PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA SMP NEGERI TAHUN 2010 DI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN.

(1)

i SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Arum Setyaningsih

NIM.06101241024

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

iii   

   

   


(4)

(5)

v

orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan. (Mario Teguh)

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi

ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan. (Thomas A. Edison).

Seorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap

kesempatan. (Mario Teguh).


(6)

vi  

 

Ku Persembahkan Untuk:

1.Bapak, Ibu dan adikku tercinta

2.Almamaterku


(7)

vii

NIM. 06101241024 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan laboratorium IPA

SMP N Tahun 2010 di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman, meliputi: (1) perencanaan laboratorium IPA; (2) pengaturan penggunaan laboratorium IPA;

(3) evaluasi dan pengawasan pengunaan laboratorium IPA.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah 3 orang kepala sekolah, 3 orang urusan sarana prasarana, 4 orang koordinator laboratorium IPA, 5 orang guru IPA, 2 orang laboran IPA, dan 6 orang peserta didik (untuk kepentingan triangulasi) SMP N di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data. Data dianalisis dengan menggunakan model dari Miles dan

Huberman dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perencanan laboratorium IPA mencakup pengadaan alat/bahan laboratorium IPA dilakukan oleh koordinator laboratorium IPA dan guru IPA melalui analisis kebutuhan berdasarkan skala prioritas disesuaikan dengan dana yang ada. Rencana penggunaan laboratorium IPA dalam pembelajaran IPA kurang terperinci sampai dengan jadwal harian, tetapi hanya ada jadwal bulanan. (2) Pengaturan penggunaan laboratorium IPA mencakup: (a) tata tertib penggunaan laboratorium IPA, (b) persiapan alat/bahan IPA, (c) penyimpanan alat/bahan IPA, (d) pemeliharaan/perawatan laboratorium IPA dilakukan oleh koordinator laboratorium IPA, guru IPA, laboran dan kadang dibantu oleh peserta didik yang dituangkan secara tertulis dalam tata tertib penggunaan laboratorium. (3) Pengawasan yang dilaksanakan kepala sekolah masih terbatas untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di laboratorium, belum mengarah pada proses pengelolaan laboratorium IPA. Sedangkan untuk evaluasi pengelolaan laboratorium IPA yang dilakukan oleh koordinator laboratorium IPA hanya sebatas untuk mengevaluasi kelayakan alat dan ketersediaan bahan IPA yang hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pengadaan alat pada tahun berikutnya.


(8)

viii

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan tidak banyak halangan suatu apapun. Penyusunan skripsi ini dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan S1 program studi Manajemen Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sudiyono, M.Si. selaku Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ibu M.D. Niron, M.Pd. dan Ibu Lia Yuliana M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan bijaksana dalam memberikan bimbingan, petunjuk serta pengarahan sejak awal sampai dengan selesainya penyusunan skripsi ini. 4. Bapak kepala sekolah SMP Negeri 1 Mlati yang telah memberikan ijin

penelitian.

5. Bapak, Ibu guru, karyawan dan siswa SMP Negeri 1 Mlati yang telah bersedia membantu dan memberikan informasi selama pelaksanaan penelitian. 6. Ibu kepala sekolah SMP Negeri 2 Mlati yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Bapak, Ibu guru, karyawan dan siswa SMP Negeri 2 Mlati yang telah

bersedia membantu dan memberikan informasi selama pelaksanaan penelitian. 8. Ibu kepala sekolah SMP Negeri 3 Mlati yang telah memberikan ijin penelitian. 9. Bapak, Ibu guru, karyawan dan siswa SMP Negeri 3 Mlati yang telah

bersedia membantu dan memberikan informasi selama pelaksanaan penelitian. 10.Seluruh dosen Administrasi Pendidikan yang telah memberikan informasi


(9)

(10)

x

HALAMAN PERNYATAAN………... iii

HALAMAN PENGESAHAN……… iv

MOTTO………. v

PERSEMBAHAN……….. vi

ABSTRAK………. vii

KATA PENGANTAR………... viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TABEL……….. xiii

DAFTAR GAMBAR………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xv

BAB I PENDAHULUAN………. A Latar Belakang Masalah……….... B Identifikasi Masalah……… C Batasan Masalah……… D Rumusan Masalah………. E Tujuan Penelitian………... F Manfaat Penelitian………. 1 1 6 6 6 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA………... A Manajemen dan Manajemen Pendidikan………... 1. Pengertian Manajemen/Pengelolaan………... 2. Fungsi-fungsi Manajemen……….... 3. Manajemen Pendidikan………... B Manajemen/Pengelolaan Sarana Pendidikan………. 1. Sarana Pendidikan………... 2. Jenis Sarana Pendidikan……… 3. Pengelolaan Sarana Pendidikan……… 4. Evaluasi Diri Sekolah (EDS)……… C Pengelolaan Laboratorium IPA………. 1. Laboratorium IPA………... a. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ……….... b. Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam……… c. Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran IPA………... d. Desain, Perlengkapan dan Tata ruang Laboratorium IPA……... 2. Pengelolaan Laboratorium IPA……….... a. Perencanaan Laboratorium IPA………... b. Pelaksanaan Laboratorium IPA………... c. Evaluasi dan Pengawasan Pengelolaan Laboratorium IPA……. D Penelitian yang Relevan……….... E Kerangka Berfikir……….. 9 9 9 9 12 14 14 15 17 24 29 29 29 30 31 32 41 41 43 52 55 57 F Pertanyaan Penelitian……… 59


(11)

xi

D Teknik Pengumpulan Data………

1. Wawancara………

2. Observasi………..

3. Dokumentasi……….

E Instrumen Penelitian……….. F Pengujian Keabsahan Data……… G Teknik Analisis Data……….

62 62 64 64 65 67 68 BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN KETERBATASAN

PENELITIAN……….

A Deskripsi Lokasi Penelitian………... 1. Keadaan SMP N di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman………...

a. SMP N 1 Mlati……….

b. SMP N 2 Mlati……….

c. SMP N 3 Mlati……….

2. Gambaran Umum, Persamaan dan Perbedaan Kondisi Laborato-rium IPA SMP N di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman……….. a. Kondisi Laboratorium IPA SMP N di Kecamatan Mlati

Kabupaten Sleman………... a. SMP N 1 Mlati………...

b. SMP N 2 Mlati………

c. SMP N 3 Mlati………

b. Persamaan Kondisi Laboratorium IPA pada SMP N di Keca-matan Mlati……….. c. Perbedaan Kondisi Laboratorium IPA pada SMP N di

Kecama-tan Mlati………...

B Penyajian Data………...

1. Perencanaan Laboratorium IPA………

a. SMP N 1 Mlati……….

1) Pengadaan alat/bahan……….. 2) Penggunaan Laboratorium IPA………...

b. SMP N 2 Mlati……….

1) Pengadaan alat/bahan……….. 2) Penggunaan Laboratorium IPA………...

c. SMP N 3 Mlati……….

1) Pengadaan alat/bahan……….. 2) Penggunaan Laboratorium IPA………... 2. Pengaturan Penggunaan Laboratorium IPA……….

a. SMP N 1 Mlati……….

1) Tata tertib Laboratorium IPA……….. 2) Persiapan alat/bahan……… 3) Penyimpanan alat/bahan………..

70 70 70 70 70 71 72 72 72 73 75 76 77 79 79 80 80 82 85 85 87 89 89 91 94 94 94 95 97


(12)

xii

4) Pemeliharaan/perawatan Laboratorium IPA………...

c. SMP N 3 Mlati……….

1) Tata tertib Laboratorium IPA……….. 2) Persiapan alat/bahan……… 3) Penyimpanan alat/bahan……….. 4) Pemeliharaan/perawatan Laboratorium IPA………... 3. Evaluasi dan Pengawasan Penggunaan Laboratorium IPA………..

a. SMP N 1 Mlati……….

b. SMP N 2 Mlati……….

c. SMP N 3 Mlati……….

