D. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagai LKMS Formal
Menurut UU Perbankan No 7 tahun 1992, BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan
dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan menurut UU No 10 tahuun 1998, disebutkan bahwa BPR
adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Undang-undang Nomor 21 Tahun
2008 menyebutkan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah BPRS yaitu Bank Syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
46
Yang perlu diperhatikan dari ketentuan diatas adalah kepanjangan dari BPR Syari’ah yang berupa Bank Perkreditan Syari’ah. Ini berarti semua peraturan
perundangan-undangan y ang menyebut BPR Syari’ah dengan Bank Perkreditan
Rakyat Syari’ah harus dibaca dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah BPRS.
47
Secara teknis, BPRS bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah
Sudarsono, 2003:71. Selain itu Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah BPRS adalah Bank Syari’ah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
48
46
Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca
UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 Konsep, Regulasi, dan Implementasi, Yogyakarta : BPFE Yogayakrta, 2009, h. 41.
47
Zubairi Hasan, Undang- Undang Perbankan Syari’ah Titik Temu Hukum Islam dan
Hukum Nasional, Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009, h. 7.
48
Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2010, h. 3.
Selanjutnya Surat
Keputusan Direktur
Bank Indonesia
No. 3236KEPDIR1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah menjelaskan tentang tujuan BPR Syariah, diantaranya: 1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan. 2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi. 3. Membina semangat ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam
rangka meningkatkan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai.
4. Untuk mempercepat perputaran aktivitas perekonomian karena sektor riil akan bergairah.
49
Dalam aktivitas operasional perbankannya berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008, Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah BPRS dilarang:
50
1. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip Syari’ah.
2. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. 3. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing
dengan izin Bank Indonesia. 4. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran
produk asuransi Syari’ah.
49
Muhammad, Manajemen Bank Sya ri’ah, Yogyakarta: UPP AMP, 2002, h. 56.
50
Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis,
Bandung:CV Pustaka Setia, 2012, h. 200.
5. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pemiayaan Rakyat Syari’ah.
6. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha yang telah diatur dalam Undang- Undang.
E. Produk dan Layanan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Sebagai Lembaga Keuangan Mikro berbasis syariah, BPRS berpedoman pada regulasi Bank Indonesia yang sekarang dipusatkan pada Otoritas Jasa
Keuangan OJK dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN- MUI. Mulai proses pembentukan, pelaksanaan atau operasional usaha hingga
pelaporan hasil usaha. Dan karena telah dinyatakan sebagai lembaga keuangan formal, maka BPRS disetarakan dengan Bank Umum dalam hal regulasi. Hanya
ruang lingkup dan beberapa regulasi yang berbeda, menyesuaikan ruang lingkup usaha yang dikembangkan.
Adapun kegiatan usaha yang dibolehkan untuk dilakukan oleh BPRS sebagai lembaga keuangan.sebagai berikut :
1. Penghimpunan Dana funding Menurut kodifikasi Bank Indonesia, penghimpunan dana funding
merupakan usaha lembaga keuangan untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk dioptimalkan kembali ke sektor lain. Pada umumnya penghimpunan dana
dilakukan dalam 3 macam jenis diantaranya: tabungan, giro dan deposito. Namun karena BPRS tergolong dalam lembaga keuangan mikro, maka BPRS dilarang
untuk menerima Simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.
51
Maka dari itu BPRS terus mengoptimalkan produk tabungan dan deposito. Adapun penjelasan mengenai produk-produk tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
52
a. TabunganSimpanan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Adapun tujuan dari produk ini
merupakan sumber pendanaan bank khususnya dalam Rupiah dan memberikan kemudahan kepada nasabah dalam mengelola likuiditasnya dan menggunakan
beberapa fasilitas tambahan yang diberikan bank misalnya ATM atau kartu debet. Akad yang digunakan diantaranya wadiah dan mudharabah.
Tabungan yang menggunakan akad wadiah menjadikan dana tabungan sebagai titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat bila nasabah yang
bersangkutan menghendaki. Bank syariah bertanggungjawab atas pengembalian titipan dana tersebut. Karena sifatnya titipan maka bank tidak dipersyaratkan untuk
memberikan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian bonus secara sukarela. Berbeda dengan tabungan yang menggunakan akad mudharabah. Hubungan
yang timbul merupakan Kerjasama antara pemilik dana shahibul maal dan pengelola dana mudharib untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi
hasil keuntungan atau kerugian menurut kesepakatan di muka. Nasabah bertindak sebagai shahibul maal dan bank syariah bertindak sebagai mudharib. Simpanan
51
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
52
Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, Bank Indonesia. 2007.