Eksistensi dan Perkembangan UMKM

1. Menciptakan lingkungan yang mendukung bagi UKM, salah satu caranya dengan meningkatkan potongan pajak 2. Mengurangi birokrasi, salah satunya dengan menghapus regulasi yang mengganggu pertumbuhan dan birokrasi yang menghambat terutama bagi UKM. 3. Mengkampanyekan bisnis pemula sebagai pendorong munculnya bisnis baru. 4. Memperkuat daya inovasi UKM, salah satunya dengan membentuk badan inovasi dan pertumbuhan. 5. Memoderenisasi pelatihan keterampilan dan menyiapkan generasi penerus sebagai pekerja terampil. 6. Meningkatkan kesempatan pendanaan bagi UKM 7. Menggerakkan modal ventura bagi inovasi, dan 8. Bantuan yang lebih besar bagi UKM di pasar luar negeri, salah satunya dengan mengadakan pameran dagang di luar negeri. Kebijakan dalam negeri pun juga terus berupaya meningkatkan keikutsertaan dalam pengembangan UMKM. Lembaga keuangan baik perbankan maupun non perbankan, dan dunia usaha perlu membantu dan memberikan kemudahan bagi setiap kegiatan masyarakat yang dapat menciptakan atau mengembangkan perluasan kesempatan kerja 31 seperti UMKM. Sektor yang mengandalkan kreatifitas dan inovasi ini cepat beradaptasi dengan perubahan pasar. 31 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 24

BAB III LKM Syariah menuju Pembentukan Sistem Ekonomi Inklusif

A. Urgensi Sistem Ekonomi Inklusif

Istilah sistem keuangan inklusif atau dalam bahasa Inggris financial inclusion, berarti sistem pelayanan jasa keuangan yang bersifat universal, noneksklusif. Insklusivitas sistem keuangan ini sebenarnya lebih merujuk pada visi untuk menciptakan sisten jasa keuangan yang mampu menjangkau semua kalangan. Financial inclusion merupakan skema pempiayaan inklusif dengan tujuan utama memberikan berbagai layanan keuangan kepada kalangan miskin dan berpenghasilan rendah. 32 Menurut PBB, finncial inclusion mengaacu kepada akses ke berbagai jasa keuangan, dengan biaya wajar, bagi setiap orang-orang yang dianggap tidak bankable serta mereka yang menjalankan usaha di daerah pedesaan. Dalam praktiknya financial inclusion mengambil bentuk skema yang sering dikenal dengan istilah microcredit. Sistem pelayanan keuangan skala kecil biasanya berupa kredit permodalan yang ditujukan untuk membiayai usaha skala mikro dan menengah, baik perorangan maupun lembaga. 33 Adapun layanan lain yang seharusnya dapat diakses meliputi Tabungan, kredit jangka pendek maupun jangka panjang, sewa guna usaha, hipotek, asuransi, pensiun, pembayaran, transfer 32 Brigit Helm, access for All: Building Inclusve Financial System Washington,D.C.: The World Bank, 2006 h.2. 33 Marguerite S. Robinson, The Microfinance revolution: Sustainable Finance for the Poor. Woshington, D.C.:The World Bank,2001. h.9. uang untuk lokal maupun internasional. 34 Sehingga masyarakat miskin danatau yang tinggal di dearah mampu mengakses lembaga keuangan secara utuh. Sistem yang bisa dikatakan bangkit lagi telah mencatat banyak prestasi. Sistem keuangan yang sudah dimulai sejak abad XV ini telah menyebar luas di seluruh dunia. Perkembangan penting yang terjadi di Bangladesh dan Brazil menginspirasi kebangkitan microfinance di berbagai negara. Kesuksesan Grameen Bank di Bangladesh menjadi salah satu tonggak yang mempercerah masa depan industri microfinance di dunia. 35 Kesuksesan pendekatan “sisterhood” berhasil membantu kalangan miskindalam memperbaiki kondisi hidupnya. Model sistem pengembalian yang digunakan berbasis pada solidaritas kelompok. Dimana setiap kelompok menjadi penjamin bagi anggota kelompok lainnya. Sementara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, praktik permodalan skala mikrodilakukan sejak 1895. BPR yang menjadi motor penggerak, saat ini telah menjadi institusi microfinance terbesar di dunia. 36