C Pembahasan………... 1. Perencanaan Laboratorium IPA……… 2. Pengaturan Penggunaan Laboratorium IPA……….

a. Tata tertib Laboratorium IPA………... b. Persiapan alat/bahan………. c. Penyimpanan alat/bahan……….. d. Perawatan/pemeliharaan Laboratorium IPA……… 3. Evaluasi dan Pengawasan Penggunaan Laboratorium IPA……….. D Keterbatasan Penelitian………..

103 105 105 106 108 108 110 110 111 112 113 114 116 116 117 118 120 121 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...

A Kesimpulan………

B Saran………..

124 124 125

DAFTAR PUSTAKA………... 126


(13)

xiii

Tabel 3 Analisis Kebutuhan Luas Ruang Laboratorium IPA……….. 37

Tabel 4 Daftar Kebutuhan Perabot Laboratorium IPA ………... 41

Tabel 5 Rincian Subyek Penelitian……….. 62

Tabel 6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian………. 65

Tabel 7 Persamaan Kondisi Laboratorium IPA SMP N di Kecamatan Mlati……… 76

Tabel 8 Perbedaan Kondisi Laboratorium IPA SMP N di Kecamatan Mlati……….... 78


(14)

xiv

Gambar 3 Interaksi antar Tahapan Proses Analisis Data dalam Penelitian

Kualitatif……… 69

Gambar 4 Denah Ruangan Laboratorium IPA SMP N 1 Mlati………. 73 Gambar 5 Denah Ruangan Laboratorium Biologi SMP N 2 Mlati………… 74 Gambar 6 Denah Ruangan Laboratorium Fisika SMP N 2 Mlati………….. 75 Gambar 7 Denah Ruangan Laboratorium IPA SMP N 3 Mlati……… 76


(15)

xv

Lampiran 2 Pedoman Dokumentasi………... 132

Lampiran 3 Pedoman Pengamatan/Observasi………... 133

Lampiran 4 Transkrip Wawancara………. 134

Lampiran 5 Struktur Organisasi Laboratorium IPA……….. 157

Lampiran 6 Tata tertib Laboratorium IPA………. 160

Lampiran 7 Kondisi Sarana Laboratorium IPA……… 167

Lampiran 8 Jadwal Laboratorium IPA……….. 173

Lampiran 9 Foto Kondisi Laboratorium IPA………. 176

Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian……….... 179

Lampiran 11 Surat Keterangan……… 182


(16)

1  

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003). Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar jalur sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun sesudah Sekolah Dasar (SD) (Depdiknas, 2005: 2). Peningkatan mutu pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan salah satu hal yang menjadi fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Salah satu mata pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas VII sampai dengan kelas IX adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di mana bidang kajiannya, antara lain fisika, kimia, dan biologi (Slamet Prawirohartono, 2007: 5). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan dasar (basic science) yang banyak memberikan bekal kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, selain itu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) juga memegang peranan penting di dalam perkembangan teknologi. Tingkat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dicapai oleh suatu bangsa biasanya dipakai sebagai tolok ukur kemajuan bangsa itu. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific


(17)

   

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

Untuk pengembangan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA diperlukan adanya kegiatan eksperimen dan observasi atau praktikum. Kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan. Alasan pentingnya kegiatan praktikum IPA meliputi: (1) Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA, (2) Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen, (3) Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, (4) Praktikum menunjang materi pelajaran (Juhji. 2010. Pengertian dan Fungsi Laboratorium. Diakses pada tanggal 5 April 2010). Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran.

Menurut Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah sebuah SMP salah satu prasarana yang harus dimiliki yaitu: laboratorium IPA. Laboratorium merupakan salah satu fasilitas terpenting dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) melalui kegiatan praktikum. Laboratorium memiliki tugas yang sangat luas meliputi pelaksanaan kegiatan dalam cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan /atau kesenian tertentu. Selain itu, laboratorium memiliki peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi (IPATEK) pada umumnya.


(18)

   

Peran laboratorium antara lain: untuk mendukung pencapaian tujuan PBM di sekolah sehingga kualitas hasilnya semakin meningkat, memberi penguatan untuk pemahaman konsep-konsep keilmuan dalam rangka memperkaya dan memperdalam pemahaman siswa mengenai konsep dasar pengetahuan.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika banyak penemuan-penemuan dalam berbagai disiplin ilmu yang tidak terlepas dari pemanfaatan laboratorium secara optimal. Supaya dalam pemakaian laboratorium IPA tersebut dapat optimal maka terdapat dua prinsip yang harus diperhatikan, yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektivitas berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan, prinsip efisiensi berarti, pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang. Oleh karena iu, kepala sekolah, pengelola, guru IPA, dan unsur-unsur terkait lainnya harus mampu mengelola dan memanfaatkan laboratorium IPA secara efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPA bagi peserta didik. Apalagi dengan semakin berkembangnya dukungan teknologi laboratorium dan penguasaanya, maka pada masa yang akan datang sangat memungkinkan membuat karya-karya yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan hidup umat manusia. Dengan demikian, laboratorium menjadi kebutuhan pokok untuk menunjang penelitian-penelitian di bidang ilmu-ilmu dasar.


(19)

   

Peningkatan kualitas pembelajaran IPA sulit tercapai jika laboratorium tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan laboratorium merupakan usaha untuk mengelola laboratorium berdasar konsep manajemen baku. Berbagai peralatan yang canggih disertai dengan keberadaan staf yang terampil, belum tentu dapat mengoperasikan laboratorium dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen (pengelolaan) laboratorium dengan baik. Oleh karena itu manajemen (pengelolaan) laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium sehari-hari (Suhandoyo, 2009: 1).

Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Fungsi-fungsi dalam manajemen/pengelolaan meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, komunikasi, pengarahan, pelaksanaan, dan pengawasan. Sedangkan Ngalim Purwanto (2009: 14) menambahkan fungsi manajemen/pengelolaan dengan kegiatan evaluasi. Dalam pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) evaluasi. Selain itu pengelolaan laboratorium berkaitan dengan para pengelola dan fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, eksperimen biologi, bahan kimia).

Pengelola laboratorium di sekolah pada tingkat SMP umumnya sebagai berikut: (1) Kepala Sekolah; (2) Penanggung jawab Teknis laboratorium IPA; (3) Penanggung jawab laboratorium Bidang Studi; (4) Laboran (Depdikbud, 1997-1998: 11). Para pengelola tersebut mempunyai tugas dan kewenangan yang


(20)

   

berbeda namun tetap sinergi dalam pencapaian tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Hasil observasi peneliti pada SMP N di Kecamatan Mlati (Arum, 15 Maret 2010) melalui wawancara dengan salah satu guru IPA mengungkapkan bahwa keberadaan laboratorium IPA berfungsi sebagai pendukung proses pembelajaran IPA di sekolah sehingga kualitas hasilnya semakin meningkat. Idealnya supaya laboratorium dapat di manfaatkan dengan baik maka perlu dilakukan pengembangan laboratorium IPA. Dalam pengembangan laboratorium IPA yang ada pada SMP N di Kecamatan Mlati mengalami kendala antara lain: (1) rendahnya pengelolaan laboratorium; (2) Keterbatasan dana untuk mengadakan peralatan yang baru, memperbaiki peralatan yang rusak, atau mengadakan spare parts; (3) Peralatan laboratorium tidak tersedia dalam jumlah dan kualitas yang memadai sehingga setiap siswa tidak dapat melaksanakan praktikum dengan 1 peralatan; (4) masih adanya sekolah yang menjadikan laboratorium sebagai multi fungsi, selain sebagai tempat praktik atau pembelajaran, contohnya laboratorium IPA digunakan sebagai ruang rapat dan ujian.

