78
Tabel 24. Aspek-Aspek Indikator Pelaksanaan Prosedur Penggunaan Alat Praktikum IPA Responden Guru
No Item
Pernyataan Persentase
Kategori
21 Guru IPA memperkenalkan dan menjelaskan
cara penggunaan peralatan praktikum 90,2
Sangat Efektif
22 Siswa
mengambil dan
mengembalikan peralatan IPA sesuai prosedur
84,4
Efektif
23 Siswa membersihkan dan membereskan
peralatan setelah selesai praktikum 74,6
Efektif
24 Siswa memiliki modul praktikum
75,0
Efektif
25 Siswa menggunakan alat praktikum sesuai
dengan prosedur 85,3
Efektif
Rerata 81,9
Efektif
Berdasarkan tabel 23 dan 24 aspek pelaksanaan prosedur penggunaan alat praktikum IPA dapat diketahui perolehan skor total perhitungan responden siswa
sejumlah 302 orang yaitu 74,1 masuk dalam kategori efektif. Tingkat efektivitas paling rendah responden siswa pada pernyataan “siswa memiliki modul praktikum
IPA ” dengan persentase sebesar 65,0. Selanjutnya perolehan skor total
perhitungan responden guru sejumlah 92 orang yaitu 81,9 masuk dalam kategori efektif. Tingkat efektivitas paling rendah responden guru pada pernyataan “siswa
membersihkan dan membereskan peralatan praktikum ” dengan persentase 74,6.
Perhitungan persentase data siswa dan guru diakumulasikan kemudian dibagi dua, sehingga diperoleh hasil 78,0 berada dalam kategori efektif. Untuk melihat
capaian persentase per item indikator pada tiap-tiap sekolah terdapat pada bagian lampiran.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan laboratorium IPA di SMA Negeri se-Kabupaten Sleman. Efektivitas pemanfaatan
79
laboratorium IPA ini ditinjau dari efektivitas pemanfaatan fungsi laboratorium IPA dan efektivitas pemanfaatan alat di laboratorium IPA. Pembahasan hasil
penelitian terkait efektivitas pemanfaatan fungsi laboratorium IPA dan efektivitas pemanfaatan alat laboratorium IPA di SMA Negeri se-Kabupaten Sleman
dipaparkan sebagai berikut.
1. Efektivitas Pemanfaatan Fungsi Laboratorium IPA di SMA Negeri se-
Kabupaten Sleman
Dalam penelitian ini, efektivitas pemanfaatan fungsi laboratorium IPA merupakan penilaian sejauh mana fungsi dari laboratorium IPA di SMA Negeri
se-Kabupaten Sleman dimanfaatkan. Hasil penelitian efektivitas pemanfaatan fungsi laboratorium IPA di SMA Negeri se-Kabupaten Sleman diperoleh hasil
persentase 80,3. Hal ini dapat diartikan bahwa fungsi dari laboratorium IPA di SMA Negeri se-Kabupaten Sleman telah dimanfaatkan secara efektif.
Efektivitas pemanfaatan fungsi laboratorium IPA terdiri dari tiga indikator yaitu memperkuat pemahaman siswa, menumbuhkan sikap ilmiah siswa, dan
melatih keterampilan siswa. Untuk memperjelas distribusi indikator efektivitas pemanfaatan fungsi laboratorium IPA di SMA Negeri se-Kabupaten Sleman,
disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 25. Distribusi Indikator Efektivitas Pemanfaatan Fungsi Laboratorium IPA
di SMA Negeri Sekabupaten Sleman No
Indikator Persentase
Kategori 1
Memperkuat pemahaman siswa 82,9
Efektif 2
Menumbuhkan sikap ilmiah siswa 76,1
Efektif 3
Melatih keterampilan siswa 84,0
Efektif Rerata Persentase
80,3 Efektif
80
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh indikator efektivitas pemanfaatan fungsi laboratorium IPA berada pada kategori efektif. Hal
ini menandakan bahwa peran laboratorium IPA dalam memperkuat pemahaman siswa, menumbuhkan sikap ilmiah, dan melatih keterampilan siswa sudah
efektif.Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola laboratorium IPA, melalui kegiatan praktikum di laboratorium IPA menjadikan siswa lebih memahami
materi yang diajarkan, tumbuhnya sikap ilmiah, dan dapat melatih keterampilan siswa dalam kegiatan praktikum. Masing-masing indikator efektivitas
pemanfaatan fungsi laboratorium IPA di SMA Negeri Sekabupaten Sleman akan dibahas sebagai berikut.