B. Financial inclution di Indonesia

Indonesia termasuk negara dengan tingkat financial exclusion cukup tinggi. Hal ini terlihat dari beberapa hasil survei dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga nasional maupun internasional. Tercatat baru 48 penduduk dewasa Indonesia yang menabung di lembaga keuangan formal. 37 Bank Indonesia 34 United Nations, Building Inclusive Financial Sector for Development. New York: The United Nations Departemen of Publik Information,2006 35 Marguerite S. Robinson, The Microfinance revolution: Sustainable Finance for the Poor. Woshington, D.C.:The World Bank,2001. h.xxxv. 36 Nusron Wahid, h. 58-59 37 Survey Rumah Tangga Indonesia, World Bank-2012 yang merujuk pada laporan Findex-WorldBank-2011 memcatat financial inclution baru berjalan 20- 38 . Angka ini masih jauh dari target yang ditetapkan oleh AFI Alliance for Financial yaitu mencapai 50 dari populasi di dunia untuk naik ke middle class dengan kemampuan mengakses lembaga keuangan pada tahun 2020. 39 Sehingga untuk mengejar target tersebut Indonesia perlu meningkatkan penerapan sistem keuangan inklusif 30. Dan bila pertumbuhan penduduk diestimasikan tetep diangka 1,29, maka sistem keuangan inklusif perlu ditingkatkan hingga 30- 31,2 hingga tahun 2020. Untuk meningkatkan keuangan inklusif di Indonesia, dipilih dengan cara komprehensif dengan menyusun suatu strategi nasional yang disusun bersama antara Bank Indonesia, kantor wakil presiden Tim Nasional Percepatan Penanggulangan KemiskinanTNP2K dan Kementerian Keuangan yang disebut dengan Strategi Nasional keuangan Inklusif. Selain itu Indonesia berpartisipasi aktif dalam forum G20, OECD, AFI, APEC dan ASEAN yang membahas financial inclution. Financial inclusion memang seharusnya menjadi perhatian khusus pemerintah. Dengan membuka pandangan eksklusif lembaga keuangan yang mencoret kaum marginal untuk mendapatkan haknya dalam memperoleh akses permodalan. Dan memasukkan kembali golongan yang selama ini dijauhi lembaga 38 Kanal Keuangan inklusif di Indonesia pada http:www.bi.go.ididperbankankeuanganinklusifIndonesiaContentsDefault.aspx diakses pada 21 Sept 2016. 39 Inspiring Innovation to Advance Inclution, yang disampaikan oleh Alfred Hannig, Executive Director of AFI; Governor Benno Ndulu, Bank of Tanzania; James Mwangi, Managing Director and CEO, Equity Bank; and Stephen Kehoe, SVP, Head of Global Financial Inclusion, Visa Inc.pada Alliance for Financial Inclusion 2015 AFI Global Policy Forum Report di Mozambigque. keuangan sebagai pihak yang layak untuk memperoleh layanan keuangan. Sehingga akan membuka akses kredit permodalan yang akan berimbas pada pengembangan usaha bahkan membuka unit usaha baru. Selain itu terbukanya akses keuangan formal akan mengurahi ruang gerak lembaga informal. Sehingga biaya yang dibebankan ke pelaku usaha paling tidak sudah dapat dipastikan berkurang. Sebab produk lembaga keuangan formal cenderung lebih murah dibandingkan dengan produk lembaga keuangan non formal. Berbagai keberhasilan ekonomi yang telah dicapai melalui financial inclusion bukan tanpa halangan. Hasil studi yang dilakukan Rahman A, diberbagai negara terdapat hambatan riil yang dihadapi jalannya financial inclusion. Hambatan tersebut diantaranya : 40 a. Kebijakan yang kurang mendukung tumbuh kembangnya financial inclusion. b. Buruknya infrastruktur pendukung dunia perbankan. c. Sistem pendataan yang masih rancu. d. Tidak memadainya pengetahuan mengenai dunia keuangan. e. Masih tingginya biaya untuk mengakses lembaga keuangan, misalkan ketetapan saldo awal tabungan. f. Perkembangan sistem keuangan tidak didukung dengan perkembangan teknologi. g. Ketidak merataan pendapatan masyarakat. h. Masih jarang produk jasa keuangan yang diperuntukkan kalangan miskin. 40 A. Rahman, Financial Inclusion as a Tool for Combinating Poverty. The Bangladesh Approach. Nairobi: 1 st AFI Global Policy Forum. 2009. dalam Nusron Wahid, Keuangan Inklusif Membongkar Hegemoni Keuangan. h.67-69.