Melihat keadaan yang terjadi menyangkut pengelolaan laboratorium IPA maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengelolaan laboratorium IPA SMP N di Kecamatan Mlati. Mengingat pentingnya pengelolaan laboratorium disekolah khususnya SMP, maka menjadi sesuatu yang baik jika sekolah dalam mengelola laboratorium IPA yang merupakan sarana pendidikan dikelola dengan optimal. Peneliti mengambil lokasi penelitian pada SMP N di Kecamatan Mlati


(21)

   

karena dinilai SMP N di Kecamatan Mlati letaknya strategis dan berada di perbatasan antara desa dan kota, di tepi jalan yang menghubungkan kota

dan desa. Selain itu antusias masyarakat untuk bersekolah pada SMP N di Kecamatan Mlati sangat tinggi.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya pengelolaan laboratorium.

2. Minimnya sarana laboratorium IPA yang dibutuhkan dalam praktikum. 3. Keterbatasan dana untuk mengadakan peralatan yang baru, memperbaiki

peralatan yang rusak, atau mengadakan spare parts.

4. Sebagian laboratorium IPA tidak digunakan, bahkan ada yang beralih fungsi.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi penelitian pada Pengelolaan Laboratorium IPA SMP N Tahun 2010 di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah Bagaimana Pengelolaan Laboratorium IPA SMP N Tahun 2010 di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman, meliputi:


(22)

   

1. Bagaimana perencanaan laboratorium IPA SMP N di Kecamatan Mlati? 2. Bagaimana pengaturan penggunaan laboratorium IPA SMP N di Kecamatan

Mlati?

3. Bagaimana evaluasi dan pengawasan penggunaan laboratorium IPA SMP N di Kecamatan Mlati?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan laboratorium IPA SMP N Tahun 2010 di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman, meliputi:

1. Perencanaan laboratorium IPA SMP N di Kecamatan Mlati.

2. Pengaturan penggunaan laboratorium IPA SMP N di Kecamatan Mlati. 3. Evaluasi dan pengawasan penggunaan laboratorium IPA SMP N di

Kecamatan Mlati.

F.Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a) Manfaat Teoritis:

Dapat memberikan gambaran secara ilmiah mengenai pengelolaan laboratorium IPA SMP N di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.


(23)

   

b) Manfaat Praktis:

1. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan mengenai pengelolaan sarana khususnya laboratorium IPA.

2. Bagi sekolah atau lembaga dapat mengetahui gambaran tentang pengelolaan sarana khususnya laboratorium IPA.

3. Bagi jurusan Administrasi Pendidikan dapat memperluas wawasan dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan teori-teori pengelolaan sarana pendidikan khususnya laboratorium IPA. 


(24)

9   

1. Pengertian Manajemen/pengelolaan

Pengelolaan sama dengan manajemen. Menurut Hasibuan (2004: 2) pengelolaan atau manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Sergiovanni (Ibrahim Bafadal, 2003: 1) manajemen merupakan proses pendayagunaan semua sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap proses meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

Jadi pengelolaan menurut para ahli manajemen tersebut diatas adalah merupakan suatu kegiatan pengaturan agar seluruh potensi berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan. Secara sederhana pengelolaan mencakup empat kegiatan yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerak-kan, dan pengawasan.

2. Fungsi-fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi dalam manajemen meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, komunikasi, pengarahan, pelaksanaan, dan pengawasan. Sedangkan Ngalim Purwanto (2009: 14) menambahkan fungsi manajemen dengan kegiatan evaluasi. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitiannya adalah fungsi-fungsi manajemen dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Untuk lebih jelas mengenai


(25)

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen tersebut akan dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan manajemen. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan pada permulaan dan selama kegiatan manajemen itu berlangsung (Ngalim Purwanto, 2009: 15).

“Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebijakan, taktik, dan program. Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah” (Nanang Fattah, 2004: 2).

Menurut Ngalim Purwanto (2009: 15) bahwa dalam menyusun sebuah perencanaan ada beberapa syarat-syarat yang harus diperhatikan, agar perencanaan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan, syarat-syarat itu antara lain:

1) Perencanaan harus didasarkan atas tujuan yang jelas. 2) Bersifat sederhana, realistis, dan praktis.

3) Terinci, memuat segala uraian serta klasifikasi kegiatan dan rangkaian tindakan sehingga mudah dipedomani dan dijalankan. 4) Memiliki fleksibilitas sehingga mudah disesuaikan dengan

kebutuhan serta kondisi dan situasi sewaktu-waktu.

5) Terdapat perimbangan antara bermacam-macam bidang yang akan digarap dalam perencanaan itu, menurut urgensinya masing-masing.

6) Diusahakan adanya penghematan tenaga, biaya, dan waktu serta kemungkinan penggunaan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia dengan sebaik-baiknya.

7) Diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi pelaksanaan.


(26)

Perencanaan dibuat agar dapat dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan, dalam perencanaan harus memikirkan juga tentang tenaga, biaya, dan waktu agar dalam pelaksanaanya nanti kesalahan yang mungkin terjadi dapat dikurangi sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

b. Pelaksanaan

Shrode dan Voich (Hartati Sukirman, 1998: 7) menyebutkan fungsi pelaksanaan merupakan “achievement of objectives and plans, and the operation of the work and organizational systems through the human

resource”, yang berarti bahwa prestasi merupakan sasaran hasil dan rencana,

yang dikerjakan secara kerjasama dan sistem organisasi melalui sumber daya manusia. Pelaksanaan merupakan kegiatan merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Fungsi pelaksanaan disebut efektif jika dipersiapkan dan dikerjakan dengan baik serta benar oleh personil yang ditugasi untuk melaksankan fungsi ini, serta adanya kerjasama yang baik dalam proses pelaksanaaan suatu program kegiatan. Dengan pedoman perencanaan yang telah disusun dalam kegiatan pelaksanaan diharapkan tidak ditemui banyak hambatan atau masalah. Adanya realisasi kegiatan yang baik maka dapat dilihat keberhasilan suatu program tersebut berjalan, apabila pelaksanaannya mengalami berbagai hambatan maka proses pelaksanaan tersebut dapat dikatakan kurang berjalan dengan baik.


(27)

c. Evaluasi

Kegiatan evaluasi sebagai fungsi manajemen yang berarti aktivitas untuk meneliti dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan dilakukan didalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Setiap kegiatan, baik yang dilakukan oleh unsur pimpinan maupun bawahan, memerlukan adanya evaluasi (Ngalim Purwanto, 2009: 22).

Menurut Nanang Fattah (2004: 108) ada beberapa fungsi dari diadakannya kegiatan evaluasi pada setiap kegiatan, yaitu:

1) Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

2) Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa organisasi kepada penggunaan sumber daya (manusia/tenaga, sarana/prasarana, dan biaya) secara efisiensi ekonomis.

3) Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, dan penyimpangan dilihat dari aspek tertentu misalnya program tahunan, kemajuan belajar.

Kegiatan evaluasi tidak hanya merupakan kegiatan menilai saja akan tetapi dengan adanya evaluasi dapat diketahui suatu kegiatan itu berjalan baik atau tidak, banyak terjadi kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaannya atau tidak.

3. Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan adalah upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi unsur-unsur pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan (Ary Gunawan, 1996: 1). Begitu juga pendapat Syaiful Sagala (2000: 39) manajemen pendidikan adalah segenap proses pengerahan dan


(28)

pengintegrasian segala sesuatu atau potensi dalam suatu aktivitas kelembagaan, baik personal, spiritual, dan material, yang bersangkutan dengan pencapaian tujuan pendidikan. Akan tetapi pengertian manajemen pendidikan yang lain menambahkan adanya fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan di sekolah, manajemen pendidikan adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan, dan pembiayaan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personil, material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien (Ngalim Purwanto, 2009: 8).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan adalah serangkaian keseluruhan kegiatan atau aktifitas pengerahan dan pengintegrasian yang dilakukan oleh sejumlah kelompok atau beberapa orang dan unsur-unsur yang berada serta terkait didalamnya baik personal, spiritual, dan material untuk mengatur sebuah lembaga pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Dari definisi manajemen pendidikan yang telah disebutkan, menurut Ary Gunawan (1996: 3) ada tiga fungsi manajemen pendidikan, yaitu :

a. Merencanakan kegiatan-kegiatan yang strategis.

b. Mengusahakan untuk pelaksanaanya secara sungguh-sungguh dengan cara-cara yang terarah demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, disertai pembinaan demi peningkatan pendidikan. c. Memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia secara efektif dan

efisien dalam kegiatan belajar mengajar.

