingan dan Konseling, Bimbingan adalah proses bantuan dan pertolongan. Bimbingan adalah bantuan yang ditujukan untuk membantu individu dalam memahami diri bakat, minat, kemauan dan lingkungan agar mampu membuat keputusan sehingga tercapai perkembangannya secara maksimal untuk kepentingan dirinya dan masyarakat. Kata bimbingan mengandung pengertian : menolong, membantu, menunjukkan jalan, memimpin, memberikan nasehat, dan memberikan pengarahan. 2 Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas, dibawah ini penulis mengutip beberapa definisi dari para tokoh antara lain sebagai berikut : 1 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Ciputat Pres, 2002, Cet. Ke-1, h. 3 2 Tantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling Jakarta : PT. Pamator, 1997 h. 13 12 a. Menurut Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan adalah suatu pemberian bantuan yang terus - menerus, sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami diri sendiri self understanding, kemampuan untuk menerina diri sendiri self acceptance, kemampuan untuk merealisasikan diri sendiri self realization, sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaiaan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. 3 b. Arthur J. Jones yang dikutip oleh Dewa ketut Sukardi bahwa : “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri serta dalam memecahkan masalah-masalah, bimbingan diarahkan untuk membantu penerimaan secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sen diri”. 4 c. Menurut Auntur Rahim Fahmi, Bimbingan Agama adalah proses pemberian bantuan terhadap individu atau kelompok agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 5 d. Sedangkan dalam konsep Islam bimbingan adalah “Proses Pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan 3 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008, Cet. Ke -1, h. 7. 4 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, Cet. Ke-1, h. 8. 5 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, h. 7. 13 dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat”. 6 Kata “agama” dalam Bahasa Indonesia berarti sama dengan kata Din dalam Bahasa Arab semit, atau dalam bahasa-bahasa Eropa sama dengan bahasa Religion Inggris, Ia Religion Prancis, De Religie Belanda, De Religian Jerman, secara bahasa, perkataan “agama” berasal dari Bahasa Sansekerta tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun- menurun. Adapun kata Din mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang balasan, atau kebiasaan. 7 Pada dasarnya agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan dari pola hidup yang membudaya dalam batinnya. Dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan referensi dari sikap orientasi hidup sehari-hari. Para ulama sebagai pewaris para Nabi Waratsat Al-anbiya bertugas menjadi mu’allim guru dan muhazzdib pendidik atau sebagai mubassyir dan nadhir penghibur dan petunjuk jalan sebagaimana halnya 6 Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta : UII Press, 1992, h. 76. 7 Ensiklopedi Islam Penyusun Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam Jakarta : Ichtiar Baru Van horve, 1997, Cet. Ke-4, h. 102. 14 fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu’allim guru dan pendidik akhlak al-karimah sebagaimana sabda beliau : 8 Artinya : “Saya diutus untuk memyempurnakan akhlak yang mulia”. Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah proses bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi ataupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam al- Qur’an dan hadits Rasulullah dalam dirinya, sehingga ia hidup sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah. Dengan berkembangnya fitrah beragama tiap individu secara optimal, maka akan dapat menciptakan hubungan dengan Allah SWT, dengan manusia, dengan alam sekitar dan lainnya sebagai manifestasi dari perannya sebagai khalifah Allah dibumi yang sekaligus juga berfungsi sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT. 9 Dengan demikian, maka Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman. 8 H. M Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998 Cet. Ke-1, h. 77. 9 Ibid., h. 79