LATAR BELAKANG Kajian jaringan transportasi dalam manajemen rantai pasokan bunga krisan di jawa barat (Studi Kasus di PT. Saung Mirwan)

1 I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bunga krisan berasal dari dataran China dan merupakan tanaman bunga hias sejenis perdu yang memiliki sebutan lain yaitu bunga seruni atau bunga emas golden flower. Krisan atau Chrysanthemum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Bunga krisan biasanya digunakan sebagai bunga potong, tanaman pot, dan selain digunakan sebagai tanaman hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tanaman obat tradisional dan penghasil racun serangga hama. Menurut Novizan 2000 ekstrak bunga krisan Chrysanthemum cinerariaefolium mengandung piretrin sebanyak 0.9- 1.3 yang dapat digunakan sebagai biopestisida yang tidak meninggalkan residu setelah digunakan dan aman bagi lingkungan. Perkembangan dan peningkatan yang konsisten pada produksi tanaman krisan menunjukkan terdapatnya prospek yang baik pada tanaman ini. Produksi bunga krisan yang terus meningkat, memungkinkan peningkatan jumlah ekspor yang sekaligus akan meningkatkan mutu bunga karena adanya tuntutan pasar. Produksi bunga krisan Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun, mulai dari tahun 1999 sebanyak 1,468,213 tangkai, 2000 sebanyak 2,281,125 tangkai, 2001 sebanyak 7,387,737 tangkai, 2002 sebanyak 25,804,630 tangkai, 2003 sebanyak 27,406,464 tangkai, 2004 sebanyak 27,683,449 tangkai, 2005 sebanyak 47,465,794 tangkai, 2006 sebanyak 63,716,256 tangkai, 2007 sebanyak 66,979,260 tangkai, 2008 sebanyak 99,158,942 tangkai hingga tahun 2009 sebanyak 107,847,072 tangkai BPS 2009. Industri krisan juga sangat diminati oleh masyarakat di Jawa Barat. Pada tahun 2009, provinsi Jawa Barat sendiri memproduksi tanaman krisan sebanyak 55,715,528 tangkai, jauh lebih tinggi daripada jumlah produksi tanaman hias lainnya seperti anggrek sebanyak 5,582,076 tangkai, sedap malam sebanyak 4,565,041 tangkai, dan mawar sebanyak 4,471,566 tangkai BPS 2009. Hampir setengah produksi tanaman krisan negara berasal dari Jawa Barat. Selain produksi yang tinggi menurut data dari Badan Pusat Statistika 2009, provinsi Jawa Barat juga termasuk dalam lima provinsi yang memiliki luas lahan dan tingkat produktivitas terbesar di Indonesia Tabel 1. Masalah muncul pada kegiatan transportasi dan pendistribusian produk ke konsumen yang terdiri atas risiko transportasi, terlambat tiba di lokasi pembeli, dan kesalahan pemilihan alat transportasi. Risiko transportasi adalah kerusakan produk akibat goncangan, suhu yang tidak cocok, handling tidak benar. Kesalahan dapat terjadi saat memilih alat transportasi untuk produk segar yaitu menggunakan kendaraan yang tidak berpendingin. Tidak memperhatikan kondisi paling baik saat pengiriman suhu dingin juga menambah kerusakan pada produk segar yang diangkut. Selain itu, saat transportasi dibutuhkan penanganan handling yang benar seperti saat pemuatan produk ke dalam alat angkut dan penyusunan di dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan yang tidak benar maka akan meningkatkan resiko kerusakan fisik pada produk misalnya penyusunan yang tidak benar meningkatkan kerusakan fisik akibat goncangan saat perjalanan. Untuk produk segar dibutuhkan penanganan yang sangat hati-hati saat pemuatanpembongkaran produk ke dan dari angkutan. Tabel 1. Provinsi-provinsi yang termasuk lima besar dalam produksi, luas lahan dan produktivitas lahan tanaman krisan di Indonesia pada tahun 2009 No. Provinsi Produksi tangkai Provinsi Luas lahan m 2 Provinsi Produktivitas tangkaim 2 1. Jawa Barat 55,715,528 Jawa Timur 7,661,339 Sulawesi Utara 63.45 2. Jawa Timur 29,361,122 Jawa Barat 1,636,357 Jawa Tengah 61.29 3. Jawa Tengah 18,636,348 Jawa Tengah 303,977 Bali 36.35 4. Sulawesi Utara 2,078,653 Sumatera Utara 54,226 Jawa Barat 32.22 5. Sumatera Utara 537,367 Sumatera Barat 21,047 Kalimantan Timur 16.46 Sumber : Badan Pusat Statistika, 2009 2 Penyebab terjadinya keterlambatan pengiriman atau barang tidak tepat waktu tiba di lokasi pembeli adalah hambatan yang timbul saat di perjalanan seperti macet, kerusakan alat angkut, kecelakaan dan sebagainya. Sebagai produk segar semakin lama produk berada di perjalanan transportasi maka semakin menambah kerusakan atau terjadi penurunan mutu produk. Waktu panenpetik dengan waktu penerimaan hingga ke tangan konsumen dituntut seefisien mungkin, semakin jauh jarak yang ditempuh maka semakin besar pula resiko kerusakan produk. Pemilihan alat transportasi untuk pengiriman produk kepada pembeli perlu mempertimbangkan biaya dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan alat angkut. Pemilihan alat transportasi atau jenis kendaraan di PT. Saung Mirwan dilakukan tanpa mempertimbangkan biaya yang ditimbulkan masing- masing alat angkut. Pengiriman dilakukan menggunakan alat transportasi yang ada pada saat dibutuhkan pengiriman ke daerah tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan informasi dan data transportasi perusahaan