Manajemen pendidikan dibagi menjadi delapan bidang garapan manajemen pendidikan. Bidang garapan manajemen pendidikan adalah


(29)

semua jenis kegiatan manajemen yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan pendidikan (Ary Gunawan, 1996: 8), delapan bidang garapan manajemen pendidikan tersebut adalah:

a. Manajemen peserta didik.

b. Manajemen personil (guru dan TU). c. Manajemen kurikulum.

d. Manajemen sarana dan prasarana. e. Manajemen anggaran/biaya. f. Manajemen tatalaksana/tatausaha. g. Manajemen organisasi pendidikan.

h. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat.

Dalam proses pendidikan agar segala sesuatunya dapat berjalan dengan efektif dan efisien diperlukan manajemen pendidikan yang tepat, dan adanya kerjasama antara semua pihak yang terkait dengan kegiatan manajemen pendidikan, sehingga dalam setiap jenjang pendidikan manajemennya harus disesuaikan dengan jenjang pendidikannya agar dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang ada yang ditetapkan oleh pusat.

B. Manajemen/Pengelolaan Sarana Pendidikan

1. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan penunjang bagi proses pembelajaran. Menurut B. Suryosubroto (2004: 114) sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien.

Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. (Ibrahim Bafadal, 2003: 2)


(30)

Menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2008: 274), maka yang dimaksud dengan:

“Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien”

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan yang dimaksud sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan secara langsung dalam proses pendidikan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar tujuan pendidikan dapat berjalan lancar.

2. Jenis Sarana Pendidikan

Menurut Nawawi (Ibrahim Bafadal, 2003: 2-3) mengklasifikasikan sarana pendidikan, yaitu ditinjau dari sudut : (1) habis tidaknya dipakai; (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; dan (3) hubungan dengan proses mengajar.

a. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai

Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama.

1) Sarana pendidikan yang habis pakai

Sarana pendidikan yang habis pakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat, contohnya kapur tulis, bahan kimia yang digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

2) Sarana pedidikan yang tahan lama

Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang digunakan secara terus menerus dalam waktu yang


(31)

relatif lama, contohnya bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa peralatan olahraga.

b. Ditinjau dari pendidikan bergerak tidaknya: 1) Sarana pendidikan yang bergerak.

Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang biasa digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya, contoh: Lemari arsip.

2) Sarana pendidikan yang tidak bergerak.

Sarana pendidikan yang tidak bergerak adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan, misalnya pipa minum (PDAM).

c. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar

Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, contohnya: kapur tulis, atlas, dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang tidak secara langsung digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik ketrampilan, dan ruang laboratorium. Kedua, prasarana sekolah yang keberadaanya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, contohnya ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju


(32)

sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008: 274) Fasilitas atau sarana dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

1) Fasilitas Fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau fisik yang dapat dibedakan: yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut fasilitas materiil.

2) Fasilitas Uang, yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang. (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2008: 274).

3. Pengelolaan Sarana Pendidikan

Pengertian pengelolaan sama dengan manajemen. Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008: 273) mendefinisikan manajemen sarana yaitu segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang efektif dan efisien.

Selanjutnya menurut wahyuningrum (2000: 3) manajemen fasilitas adalah suatu proses kegiatan yang direncanakan, diorganisasikan, diarahkan, dan dikendalikan terhadap benda-benda pendidikan secara tepat guna dan berdaya guna sehingga selalu siap pakai dalam proses pembelajaran. Secara kronologis maka kegiatan dalam manajemen fasilitas meliputi kegiatan-kegiatan: pengadaan, penyimpanan, penggunaan, pengaturan, penyaluran, inventarisasi, pemeliharaan, rehabilitasi dan penghapusan.


(33)

Menurut Ibrahim Bafadal (2003: 2) manajemen perlengkapan sekolah dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen/pengelolaan sarana pendidikan adalah proses pengelolaan segala fasilitas pendidikan secara tepat sehingga dapat mencapai tujuan efektif dan efisien. Kegiatan pengelolaan sarana pendidikan mencakup: perencanaan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan.

a. Perencanaan

Dalam kegiatan pengelolaan yang baik tentu diawali dengan suatu perencanaan yang matang dan baik demi menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan. Perencanaan berfungsi untuk menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Ibrahim Bafadal (2003: 26) menjelaskan perencanaan perlengkapan pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemikiran dan penetapan program pengadaan fasilitas sekolah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses perencanaan pengadaan perlengkapan di sekolah tidak mudah, karena harus dilakukan secara sistematis, rinci dan teliti berdasarkan informasi yang realistis tentang kondisi sekolah tersebut. Perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkan analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas bagi kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan urutan pertama, kedua,


(34)

ketiga dan seterusnnya untuk dilaksanakan yang disesuaikan dengan tersedianya dana dan tingkat kepentingannya. Hendaknya perencanaan disesuaikan dengan analisis kebutuhan. Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana ( 2008: 275-276) untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran dilalui melalui tahap-tahap antara lain: (1) mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau media dalam penyampaiannya, (2) mengadakan seleksi skala prioritas terhadap alat-alat yang mendesak pengadaanya apabila pengadaan kebutuhan melampaui kemampuan daya beli atau daya pembuatan, (3) mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada, (4) mengadakan seleksi terhadap alat/media yang masih dapat dimanfaatkan, baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak, (5) mencari dana (bila belum ada), (6) menunjuk seseorang (bagian pembekalan) untuk melaksanakan pengadaan alat.

Untuk itu sebelum mengadakan sarana pendidikan lebih dahulu harus melalui prosedur penelitian yaitu melihat kembali kekayaan yang telah ada. Dengan demikian baru bisa menentukan sarana apa yang diperlukan berdasarkan kepentingan pendidikan di sekolah itu.

b. Pengadaan

Pengadaan adalah menghadirkan sarana pendidikan dalam menunjang pelaksanaan proses pembelajaran. Pengadaan sarana pendidikan seyogyanya sesuai kiteria pemilihan. Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008: 276) memberikan empat kriteria dalam pemilihan sarana, yaitu: (1) alat itu harus berguna atau akan digunakan dalam waktu dekat (mendesak), (2) mudah


(35)

digunakan, (3) bentuknya bagus dan menarik, dan (4) aman dan tidak menimbulkan bahaya jika digunakan.

Menurut B. Suryosubroto (2004: 116) pengadaan sarana pendidikan ada beberapa kemungkinan yang bisa ditempuh:

a) Pembelian dengan biaya pemerintah. b) Pembelian dengan biaya SPP. c) Bantuan dari BP3.

d) Bantuan dari masyarakat lainnya.

Sarana pendidikan dapat diadakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu untuk jumlah besar tertentu melalui lelang/tender dengan rekanan.

c. Inventarisasi

Inventarisasi berasal dari kata inventaris yang berarti daftar barang-barang, bahan, dan sebagainya. Jadi inventarisasi merupakan kegiatan untuk mencatat dan menyusun daftar barang-barang/bahan secara teratur menurut ketentuan yang berlaku (Ari H Gunawan, 1996: 141). Penginventarisasian perlengkapan pendidikan berfungsi untuk menciptakan tertib administrasi barang, penghematan keuangan dan mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan barang. Lebih lanjut inventarisasi mampu menjadikan data dan informasi untuk perencanaan.