a. Memperkuat Pemahaman Siswa
Indikator yang pertama dari efektivitas pemanfaatan fungsi laboratorium IPA yaitu siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam melalui
pengaplikasikan materi teori IPA kimia, fisika, dan biologi ke dalam praktikum. Laboratorium IPA dapat dikatakan bermanfaat secara efektif apabila peran
laboratorium IPA dapat memperkuat pemahaman siswa melalui aplikasi teori ke dalam praktikum. Jika fungsi laboratorium IPA tidak dapat memberikan
pemahaman yang lebih dalam kepada siswa terkait metode pembelajaran secara praktikum berarti fungsi laboratorium IPA tersebut belum efektif, karena tujuan
dari pemanfaatan laboratorium IPA belum tercapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator memperkuat pemahaman siswa melalui aplikasi teori ke dalam
praktikum di SMA Negeri se-Kabupaten Sleman diperoleh persentase sebesar 82,9 yang menunjukkan bahwa fungsi laboratorium sebagai sarana memperkuat
81
pemahaman siswa melalui aplikasi teori ke dalam praktikum IPA di seluruh SMA di kabupaten Sleman sudah tergolong efektif. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
Richard 2013:116 bahwa laboratorium IPA harus berfungsi dalam memperkuat pemahaman tentang konsep IPA, baik bagi siswa peserta penelitian di
laboratorium IPA ataupun bagi guru IPA. Berdasarkan tabel 9 indikator terendah terdapat pada indikator praktikum
IPA dilaksanakan pada setiap materi dari responden siswa dengan persentase 61,4 dan pelaksanaan praktikum sesuai dengan RPP dari responden guru dengan
persentase 87,7. Hal ini menunjukkan bahwa tidak seluruh kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus serta RPP dipraktikumkan di laboratorium IPA,
hanya materi-materi yang dirasa penting, mudah dilakukan praktikum, dan tidak memakan waktu lama. Jika seluruh kompetensi dasar dilakukan praktikum, maka
waktu satu semester tidak cukup. Tidak seluruh SMA Negeri di Kabupaten Sleman memiliki laboran. Sekolah yang telah memiliki laboran, persiapan alat dan
bahan untuk kegiatan praktikum dilakukan oleh laboran atas perintah guru. Sedangkan sekolah yang belum memiliki laboran, guru IPA sendiri yang
melakukan persiapan alat maupun bahan untuk praktikum, terkadang guru IPA juga meminta bantuan kepada staf TU Tata Usaha. Walaupun tidak seluruh
materi dilakukan praktikum, ketercapaian indikator memperkuat pemahaman siswa pada seluruh SMA Negeri se-Kabupaten Sleman termasuk dalam kategori
efektif dengan capaian 82,9. Siswa mampu memahami materi-materi yang dipraktikumkan di laboratorium IPA.
82
Ada beberapa sekolah yang melaksanakan praktikum IPA ketika jam pelajaran yang bersangkutan berlangsung, namun ada pula sekolah yang memiliki
jadwal khusus pelaksanaan praktikum IPA yaitu di luar jam pelajaran. Sekolah yang memiliki kebijakan pelaksanaan praktikum di luar jam pelajaran yaitu SMA
N 1 Mlati, SMA N 2 Ngaglik dan SMA N 1 Depok. Perbedaan waktu pelaksanaan praktikum IPA tidak menjadi kendala dalam penerapan fungsi laboratorium IPA
sebagai sarana untuk memperkuat pemahaman siswa melalui aplikasi teori ke dalam praktikum di laboratorium IPA.
Dalam kegiatan praktikum, guru selalu menjelaskan tujuan dilaksanakan praktikum, memberikan arahan dalam melaksanakan praktikum, membagi
kelompok praktikum, dan mengajak siswa untuk diskusi terkait materi yang sedang dipraktikumkan. Siswa dapat memahami materi melalui aplikasi teori ke
dalam praktikum. Hal ini dapat diketahui dari hasil laporan praktikum yang dibuat oleh siswa dan juga hasil wawancara kepada siswa bahwa mereka menjadi lebih
paham materi yang disampaikan. Jika tidak dilakukan praktikum, siswa merasa kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru karena mata
pelajaran IPA meliputi kimia, fisika, dan biologi merupakan ilmu yang membutuhkan percobaan dan pembuktian. Selain itu, dengan adanya praktikum di
laboratorium dapat digunakan sebagai wadah memperbaiki pemahaman dan pendapat yang salah atau miskonsepsi tentang teori yang ada di dalam IPA.
Keseluruhan aspek tersebut sudah dijalankan dengan baik di setiap sekolah sehingga tercapailah kategori efektif untuk seluruh SMA Negeri di Kabupaten
Sleman.