ditunjukkan biaya pengiriman setiap produk krisan yang dimiliki oleh perusahaan seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya pengiriman produk bunga yang digunakan di PT. Saung Mirwan Oktober 2010 Tujuan Jenis produk Biaya kirim Bandara Soekarno-Hatta Unrooted cutting Rp 225,00075 kardus Cipanas Rooted cutting Rp 125,00050 kardus Bandung Rooted cutting Rp 200,00050 kardus Bogor Bunga potong Rp 125,00016 kardus Jakarta Bunga potong Rp 187,50016 kardus Produk krisan yang dihasilkan PT. Saung Mirwan terdiri atas stek tanpa akar unrooted cuting, stek berakar rooted cutting, dan bunga potong. Pengiriman produk krisan perusahaan dilakukan ke Bandara untuk produk ekspor, ke Cipanas, Bandung, Bogor dan Jakarta untuk produk lokal. Kesalahan pemilihan alat transportasi juga akan meningkatkan biaya transportasi sebagaiman risiko dan keterlambatan pengiriman. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan optimasi pemilihan jenis dan jumlah alat transportasi untuk pengiriman produk ke konsumen. Hasil yang diharapkan adalah biaya pengiriman yang lebih rendah daripada yang digunakan oleh perusahaan. Menurut Zhou et al. 2003, algoritma genetika GA dapat digunakan untuk optimasi pengangkutan dan biaya pengiriman dari pemasok sampai ke konsumen. Dalam penelitian ini dibutuhkan optimasi pemilian jenis dan alat transportasi untuk pengiriman produk ke lokasi pelanggan. Optimasi adalah proses kolektif untuk mendapatkan sekelompok keadaan yang diinginkan dalam mencapai suatu hasil terbaik berdasarkan kondisi yang ada. Algoritma genetika merupakan salah satu teknik pencarian yang bersifat tangguh, adaptif dan efisien yang berasal dari bidang ilmu kecerdasan buatan. Algoritma genetika ini dapat mencari solusi optimal berdasarkan pada mekanisme sistem natural yaitu perubahan struktur genetika dan seleksi alam. Sehingga pemilihan jenis kendaraan sesuai dengan kapasitas angkut kendaraan dan sifat hortikultura dengan biaya seminimal mungkin dapat dipecahkan menggunakan algoritma genetika dengan lebih efektif dan efisien. Keunggulan algoritma genetika adalah strukturnya yang sederhana, mudah mengimplementasikannya dan cepat dalam pencapaian solusi yang optimum efisien. Menurut Goldberg 1989, perbedaan algoritma genetika dengan teknik pencarian dan optimasi konvensional sebagai berikut : 1. Algoritma genetika bekerja pada sekumpulan calon solusi yang telah dikodekan, bukan pada solusi itu sendiri 2. Algoritma genetika melakukan pencarian nilai optimum pada sekumpulan calon solusi secara paralel bersifat parallel search atau population-based search 3. Algoritma genetika secara langsung memanfaatkan fungsi tujuan atau fungsi fitness, bukan fungsi turunannya 4. Algoritma genetika bekerja dengan menggunakan aturan probabilistik, bukan aturan deterministik Masalah-masalah transportasi yaitu risiko pengiriman dan keterlambatan jika tidak ditangani, mengakibatkan kualitas dan kuantitas yang dipesan tidak sesuai dengan yang diterima oleh konsumen karena terjadi kerusakan produk baik fisik maupun fisiologis. Pasar yang dimiliki akan menurun 3 karena hilangnya kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Secara keseluruhan masalah-masalah ini menimbulkan peningkatan biaya bahkan dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan. Semakin tinggi kerusakan produk maka semakin tinggi pula biaya kerusakan produk. Harga jual produk menjadi menurun. Semakin sering pengiriman tidak tepat waktu maka semakin menurunkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan sehingga menurunkan jumlah pelanggan perusahaan. Adanya pengelolaan distribusi, logistik atau rantai pasokan yang baik akan membantu mengurangi kerusakan produk tersebut sehingga dapat mendukung perusahaan untuk memenangkan kompetisi antar agroindustri untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Model rantai pasokan produk hortikultura tersebut cukup kompleks karena merupakan kombinasi yang mempertimbangkan beberapa jenis transportasi dan minimasi biaya sehingga diperlukan manajemen rantai pasokan yang baik. Supply Chain Management adalah serangkaian pendekatan yang diterapkan mengintegrasikan pemasok, pengusaha dan gudang warehouse dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk yang dihasilkan dan didistribusikan kepada konsumen dengan kuantitas dan kualitas yang tepat, lokasi yang tepat serta waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan konsumen David et al. 2000 diacu dalam Indrajit dan Djokopranoto 2002. Prinsip utama dalam Supply Chain Management ialah menciptakan sinkronisasi aktivitas-aktivitas yang beragam dan membutuhkan pendekatan holistik. Menurut Mattsson 2003, manajemen rantai pasokan bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimasi biaya dari transportasi dan distribusi sampai inventori bahan baku, bahan dalam proses, dan barang jadi. Aktivitas supply chain dimulai dari permintaan konsumen consumen order dan berakhir ketika pelanggan atau konsumen telah terpuaskan Chopra dan Meindl 2004.

B. TUJUAN PENELITIAN