Inventarisasi ini dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan dan pengawasan yang efektif terhadap barang-barang milik Negara (atau swasta). Inventarisasi juga memberikan masukan yang sangat berguna bagi efektivitas pengelolaan sarana. Menurut Ari H Gunawan kegiatan dalam inventarisasi antara lain: (1) klasifikasi dan kode barang inventaris, kegiatan ini dilakukan


(36)

untuk kelancaran tugas agar terdapat cara yang cukup mudah dan efisien untuk mencatat dan sekaligus untuk mencari atau menemukan kembali barang tertentu, baik secara fisik maupun melalui daftar catatan atau ingatan orang. Untuk keperluan tersebut maka dibuatlah lambang/sandi/kode sebagai pengganti nama untuk setiap golongan/kelompok/ jenis barang. Sandi atau kode barang menggunakan bentuk angka bilangan (numerik) yang pada umumnya terdiri dari tujuh angka yang tersusun menjadi dua kelompok bilangan, yaitu tiga angka di depan dan empat angka di belakang. Kedua kelompok tersebut dipisahkan dengan sebuah tanda titik. Angka pertama dari susunan tiga angka di depan, menyatakan jenis formulir atau kode golongan barang.

Dua angka berikutnya menunjukan sandi/kode pokok untuk kelompok barang. Empat angka belakang titik menunjukan kelompok barang serta nomor urut barang. (2) pelaksanaan inventarisasi, kegiatan wajib yang dilakukan dalam pelaksanaan inventarisasi adalah: a) mencatat semua barang inventaris di dalam “buku induk inventaris” dan buku pembantu “buku golongan inventaris”, b) memberikan koding pada barang-barang yang diinventarisasikan, c) membuat laporan triwulan tentang mutasi barang, d) membuat daftar isian/format inventaris, dan e) membuat daftar rekapitulasi tahunan.

d. Penyimpanan

Setelah pengadaan barang terealisasikan, maka kegiatan selanjutnya adalah menampung hasil pengadaan barang tersebut demi keamanannya, baik


(37)

yang belum maupun yang akan didistribusikan, disebut penyimpanan (Ari H. Gunawan, 1996: 139).

Menyimpan adalah meletakkan atau menaruh di tempat yang aman (Wahyuningrum, 2000: 12). Dalam penyimpanan sarana dapat ditempatkan pada ruang khusus atau gudang dapat pula hanya disimpan dalam almari. Untuk sekolah yang besar dan memiliki banyak alat, pemisahan alat didasarkan atas penempatan dalam almari. Tetapi jika alat-alatnya hanya sedikit, pemisahan dilakukan atas rak-rak saja.

Sedangkan untuk penyimpanan barang dalam gudang, perlu diperhatikan beberapa faktor pendukungnya seperti lokasi, konstruksi, macam/bentuk/sifat dan ketentuan tata letak batang di dalamnya sesuai jenis dan sifat barangnya.

e. Pemeliharaan

Idealnya semua sarana pendidikan di sekolah selalu dalam kondisi siap pakai jika setiap saat akan digunakan. Pemeliharaan sarana pendidikan adalah kegiatan untuk melakukan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana tersebut selalu dalam kondisi baik dan siap dipakai secara berdaya guna dan berhasil guna. Dengan pemeliharaan secara teratur, sarana pendidikan dapat digunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya secara optimal.

Menurut Ibrahim Bafadal (2003: 49) ada beberapa macam pemeliharaan perlengkapan di sekolah, ditinjau dari sifatnya dan waktu perbaikannya. Ditinjau dari sifatnya ada empat macam pemeliharaan


(38)

perlengkapan pendidikan, yaitu: (1) pengecekan yang bertujuan untuk mengetahui baik buruknya perlengkapan, (2) pencegahan yaitu agar selalu dalam kondisi/keadaan baik, (3) perbaikan ringan, dan (4) perbaikan berat. Ditinjau dari waktu perbaikannya ada dua macam pemeliharaan perlengkapan, yaitu: (1) pemeliharaan sehari-hari dan (2) pemeliharaan berkala.

Pemeliharaan atau perawatan sarana pendidikan perlu dilakukan oleh Kepala Sekolah atau pemakai sarana tersebut (Depdikbud, 1996: 12). Pemeliharaan atau perawatan sarana pendidikan meliputi dua macam hal yaitu: (1) pemeliharaan pencegahan dari gangguan segala sesuatu yang mengakibatkan kerusakan peralatan yang bersangkutan, dan (2) pemeliharaan ringan. Menurut jenisnya, pemeliharaan dapat dibedakan antara pemeliharaan terencana dan tidak terencana.

Pemeliharaan terencana adalah jenis pemeliharaan yang diprogramkan, diorganisir, dijadwal, dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan diadakan evaluasi dan monitoring. Pemeliharaan terencana dibedakan menjadi dua yaitu, pemeliharaan terencana yang bersifat pencegahan atau perawatan preventif dan pemeliharaan terencana yang bersifat korektif. Perawatan preventif merupakan perawatan yang bersifat pencegahan dari gangguan kemacetan atau kerusakan sarana pendidikan. Perawatan korektif merupakan perawatan yang bersifat pengembalian, yaitu mengembalikan peralatan dalam kondisi standar sehingga dapat berfungsi normal sebagimana mestinya. Adapun yang dimaksud dengan pemeliharaan


(39)

yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang belum diperkirakan sebelumnya, umumnya tingkat kerusakan yang terjadi pada tingkat kerusakan berat yang sering disebut dengan pemeliharaan atau perawatan darurat.

Dari berbagai pendapat tersebut, maka secara garis besar pemeliharaan sarana pendidikan perlu dilakukan dengan: (1) melakukan pencegahan kerusakan, (2) membersihkan sarana dari kotoran, (3) memeriksa atau mengecek kondisi sarana secara rutin, (4) mengganti sarana yang rusak dan (5) melakukan perbaikan jika ada yang rusak.

f. Penghapusan Barang

Apabila pemeliharaan barang dirasa sudah tidak efisien dan efektif lagi maka perlu pertimbangan barang-barang tersebut dihapus atau tidak digunakan lagi. Sebagai konsekuensi penghapusan barang tersebut, adalah dihapusnya pula daftar barang itu dari buku inventaris. Proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan atau menghilangkan barang-barang milik negara dari daftar inventaris negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, disebut penghapusan (Ari H Gunawan, 1996: 149).

4. Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

a. Pengertian Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

 Evaluasi diri sekolah adalah proses yang mengikutsertakan semua pemangku kepentingan untuk membantu sekolah dalam menilai mutu penyelenggaraan pendidikan berdasarkan indikator-indikator kunci yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) (Kemendiknas, 2010: 2).


(40)

Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di tiap sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan dilakukan oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, orangtua peserta didik, dan pengawas.

Proses EDS dapat mengikutsertakan tokoh masyarakat atau tokoh agama setempat. Instrumen EDS ini khusus dirancang untuk digunakan oleh TPS dalam melakukan penilaian kinerja sekolah terhadap Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang hasilnya menjadi masukan dan dasar penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dalam upaya peningkatan kinerja sekolah. EDS sebaiknya dilaksanakan setelah anggota TPS mendapat pelatihan. Proses evaluasi diri sekolah merupakan siklus, yang dimulai dengan pembentukan TPS, pelatihan penggunaan Instrumen, pelaksanaan EDS di sekolah dan penggunaan hasilnya sebagai dasar penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS.

b. Manfaat adanya Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

Adapun manfaat yang dapat diperoleh sekolah yang melakukan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah sebagai berikut:

1) Sekolah mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya sebagai dasar penyusunan rencana pengembangan lebih lanjut.


