Analisis Dampak Permasalahan Infrastruktur dan Pelayanan Pasar Tradisional

5.2.1. Analisis Dampak Permasalahan Infrastruktur dan Pelayanan Pasar Tradisional

Diakui oleh pedagang bahwa beberapa pelanggan mengeluhkan infrastruktur yang buruk, tapi tidak sampai enggan untuk berbelanja di Pasar Baru Bogor. Contoh kekurangan infrastruktur adalah sempitnya tempat parkir untuk Pasar Baru Bogor. Tempat parkir Pasar Baru Bogor hanya mampu memuat tidak sampai 30 mobil, ruas tempat parkir sendiri sebagian digunakan oleh beberapa PKL untuk berjualan, ditambah lagi untuk menaruh sampah sementara sebelum dibawa ke TPS di belakang pasar. Sementara sebagaimana bab sebelumnya membahas, pelanggan utama Pasar Baru Bogor adalah toko kecil atau pengusaha rumah makan yang membeli secara borongan. Kebanyakan pelanggan mengeluhkan sulitnya mendapatkan parkir dan mengangkut barang belanja dari pasar ke dalam mobil. Masalah infrastruktur kedua adalah masalah kebersihan. Walaupun dalam penelitian sebanyak 76,67 persen pedagang responden dari Pasar Baru Bogor menganggap pasar sudah cukup bersih, nyatanya sampah dan kotoran ada dimana-mana. Terbukti ketika hujan besar, air menggenang beberapa sentimeter terutama di daerah pinggir pasar, sehingga beberapa pedagang mengakui ketika hujan ataupun setelah hujan besar, biasanya pembeli semakin sedikit yang datang ke pasar karena kotor yang semakin parah dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. PD Pasar Pakuan Jaya mengakui bahwa masalah kebersihan sudah cukup lama menjadi perdebatan. Oleh karena itu, berdasarkan kesepakatan bersama antara pengelola dan pedagang, kebersihan menjadi tanggung jawab bersama. Sistematika pengelolaan kebersihan bersama sebetulnya tercantum dalam hak dan kewajiban pedagang sesuai Perda Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2005 dimana seharusnya pedagang memang menyediakan sendiri tempat sampah masing- masing. Nyatanya, pedagang tetap membuang sampah ke lantai, hanya beberapa pedagang responden yang mengakui bahwa mereka menyediakan sendiri tempat sampahnya. Hampir seluruh pedagang menganggap retribusi harian secara total juga memuat biaya untuk kebersihan, padahal tidak seperti itu. PD Pasar Pakuan Jaya mengakui pungutan atau retribusi harian tidak mencantumkan iuran untuk kebersihan, hal tersebut dilakukan agar tidak ada pihak yang melempar tanggung jawab kepada pihak lain. Terjadi ketidaksamaan persepsi mengenai tanggung jawab kebersihan diduga menjadi pemicu ketidakpeduliaan pedagang akan kebersihan. Walaupun tidak ditarik iuran kebersihan, PD Pasar Pakuan Jaya memiliki unit kebersihan yang membersihkan sampah. Lebih lanjut PD Pasar Pakuan Jaya mengatakan bahwa, beberapa tahun lalu pernah dilakukan sebuah solusi untuk masalah kebersihan yaitu pihak pengelola menyediakan kantung sampah untuk tiap kios dan los di seluruh pasar. Tapi nyatanya kantung sampah tersebut justru dibiarkan begitu saja menggantung di pinggir toko sebelum akhirnya diambil oleh pemulung. PD Pasar Pakuan Jaya mengakui ketidakpeduliaan akan kebersihan yang berlarut-larut ini disebabkan tidak adanya sanksi keras bagi pedagang yang melanggar aturan. Di satu sisi, kebanyakan pedagang menganggap unit kebersihan terlalu sedikit dan jarang membersihkan sampah terutama pada jam ramai pasar. Untuk kebersihan, PT Galvindo Ampuh memang memberlakukan iuran kebersihan, selain keamanan dan sewa harian. Dari hasil pengamatan, pedagang di Pasar Induk Kemang tidak jauh berbeda dengan pedagang di Pasar Baru Bogor, mereka sama tidak peduli soal kebersihan. Selama periode penelitian, pedagang yang memiliki sampah seperti kulit bawang memang menampung sampahnya kemudian menunggu petugas untuk kemudian dibuang. Namun beberapa kali terlihat pedagang langsung membuang begitu saja barang dagangan yang dianggap cacat dan tidak sedikit pedagang yang melakukan. Ruas jalan antar bangunan di Pasar Induk Kemang dipenuhi oleh sampah terutama saat pengepakan, puncaknya adalah malam hari sebelum akhirnya diangkut oleh unit kebersihan. Akumulasi dari keacuhan tersebut signifikan terlihat, untuk pasar tradisional yang berumur kurang dari 10 tahun, ruas jalan Pasar Induk Kemang bisa dikatakan rusak dan bergelombang akibat dari sampah- sampah tersebut, terutama di bagian belakang pasar yang jarang dilalui mobil. Pedagang-pedagang sendiri mengatakan bahwa unit kebersihan Pasar Induk Kemang sangatlah sedikit dan mobil pengangkutnya bisa dikatakan tidak layak, ditambah lagi pengangkutan sampah dilakukan hanya pada malam hari. Terkait dengan infrastruktur, kondisi bangunan di kedua pasar bisa dikatakan sebagai bangunan pasar tradisional pada umumnya. Pasar Baru Bogor berumur sekitar 15 tahun setelah dibangun menjadi dua lantai bersamaan dengan pembangunan Plaza Bogor di depannya, sedangkan Pasar Induk Kemang berumur sekitar 9 tahun. Pada Pasar Baru Bogor, bangunan tidak bisa dikatakan dalam kondisi baik, namun pedagang mengatakan bahwa pasar ini bangunannya cukup baik jika dibandingkan dengan pasar tradisional lain yang pernah terjadi kebakaran besar beberapa kali. Pada Pasar Induk Kemang, beberapa pedagang mengeluhkan tentang konstruksi atap yang membuat panas sehingga beberapa pedagang menjadi tidak nyaman ketika berdagang di siang hari. Keamanan dalam pasar untuk kedua pasar dikatakan cukup baik. Pada Pasar Baru Bogor, unit keamanan cukup siaga di dalam dan luar pasar, ditambah lagi beberapa pedagang di dalam pasar yang berjualan 24 jam membuat jengah untuk pencuri. Di Pasar Induk Kemang, keamanan bisa dikatakan cukup baik. Tersedia unit keamanan di beberapa lokasi dalam areal pasar. Namun beberapa pedagang mengeluhkan pengawasan dari unit keamanan, unit keamanan Pasar Induk Kemang kurang intensif dalam berpatroli, ditambah lagi keadaan ramai pasar terjadi saat malam hari, sehingga pedagang harus tetap waspada terhadap pengutil.

5.2.2 Analisis Dampak Fluktuasi Harga dan Penurunan Dayabeli Konsumen