Produk dan Layanan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’ d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Menurut Muhammad Umar Capra dalam buku yang berjudul Toward a Just Monetary System, mengemukakan bahwa suatu dimensi kesejahteraan sosial dapat dikenal pada suatu pembiayaan bank. Adapun fungsi pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan yakni untuk membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Secara perinci pembiayaan memeiliki fungsi antara lain: a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa. b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund. c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga. d. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada. Sedangkan bagi masyarakat luas khususnya masyarakat miskin, pembiayaan memiliki manfaat sebagai berikut: 53 a. Mengurangi pengangguran b. Melibatkan masyarakat yang memiliki profesi tertentu c. Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menggunakan pelayanan jasa perbankan. 53 Ismail, Perbankan Syariah,Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h.112-113 Aktivitas penyaluran dana Bank Syariah kepada nasabah dilakukan dengan beberapa cara. Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan pengguanaannya, yaitu : 54 a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli Pembiayaan yang dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli dilakukan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda transfer of property . Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Adapun produk pembiayaan yang menggunakan prinsip ini seperti Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Salam , Pembiayaan Istishna’. Jenis pembiayaan ini termasuk ke dalam natural certainty contracts NCC, yaitu kontrak dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktunya. 55 b. Pembiayaan dengan prinsip sewa Pembiayaan yang dilakukan sesuai dengan prinsip sewa Ijarah. Transaksi ini dilandasi adanya perpindahan manfaat. Hampir sama dengan prinsip jual beli, namun dalam prinsip ini objek yang ditransaksikan yaitu jasa. Adapun produk pembiayaan yang sering menggunakan prinsip ini yaitu Pembiayaan Ijarah, dan Pembiayaan IMBT. Jenis pembiayaan ini termasuk ke dalam natural certainty contracts NCC, yaitu kontrak dalam 54 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h.87-97 55 Adiwarman Karim. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2007 h. 51. bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktunya. c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Pembiayaan yang dilakukan dengan menggunakan prinsip bagi hasil. Transaksi ini pada dasarnya merupakan pembiayaan yang tidak dapat dipastikan keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing pihak. Keuntungan dari hasil usaha dibagi sesuai kesepakatan yang telah disetujui bersama. Adapun pembiayaan yang lazim menggunakan prinsip bagi hasil diantaranya : Pembiayaan Musyarakah, dan Pembiayaan Mudharabah. Jenis pembiayaan ini termasuk ke dalam natural uncertainty contracts NUC, yaitu kontrak dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktunya. d. Pembiayaan dengan akad pelengkap Pembiayaan yang dilakukan utnuk melengkapi dan mempermudah pelaksanaan pembiayaan lainnya. akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan lainnya. Namun pembiayaan ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Adapun akad yang sering digunakan di antaranya Hiwalah, Rahn, Qard, Wakalah, dan Kafalah. Jika ditinjau dari penerimanya atau golongan pembiayaannya, pembiayaan BPRS terbagi menjadi 2 56 , diantaranya: a. Pembiayaan Usaha Kecil Menengah Pembiayaan yang diberikan untuk para pelaku usaha yang masih tergolong dalam skala UKM. Biasanya terintegrasi dengan program-program pemerintah maupun CSR korporasi. b. Pembiayaan bukan Usaha Kecil Menengah Pembiayaan yang diberikan untuk nasabah yang bukan tergolong dalam skala UKM. Biasanya pembiayaan yang diberikan berupa pembiayaan konsumsi dan tidak menutup kemungkinan pembiayaan yang diberikan juga berbentuk pembiayaan lainnya. Walaupun BPRS fokus pada sektor mikro namun data yang tercatat dalam Laporan Statistik Perbankan Syariah menunjukkan bahwa ada pembiayaan yang diberikan kepada golongan yang bukan termasuk UKM. 3. Pelayanan Jasa service Pada dasarnya pelayanan jasa pada lembaga keuangan syariah terdiri dari barbagai macam layanan jasa keuangan. Namun karena ada larangan-larangan yang membatasi operasional BPRS, maka jenis layanan keuangan yang banyak digunakan oleh BPRS yaitu layanan jasa pembayaran. Dengan menggunakan akad wakalah dan ijarah, Pemegang rekening harus mendaftarkan dirinya untuk menggunakan salah satu atau seluruh fasilitas tersebut. Bank melakukan registrasi pendaftaran dan memberikan otorisasi penggunaan fasilitas kepada nasabah. Bank 56 Otoritas Jasa Keuangan. Statistik Perbankan Syaria 2015, Jakarta .2016. h. 91. menetapkan syarat-syarat penggunaan fasilitas dan berhak menetapkan fee atas penggunaan fasilitas dimaksud. Secara umum jenis pembayaran yang tersedia seperti pembayaran rekening listrik, pembayaran tagihan air, pembelian pulsa dan lain sebagainya. Selain itu BPRS juga menjadi penyambung antara masyarakat dan lembaga keuangan seperti bank atau bahkan pemerintah. Melalui linkage program, BPRS mampu merekomendasikan masyarakat khususnya pelaku UMKM untuk bisa mengakses jasa perbankan melalui channeling. Namun jika BPRS hanya kekurangan dana untuk melalukan pembiayaan BRPS juga bisa melakukan join finanfing dengan banksyariah. Bahkan BPRS juga bisa sebagai wakiil dari pemerintah atau bank sebagai pengelola dana khusus untuk masyarakat miskin melalui axecuting. Keberagaman produk dan kemampuan BPRS yang fokus pada lapisan masyarakat menengah kebawah diharapkan mampu menjadi ujung tompak sistem keuangan inklusif di Indonesia. Sehingga sistem keuangan inklusif yang menjadi cita-cita global segera terwujud.

F. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini merupakan deskripsi secara diagram, untuk memberikan gambaran yang sistematis. Identifikasi Model Pemilihan p, q, d secara tentatif Estimasi Parameter Model Uji Diagnosis Tidak Ya Prediksi Uji Stationer Data : Uji Augmented Dicky Fuller Akses Sistem Ekonomi Inklusif Penggunaan  Jumlah Kantor BPRS  Jumlah Rekening DPK  Jumlah Rekening Pembiayaan  Jumlah DPK  Jumlah Pembiayaan UMKM Uji Diskriptif

G. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji untuk mencapai tujuan penelitian ini dengan menguji secara parsial masing-masing model ARIMA untuk mencapai model yang terbaik dan dapat ditemukan prediksi di masa yang akan datang dengan kesalahan terkecil. Dan dari penjelasan teori dan telaah studi terdahulu, ditarik dugaan sementara H o yaitu: H o : Sistem keuangan inklusif di Indonesia diprediksi mampu tumbuh hingga 31,2 hingga tahun 2020 dengan pendekatan model ARIMA jumlah kantor BPRS, jumlah rekening DPK, jumlah rekening pembiayaan, jumlah pembiayaan UMKM. Dugaan ini ditarik dari terbukanya peluang yang besar bagi pertumbuhan sistem keuangan inklusif di Indonesia. Peluang besar ini ditandai dengan peran aktif Indonesia di level dunia, wilayah Indonesia yang luas dan masih belum maksimal dari jangkauan lembaga keuangan formal, berkembangnya industri ekonomi kreatif, dan berkembangnya lembaga keuangan yang tertarik pada sektor mikro. 45

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan berdasarkan laporan statistik yang terdapat di Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia. Statistik perbankan syariah merupakan kodifikasi lengkap yang dirilis oleh Bank Indonesia guna mendapat data terkait dengan pembiayaan BPRS kepada UMKM dan pembiayaan modal kerja yang disalurkan oleh BPRS.

B. Metode Pengumpulan Data

Adapun jenis data yang penulis ambil dan digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, dan sudah dikumpulkan. 57 Sedangkan menurut Uma menyatakan bahwa data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang, dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir. 58 Dalam hal ini penulis memperoleh data atau informasi melalui jurnal, artikel media internet dan bahan informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah sebagai bahan penunjang penelitian.

C. Metode Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang penulis gunakan yaitu menggunakan pendekatan model ARIMA. Model pendekatan yang digunakan untuk mengetahui nilai prediksi pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS ke sektor UMKM. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 57 Muhammad, Metedologi Penelitian Ekonomi Islam, h. 5. 58 Uma Sekaran, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Jakarta: Salemba Empat, Buku II, Ed. IV, 2006, h. 65.

1. Uji Stationer

Sebelum melakukan analisis terlebih dahulu apakah runtun waktu time series yang digunakan sudah stasioner. Untuk itulah dibutuhkan uji formal dalam menentukan stasioneritas data. Ada dua macam pengujian secara formal yang dapat dilakukan, yaitu Korelogram atau Unit Root Test 59 . Dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit unit root test yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Jika suatu variabel data mengandung unit root maka data tersebut tidak stasioner. Metode yang digunakan untuk unit root test adalah Augmented Dicky-Fuller ADF. Untuk mengetahui apakah ada unit root pada variabel data yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky-Fuller ADF t- Statistic harus lebih kecil dibandingkan dengan test critical values atau nilai kritis 60 . Jika salah satu variabel ada yang tidak stasioner maka data tersebut harus di-difference beda tingkat pertama first difference. Kalaupun belum juga stasioner maka data tersebut di-difference beda tingkat kedua second difference.

2. Metode Box-Jenkins

Model Box-Jenkins merupakan salah satu teknik peramalan model time series yang hanya berdasarkan perilaku data variabel yang diamati let the data speak for themselves. Model Box-Jenkins ini secara umum dikenal dengan sebagai model autoregressive integrated moving average ARIMA. Analisis 59 Nachrowi Djalal. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomin dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2006. h. 346. 60 Wing Winarno Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta: Unit Penerbit Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. 2007. h.79.