(41)

2) Sekolah mampu mengenal peluang untuk memperbaiki mutu pendidikan, menilai keberhasilan upaya peningkatan, dan melakukan penyesuaian program-program yang ada.

3) Sekolah mampu mengetahui tantangan yang dihadapi dan mendiagnosis jenis kebutuhan yang diperlukan untuk perbaikan.

4) Sekolah dapat mengetahui tingkat pencapaian kinerja berdasarkan SPM dan SNP.

5) Sekolah dapat menyediakan laporan resmi kepada para pemangku kepentingan tentang kemajuan dan hasil yang dicapai.

c. Instrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) Sarana dan Prasarana

Tabel 1. Instrumen EDS Sarana dan Prasarana

1. STANDAR SARANA DAN PRASARANA

1.1. Apakah sarana sekolah sudah memadai Spesifikasi

• Sekolah memenuhi standar terkait dengan ukuran ruangan, jumlah ruangan, dan persyaratan untuk sistem ventilasi, dan lainnya.

• Sekolah memenuhi standar terkait dengan jumlah peserta didik dalam rombongan belajar.

• Sekolah memenuhi standar terkait dengan penyediaan alat dan sumber belajar termasuk buku pelajaran.

Indikator Pencapaian

Tingkat ke-4 Tingkat ke-3 Tingkat ke-2 Tingkat ke-1 -Sekolah kami memiliki bangunan gedung yang ukuran, ventilasi dan kelengkapan lainnya melebihi ketentuan dalam standar Sarpras yang ditetapkan. -Jumlah peserta didik di dalam rombongan belajar

kami lebih kecil

-Sekolah kami memenuhi standar terkait dengan sarana, prasarana dan peralatan. -Sekolah kami memenuhi standar dalam hal jumlah peserta didik pada setiap rombongan belajar. - Sekolah kami

memiliki dan

- Sekolah kami memenuhi standar terkait dengan

sarana dan prasarana. - Beberapa kelas di

sekolah kami diisi peserta didik melebihi jumlah yang ditetapkan dalam standar. - Sekolah kami

menyediakan buku teks yang sudah -Bangunan sekolah kami tidak memenuhi standar dari segi ukuran atau jumlah ruangan. -Kebanyakan ruang kelas sekolah kami diisi terlalu banyak peserta didik


(42)

dari yang ditetapkan dalam standar agar dapat lebih meningkatkan proses pembelajaran. -Sekolah kami memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang melebihi dari ketetapan Standar Sarpras yang digunakan untuk lebih membantu proses pembelajaran. - Sekolah kami

memiliki bangunan gedung yang ukuran, ventilasi dan kelengkapan lainnya melebihi ketentuan dalam standar Sarpras yang ditetapkan. -Jumlah peserta

didik di dalam rombongan belajar kami lebih kecil dari yang ditetapkan dalam standar agar dapat lebih mening-katkan proses pembelajaran. - Sekolah kami

memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang melebihi dari ketetapan Standar Sarpras yang digunakan untuk lebih membantu proses pembelajaran. menggunakan sarpras sesuai standar yang ditetapkan. - Sekitar 95% calon

siswa di kecamatan mendapat akses belajar disekolah kami. disertifikasi

oleh Pemerintah, alat peraga dan judul buku

pengayaan sesuai Standar

Pelayanan Minimal (SPM).

- Sekolah kami belum memiliki semua sarana

dan alat-alat yang dibutuhkan untuk memenuhi ketetapan dalam standar. dan kami tidak mampu memenuhi standar. - Sarana dan

prasarana yang kami miliki amat terbatas dan sebagian besar sudah ketinggalan zaman dan dalam kondisi buruk.      


(43)

Bukti-bukti fisik sekolah (Mohon beri tanda centang pada jenis bukti berikut)

Ringkasan deskripsi sekolah menurut indikator dan berdasarkan bukti Tingkat yang dicapai

Catatan mengenai ukuran ruangan, jumlah dan sarana prasarana

Jumlah peserta didik per rombongan belajar

Catatan peralatan dan sumber belajar Catatan pengeluaran

Kondisi nyata lingkungan sekolah Bukti fisik lainnya (tuliskan)

1.2 Apakah sekolah dalam kondisi terpelihara dan baik? Spesifikasi

¾ Bagunan

Pemeliharaan bangunan dilaksanakan paling tidak setiap 5 tahun sekali Bangunan aman dan nyaman untuk semua peserta didik dan memberi kemudahan kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus

Indikator Pencapaian

Tingkat ke-4 Tingkat ke-3 Tingkat ke-2 Tingkat ke-1 - Sekolah kami

aman, sehat, nyaman, menyenangkan, menarik dan mendorong terciptanya suasana bekerja dan belajar bagi peserta didik dan warga sekolah lainnya. - Lahan, bangunan, dan prasarana termasuk toilet di sekolah kami, dalam keadaan bersih (sehat), dan dipelihara dengan baik secara berkala. - Sekolah kami

sudah memberikan layanan dan fasilitas -Perabot beserta alat-alat dan kelengkapan lainnya berada dalam kondisi yang baik dan terpelihara. -Sekolah kami memiliki kebijakan untuk membantu menyediakan kemudahan layanan bagi semua peserta didik termasuk yang berkebutuhan khusus. -Sekolah kami membutuhkan pemeliharaan, dan masih berusaha menyediakan lingkungan yang lebih menarik dan memberikan rangsangan kerja dan

belajar .

-Sekolah kami akan mempertimbangkan kemudahan pelayanan bagi peserta didik yang

berkebutuhan khusus.

-Sebagian prasarana sekolah kami di bawah standar, harus diperbaiki dan dibersihkan atau diganti. -Sekolah kami belum memper-timbangkan kemudahan pelayanan bagi peserta didik

yang

berkebutuhan khusus.


(44)

pembelajaran yang baik dan sama bagi semua peserta didik termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.

Bukti-bukti fisik sekolah (Mohon beri tanda centang pada jenis bukti berikut)

Ringkasan

deskripsi sekolah menurut indikator dan berdasarkan bukti

Tingkat yang dicapai

Catatan pengeluaran Hasil observasi

Catatan pendapat peserta didik Catatan tentang pendapat guru Daftar kehadiran peserta didik yang berkebutuhan khusus Bukti fisik lainnya (tuliskan)

C. Pengelolaan laboratorium IPA

1. Laboratorium IPA

a. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau disebut juga dengan sains merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam. Tujuan mata pelajaran IPA adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya sekaligus manusia bekerja. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja akan tetapi merupakan suatu proses penemuan (Sutrisno dan Dedi Supriadi, 2007: 1).


(45)

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP menurut Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman dalam Model KTSP SMP meliputi:

1) Melakukan pengamatan dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang diperoleh. 2) Memahami keanekaragaman hayati, klasifikasi keragamannya

berdasarkan ciri, cara-cara pelestarianya, serta saling ketergantungan antar makhluk hidup di dalam ekosistem.

3) Memahami sistem organ pada manusia dan kelangsungan makhluk hidup.

4) Memahami konsep partikel materi, berbagai bentuk, sifat dan wujud zat, perubahan, dan kegunaannya

5) Memahami konsep gaya, usaha, energi, getaran, gelombang, optik, listrik, magnet dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

6) Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya.

b. Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Laboratorium merupakan salah satu sarana untuk mempelajari dan mendalami sains, baik melalui pengamatan maupun dengan melakukan percobaan (Slamet Prawirohartono, 2007: 24). Sedangkan menurut Bapedalda (2007: 3) mendefinisikan laboratorium adalah tempat atau ruangan yang dilengkapi dengan peralatan dan berbagai bahan kimia yang berfungsi untuk melakukan eksperimen keilmuan, penelitian, pengujian ilmiah terhadap suatu benda.

Berdasarkan dari pengertian laboratorium di atas maka dapat disimpulkan bahwa laboratorium adalah tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.


