Persaingan Usaha Penelitian Terdahulu

2.3. Persaingan Usaha

Persaingan dalam ekonomi adalah istilah yang mencakup pengertian individu dan perusahaan berjuang untuk pangsa pasar yang lebih besar untuk menjual atau membeli barang dan jasa. Merriam-Webster mendefinisikan persaingan dalam bisnis sebagai upaya dua pihak atau lebih yang bertindak independen untuk mengamankan bisnis dari pihak ketiga. Hal ini digambarkan oleh Adam Smith dalam The Wealth of Nations 1776, perusahaan mengalokasikan sumberdaya kedalam fungsi yang paling optimal dan mendorong efisiensi lebih lanjut. Kemudian teori mikroekonomi membedakan antara persaingan sempurna dan persaingan tidak sempurna , menyimpulkan bahwa tidak ada sistem alokasi sumber daya lebih efisien Pareto dari persaingan sempurna . Persaingan, menurut teori ini, menyebabkan perusahaan-perusahaan untuk mengembangkan produk baru, layanan dan teknologi, yang akan memberikan konsumen pilihan yang lebih banyak dan produk yang lebih baik. Banyaknya pilihan menyebabkan harga yang lebih rendah untuk produk, dibandingkan dengan harga saat tidak ada persaingan monopoli atau sedikit kompetisi oligopoli.

2.4. Konsep Pasar

Pasar dalam arti sempit adalah tempat permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan Penawaran dapat berupa Barang atau Jasa. Sedangkan secara umum pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli 5 . Pasar memiliki berbagai definisi yang berkembang, dari definisi yang ada pasar dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok penjual dan pembeli yang melakukan pertukaran barang dan jasa yang dapat disubstitusikan. Konsep dan pemaknaan pasar yang sesungguhnya sangat luas, mencakup dimensi ekonomi dan sosial-budaya. Dalam perseptif pasar secara fisik dapat diartikan sebagai tempat berlangsungnya transaksi jual beli barang dan jasa antara penjual dan pembeli dalam tempat tertentu. Pasar memiliki beberapa klasifikasi. Misalnya klasifikasi Pasar berdasarkan bangunan. Berdasarkan bangunan, pasar dibagi menjadi dua jenis, yaitu pasar dengan bangunan permanensemi permanen dan pasar tanpa bangunan permanen. Pasar dengan bangunan permanensemi permanen adalah pasar yang menggunakan lantai sementegel, tiang besikayu, atap senggentengsirap, baik berdindingtidak. Sedangkan pasar tanpa bangunan permanen tidak termasuk kaki lima adalah pasar yang mempunyai bangunan tetapi tidak permanen, misalnya bangunan dari bambu, daun, dan sebagainya, contoh Pasar Kaget. Pasar Kaget adalah pasar yang muncul di lokasi yang tidak diperuntukan pasar dan selesai dengan cepat 6 . Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, 5 Wikipedia. 2010. Pasar. http:id.wikipedia.orgwikiPasar [22 Maret 2010] 6 Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Potensi Desa Propinsi Jawa Barat. Jakarta: BPS. Hal 68-69 mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya 7 . Pembagian klasifikasi paling umum dan sering digunakan adalah klasifikasi menjadi Pasar Tradisional dan Toko Modern.

2.4.1 Pasar Tradisional

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimilikidikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar 8 . Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar 9 . 7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasal 1 8 Ibid 9 Wikipedia, loc. cit Secara lebih mendetail, komponen-komponen dalam Pasar Tradisional dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu 10 :  Kios adalah tempat berdagang dengan jenis dan spesifikasi yang sama diatur dan ditetapkan berdasarkan komoditi yang satu sama lain dibatasi dengan dinding serta dapat ditutup.  Los adalah tempat berdagang yang merupakan bagian dari bangunan tetap di dalam pasar yang sifatnya terbuka dan tanpa dinding keliling.

2.4.2 Toko Modern

Pasar Modern merupakan pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau koperasi dalam bentuk mall, supermarket, minimarket, department store, dan shopping center dimana pengelolaannya dilakukan secara modern dengan mengutamakan pelayanan dan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi dengan label harga yang pasti 11 . Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan 12 .

2.4.3 Pedagang Kaki Lima Pedagang Informal

10 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Pasar. Pasal 1 11 Keputusan Menteri Nomor 107MppKep21998 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pasar Modern. Pasal 1 12 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasal 1 Pedagang Kaki Lima yang dapat disingkat PKL adalah penjual barang dan atau jasa yang secara perorangan dan atau kelompok berusaha dalam kegiatan ekonomi yang tergolong dalam skala usaha kecil yang menggunakan fasilitas umum dan bersifat sementaratidak menetap dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak bergerak dan atau menggunakan sarana berdagang yang mudah dipindahkan dan dibongkar pasang 13 .

2.5 Penelitian Terdahulu

Lembaga Penelitian SMERU pada tahun 2007 melakukan penelitian mengenai “Dampak Supermarket Terhadap Pasar dan Pedagang Retail di Daerah Perotaan di Indonesia ” dengan pengambilan data di Kota Depok dan Kota Bandung. Studi ini mengukur dampak supermarket terhadap pasar tradsional dengan dua cara, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif menggunakan metode Difference in Difference DiD dan metode ekonometrik, sedangkan metode kualitif dengan wawancara mendalam. Penelusuran melalui metode kualitatif secara statistik tidak menemukan dampak signifikan pada pendapatan dan keuntungan, namun signifikan terhadap jumlah pegawai pasar tradisional. Temuan kualitatif menunjukan bahwa kelesuan yang terjadi di pasar tradisional kebanyakan bersumber dari masalah internal pasar tradisional yang membuat supermarket semakin diuntungkan. Oleh karena itu lembaga penelitian SMERU menyimpulkan bahwa perbaikan sistem pengelolaan pasar tradisional diperlukan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional sehingga dapat bertahan di tengah keberadaan supermarket yang terus menjamur. 13 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2005 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima. Pasal 1 Nurmalasari 2007 dalam penelitian berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional. ” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional, menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional dan merumuskan rekomendasi strategi yang dapat dilakukan pasar tradisional untuk meningkatkan daya saingnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif menggunakan pendekatan Porter‟s Diamond untuk menganalisa potensi dan faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional dan analisis statistik regresi Binary dengan menggunakan model probit untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional. Ningsih 2006 dalam penelitian berjudul “Dampak Pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern terhadap Penyerapan dan Pengurangan Tenaga Kerja di Kota Bogor ”, berdasarkan studi empirisnya menyatakan bahwa kemunculan Pusat Perbelanjaan Modern menyebabkan pergeseran preferensi belanja masyarakat dari pasar tradisional yang ditandai dengan peningkatan jumlah Pusat Perbelanjaan Modern sebesar 300 persen dan penurunan omset penjualan pasar tradisional sebesar 20 persen. Pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern menyebabkan peralihan fungsi penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Bogor 1999-2009 karena terjadi penurunan Ruang Terbuka Hijau RTH di kota Bogor. Keberadaan pusat Perbelanjaan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di kota Bogor. Penelitian ini juga menggunakan metode Koefisien Korelasi Rank-Spearman untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara laju pertubuhan pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern dengan laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang terjadi.

2.4 Kerangka Pemikiran