b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan informasi kepada Lembaga serta Dinas pendidikan terkait Pengelolaan
Bantuan Operasional Sekolah Pada jenjang Pendidikan Sekolah Dasar. c. Sebagai referensi bagi mahasiswa yang tertarik dalam topik Implementasi
Program Bantuan Operasional Sekolah.
1.5. Kerangka Teori
Untuk memudahkan penulis dalam rangka penyusunan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan sebagai pedoman
menjelaskan masalah yang sedang disorot, pedoman tersebut disebut dengan kerangka teori.
Menurut Setiawan Djuharie
13
1.5.1. Konsep Kebijakan Publik
, telaah kepustakaan berisi tentang hasil telaah terhadap teori dan hasil penelitian terdahulu yang terkait. Telaah ini bisa
dalam arti membandingkan, mengkontraskan atau meletakkan tempat kedudukan masing-masing dalam masalah yang sedang diteliti, dan pada akhirnya
menyatakan posisipendirian peneliti disertai dengan alasan-alasannya. Telaah ini diperlukan karena tidak ada penelitian empirik tanpa di dahului telaah
kepustakaan.
1.5.1.1. Pengertian Kebijakan Publik
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus dapat berinteraksi dengan orang lain. Di dalam setiap interaksi itu kadang
13
Setiawan Djuharie. 2001. Pedoman Penulisan Skipsi, Tesis, Dusertasi. Bandung: Yrama Widya. Hal 55
Universitas Sumatera Utara
kala membawa masalah. Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan yang mencakup segala sendi kehidupan bermasyarakat harus dapat mengatasi
masalah-masalah yang timbul tersebut yakni dengan lahirnya aturan-aturan. Aturan-aturan serta keinginan-keinginan rakyat tersebut diwujudkan
oleh pemerintah melalui berbagai kebijakan publik apapun yang dipilih dan ditetapkan oleh pemerintah, baik untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Hal
ini berarti bahwa tindakan pemerintah melakukan atau pun tidak melakukan sesuatu merupakan bentuk kebijakan yang dipilih oleh pemerintah karena apa
pun pilihan bentuk kebijakannya akan tetap menimbulkan dampak sama besarnya.
Secara umum, istilah ”kebijakan” atau ”policy” digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kelompok
maupun suatu lembaga pemerintah atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Menurut H. Hugh Heglo
14
kebijakan adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Anderson
15
Carl I Friedrick Riant Nugroho,2004:4 mendefinisikannya sebagai: Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, di mana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan
mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau
sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.
14
Said Zainal Abidin.2004.Kebijakan Publik. Jakarta : Penerbit Pancur Siwah. Hal 21
15
Irfan M. Islamy.1997.Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta : Bumi Aksara. Hal 4
Universitas Sumatera Utara
potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada rangka mencapai tujuan tertentu.
16
Menurut Samodra Wibawa, dalam upaya meraih tujuannya, kebijakan menghendaki adanya pengerahan sumberdaya. Untuk itu sebagai prasyarat
bagi berlangsungnya pengerahan ini, kebijakan juga mengatur perilaku para actor. Hal ini yang terakhir sering memaksa pemerintah untuk mengubah tata
nilai para individu atau actor kebijakan melalui berbagai macam cara. Dengan demikian kebijakan yang dibuat oleh pemerintah selalu menyentuh ketiga
aspek ini. Kebijakan yang mengatur perilaku masyarakat popular disebut regulasi. Misalnya perundang-undangan tentang pendidikan, perkawinan serta
lalu lintas. Sementara kebijakan yang mengatur pengerahan sumber daya disebut kebijakan alokatif, misalnya perundang-undangan tentang anggaran,
perpajakan dan persusahaan Negara. Guna menjalankan kebijakan regulatif, pemerintah hanya mengerahkan pegawai negeri dan mesin birokrasi, untuk
menekan kelompok sasaran. Sedangkan kebijakan alokatif pemerintah memang sengaja mengerahkan masyarakat guna mencapai tujuan kebijakan.
17
Korten Tangkilisan 2003:7 mengatakan bahwa suatu kebijakan berhasil ditentukan oleh hubungan dari tiga aspek yaitu : jenis kebijakan,
penerima kebijakan dan organisasi pelaksana kebijakan. Organisasi pelaksana kebijakan harus mampu merumuskan apa yang menjadi ekspresi kebutuhan
calon penerima kebijakan atau kelompok sasaran dalam sebuah kebijakan. Ini dimaksudkan agar penerima kebijakan memerlukan persyaratan teknis yang
16
Riant Nugroho. 2004. Kebijakan Publik : Formulasi, Implementasi, Dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. h. 4
17
Samodra Wibawa, dkk. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. h.3
Universitas Sumatera Utara
harus dipenuhi oleh organisasi pelaksana. Setiap jenis kebijakan memerlukan persyaratan teknis yang berbeda sesuai dengan sifat kebijakan. Oleh karena
itu organisasi pelaksana harus memiliki kompetensi supaya dapat dapat berhasil. Selanjutnya outcome dari suatu kebijakan harus sesuai sengan
kebutuhan masyarakat penerima kebijakan atau target group supaya kebijakan tersebut terasa manfaatnya. Apabila outcome kebijakan tidak seperti yang
dikehendaki masyarakat penerima kebijakan maka terjadi pemborosan biaya kebijakan.
18
1.5.1.2. Bentuk dan tahapan kebijakan publik