(46)

Hal ini menunjukkan bahwa laboratorium tidak hanya berupa tempat dimana kegiatan dilakukan, tetapi juga personal dengan kualifikasi yang meliputi keahlian, ketrampilan serta wawasan yang luas untuk menjangkau hari depan.

Dalam kegiatan pembelajaran IPA di sekolah, laboratorium digunakan sebagai tempat untuk penelitian ilmiah, percobaan, demontrasi. Titik beratnya adalah membekali siswa dengan teori dan prinsip belajar IPA dengan disertai praktik dengan pengertian bahwa proses dan produknya sama pentingnya. Dalam proses belajar mengajar IPA, dimensi proses dan dimensi produk (bangunan ilmunya) tidak dapat dipisahkan dan diabaikan begitu saja. Proses pembelajaran IPA akan berjalan dengan baik apabila didukung kegiatan praktikum di laboratorium, walaupun tidak semua konsep dapat diajarkan melalui kegiatan praktikum di laboratorium.

c. Peranan Laboratorium dalam pembelajaran IPA

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA, fungsi laboratorium ini sangat penting artinya. Dengan melakukan percobaan di laboratorium diharapkan siswa memperoleh pengalaman secara langsung, sehingga baik ketrampilan psikomotorik maupun intelektual dapat berkembang. Hal ini berarti bahwa pembelajaran sains tidak dapat dipisahkan dengan kerja praktik, sehingga laboratorium merupakan sumber belajar yang efektif. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan fungsi sains, maka laboratorium perlu dikelola secara baik. Keberadaan laboratorium yang


(47)

dikelola dengan baik akan mendorong guru-guru sains untuk menggunakannya sebagai sarana dan sumber pembelajaran sains.

Selanjutnya menurut Depdiknas (2005: 15) laboratorium adalah tempat yang berfungsi untuk (a) pembelajaran Sains/Pengetahuan Alam; (b) tempat peragaan sains/pengetahuan alam; (c) tempat praktik sains/pengetahuan alam. Sedangkan menurut Slamet Prawirohartono (2007: 24) fungsi laboratorium, antara lain untuk memecahkan masalah, mendalami suatu fakta, melatih ketrampilan dan berfikir ilmiah, menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, serta menemukan masalah baru dan mencari jawaban pemecahannya.

d. Desain, Perlengkapan dan Tata ruang laboratorium IPA

1) Perlengkapan laboratorium IPA

Didalam laboratorium terdapat berbagai macam alat dan bahan, serta perlengkapan-pelengkapan lainnya. berdasar Pemen-diknas No. 24 tentang Standar Sarana dan Prasarana Tahun 2007, kelengkapan laboratorium IPA meliputi:

a) Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan

b) Tersedia air bersih

c) Ruang laboratorium IPA dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini:


(48)

Tabel 2. Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium IPA

No. Jenis Rasio Deskripsi

1 Perabot 1.1 Kursi peserta

didik

1 buah/peserta didik

Kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik. Ukuran sesuai dengan kelompok usia peserta didik dan mendukung pembentukan postur tubuh yang baik.Desain dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar. 1.2 Meja peserta

didik

1 buah/7 peserta didik

Kuat, stabil, dan aman.Ukuran memadai untuk menampung kegiatan peserta didik secara berkelompok maksimum 7 orang

1.3 Meja demonstrasi 1 buah/lab Kuat, stabil, dan aman. Luas meja memungkinkan untuk melakukan demonstrasi dan menampung peralatan dan bahan yang diperlukan

1.4 Meja persiapan 1 buah/lab Kuat, stabil, dan aman.Ukuran memadai untuk menyiapkan Materi Percobaan

1.5 Lemari alat 1 buah/lab Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai untuk menampung semua alat.Tertutup dan dapat dikunci

1.6 Lemari bahan 1 buah/lab Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai untuk menampung semua bahan dan tidak mudah berkarat. Tertutup dan dapat dikunci.

1.7 Bak cuci 1 buah/ 2 kelompok, ditambah 1 buah di ruang persiapan.

Tersedia air bersih dalam jumlah memadai

2 Peralatan Pendidikan

2.1 Mistar 6 buah/ lab Panjang minimum 50 cm, ketelitian 1mm.

2.2 Jangka sorong 6 buah/ lab Ketelitian 0,1 mm

2.3 Timbangan 3 buah/ lab Memiliki ketelitian berbeda 2.4 Stopwatch 6 buah/ lab Ketelitian 0,2 detik


(49)

2.5 Rol meter 1 buah/lab Panjang minimum 5 m, ketelitian 1mm.

2.6 Termometer 100 C

6 buah/ lab Ketelitian 0,5 derajat 2.7 Gelas ukur 6 buah/ lab Ketelitian 1mm

2.8 Massa logam 3 buah/ lab Dari jenis yang berbeda, minimum massa 20g

2.9 Multimeter AC/DC, 10 kilo ohm/volt

6 buah/ lab Dapat mengukur tegangan, arus, dan hambatan.

Batas minimum ukur arus 100 MA -5 A Batas minimum ukur tegangan untuk DC 100m V-50 V. Batas minimum ukur tegangan untuk AC 0-250 V 2.10 Batang magnet 6 buah/ lab Dilengkapai dengan potongan

berbagai jenis logam

2.11 Globe 1 buah/ lab Memiliki penyanga dan dapat diputar. Diameter minimum 50 cm. Dapat memanfaatkan globe yang ada diruang perpustakaan. 2.12 Model tata surya 1 buah/ lab Dapat menunjukkan terjadinya

gerhana. Masing-masing planet dapat diputar mengelilingi matahari.

2.13 Garpu tala 6 buah/ lab Bahan baja, memiliki frekuensi berbeda dalam rentang audio. 2.14 Bidang Miring 1 buah/ lab Kemiringan dan kekasaran

permukaan dapat diubah-ubah. 2.15 Dinamometer 6 buah/ lab Ketelitian 0,1 N/cm

2.16 Katrol tetap 2 buah/ lab 2.17 Katrol bergerak 2 buah/ lab

2.18 Balok kayu 3 macam/ lab Memiliki massa, luas permukaan, dan koefisien gerak benda

2.19 Percobaan muai panjang

1 set/ lab Mampu menunjukkan fenomena dan memberikan data pemuaian minimum untuk tiga jenis bahan.

2.20 Percobaan optik 1 set/ lab Mampu menunjukkan fenomena sifat bayangan dan memberikan data tentang keteraturan hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak fokus cermin cekung, cermin cembung, lensa cekung dan lensa cembung. Masing-masing minimum dengan tiga nilai jarak fokus.

2.21 Percobaan rangkaian listrik

1 set/ lab Mampu memberikan data hubungan antara tegangan, arus, dan hambatan.


(50)

2.23 Model molekul sederhana

6 set/ lab Minimum terdiri dari atom hydrogen, oksigen, karbon, belerang,nitrogen, dan dapat dirangkai menjadi molekul, 2.24 Pembakar spritus 6 buah/ lab

2.25 Cawan penguapan 6 buah/ lab Bahan keramik, permukaan dalam diglasir.

2.26 Kaki tiga 6 buah/ lab Dilengkapi kawat kasa dan tingginya sesuai tinggi pembakar spritus.

2.27 Plat tetes 6 buah/ lab Minimum ada 6 lubang 2.28 Pipet tetes + karet 100 buah/ lab Ujung pedek

2.29 Mikroskop monokuler

6 buah/ lab Minimum tiga nilai perbesaran obyek dan dua nilai perbesaran okuler.

2.30 Kaca pembesar 6 buah/ lab Minimum tiga nilai jarak focus 2.31 Poster genetika 1 buah/ lab Isi poster jelas terbaca dan

berwarna, ukuran minimum Al. 2.32 Model kerangka

manusia

1 buah/ lab Tinggi minimum 150 cm. 2.33 Model tubuh

manusia

1 buah/ lab Tinggi minimum 150 cm. Organ tubuh terlihat dan dapat dilepaskan dari model. Dapat diamati dengan mudah oleh seluruh peserta didik.

2.34 Gambar/model pencernaan manusia

1 buah/ lab Jika berupa gambar, maka isinya jelas terbaca dan berwarna dengan ukuran minimum Al. Jika berupa model, maka dapat dibongkar pasang.

2.35 Gambar/ model sistem peredaran darah manusia

1 buah/ lab Jika berupa gambar, maka isinya jelas terbaca dan berwarna dengan ukuran minimum Al. Jika berupa model, maka dapat dibongkar pasang.

2.36 Gambar/model sistem pernafasan manusia

1 buah/ lab Jika berupa gambar, maka isinya jelas terbaca dan berwarna dengan ukuran minimum Al. Jika berupa model, maka dapat dibongkar pasang.

2.37 Gambar/model jantung manusia

1 buah/ lab Jika berupa gambar, maka isinya jelas terbaca dan berwarna dengan ukuran minimum Al. Jika berupa model, maka dapat dibongkar pasang.

2.38 Gambar/model mata manusia

1 buah/ lab Jika berupa gambar, maka isinya jelas terbaca dan berwarna dengan ukuran minimum Al. Jika berupa model, maka dapat dibongkar


(51)

2) Letak laboratorium, luas dan tata ruang

Ruangan laboratorium diusahakan aman dan nyaman dari hal-hal kemungkinana terjadinya kecelakaan untuk desain ruang dan tata letak laboratorium harus diperhatikan

Didalam Desain laboratorium IPA perlu memperhatikan jenis kegiatan yang akan dilakukan, besar ruangan, jumlah siswa. Ruangan yang besar dapat menampung jumlah siswa lebih banyak, sebaliknya ruangan sempit menampung jumlah siswa lebih sedikit.

pasang. 2.39 Gambar/model

telinga manusia

1 buah/ lab Jika berupa gambar, maka isinya jelas terbaca dan berwarna dengan ukuran minimum Al. Jika berupa model, maka dapat dibongkar pasang.

2.40 Gambar/model tenggorokan manusia

1 buah/ lab Jika berupa gambar, maka isinya jelas terbaca dan berwarna dengan ukuran minimum Al. Jika berupa model, maka dapat dibongkar pasang.

2.41 Petunjuk percobaan

6 buah/ percobaan 3 Media Pendidikan

3.1 Papan tulis 1 buah/ lab Ukuran minimum 90 cmx 200 cm Ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh peserta didik melihatnya dengan jelas.

4. Perlengkapan lain

4.1 Songket listrik 9 buah/ lab 1 songket untuk tiap meja peserta didik, 2 songket untuk meja demo, 2 songket untuk diruang persiapan.

4.2 Alat pemadam kebakaran

1 buah/ lab Mudah dioperasikan

4.3 Peralatan P3K 1 buah/ lab Terdiri dari kotak P3K dan isinya tidak kadaluarsa termasuk obat P3K untuk luka bakar dan luka terbuka.

4.4 Tempat sampah 1 buah/ lab 4.5 Jam dinding 1 buah/ lab


(52)

Dalam pembakuan bangunan dan perabot sekolah menengah pertama menyebutkan ruang gerak untuk seorang rata-rata minimal 2,4 m². Adapun analisis kebutuhan luas ruang laboratorium IPA dengan spesifikasi menurut (Depdiknas, 2005: 9) sebagai berikut:

Tabel 3. Analisis kebutuhan luas ruang laboratorium IPA

Analisis Ukuran

Standar: 2.4 m² / siswa 8 x 15 m²

Kapasitas Ruang: 40 siswa

Luas Ruang 40 siswa x 2,4 m² = 96 m² R.Guru, Laboran dan

R. Simpan:

24 m²

Total Luas Ruang: 96 + 24 m² = 120 m²

Adapun macam-macam ruang dalam laboratorium IPA menurut fungsinya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a) Ruang praktik (ruang belajar)

Ruang ini merupakan ruang utama dari laboratorium. Kedua ujung dindingnya merupakan dinding penuh yang dapat digantungi papan tulis atau rak untuk menyimpan alat. Sepanjang dinding samping dan belakang ditempatkan meja praktik yang permanen. Perhitungan luas adalah minimal 2,4 m² untuk tiap siswa. Jadi misalnya untuk 40 siswa perlu ruang belajar 40 x 2,4 m²= 96 m². Bentuk ruangan hendaknya dipertimbangkan sedemikian sehingga siswa yang duduk dibelakang dapat melihat bila sedang dilakukan demonstrasi didepan, atau kegiatan siswa paling belakang mudah diawasi oleh Guru.


(53)

b) Ruang Persiapan

Ruang ini berfungsi untuk persiapan guru/laboran termasuk percobaan pendahuluan sebelum dilaksanakan pada siswa atau untuk melakukan perbaikan-perbaikan kecil. Ruang persiapan ini dilengkapi dengan meja percobaan, bak cuci, kran air, kran gas dan penerangan yang cukup serta lemari buku dan rak buku. Luas ruang persiapan ini kurang lebih 20 m².

c) Ruang Gudang/simpan

Sesuai dengan namanya ruang ini digunakan untuk menyimpan alat dan bahan. Ruang gudang ini seharusnya selalu mendapat pengawasan langsung dari petugas laboratorium untuk menjamin keamanannya. Luas gudang minimal 20 m².

d) Ruang untuk menimbang

Apabila memungkinkan ruangan ini disediakan. Ruangan ini diperlukan untuk menyimpan timbangan (neraca) dan juga untuk melakukan pekerjaan menimbang benda atau bahan-bahan kimia dengan tenang. Ruangan tidak boleh untuk menyimpan bahan kimia, karena timbangan akan lebih cepat berkarat.

Dalam menentukan lokasi laboratorium IPA, hendaknya dipertimbangkan hal-hal berikut: arah angin, arah kedatangan cahaya dan arah antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lain. Ini dimaksudkan agar polusi yang disebabkan oleh percobaan-percobaan dalam laboratorium tidak mengganggu ruangan yang lain, dapat


(54)

memperoleh penerangan yang alami sebanyak-banyaknya, laboratorium mudah dikontrol dan tidak terlalu jauh dicapai dari ruangan kerja lainnya.

Menurut buku penuntun perencanaan pembangunan yang diterbitkan oleh Proyek Penyediaan Fasilitas Laboratorium Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum Lokasi laboratorium dalam hubungannya dengan bangunan sekolah yang ada (Depdikbud, 1997: 1) sebagai berikut:

a) Laboratorium tidak terletak diarah angin, hal ini untuk menghindari terjadinya pencemaran udara.

b) Lokasi laboratorium terletak jauh dari sumber air. Hal ini untuk menghindari terjadinya pencemaran air di sekitar tempat itu.

c) Laboratorium harus mempunyai saluran pembuangan tersendiri agar menghindari terjadinya pencemaran sumber air penduduk di sekitarnya.

d) Lokasi laboratorium terpisah cukup jauh terhadap bangunan yang lain, hal ini sangat diperlukan agar dapat memberikan sirkulasi udara dan penerangan alami yang optium jarak minimum disyaratkan sama dengan tinggi bangunan yang terdekat atau kira-kira 3 meter.

e) Letak laboratorium pada bagian yang mudah dikontrol dalam komplek sekolah, hal ini erat hubungannya dengan masalah keamanan terhadap pencurian, kebakaran dan lain-lain.

Persyaratan lain yang berhubungan dengan bangunan sekolah yang telah ada:

1) Tidak membongkar fasilitas lain yang masih berfungsi sehingga menghilangkan fungsi tersebut kecuali bila fisik bangunan dari fasilitas bangunan dari fasilitas itu telah dinyatakan secara teknis tidak dapat memenuhi persyaratan-persyaratan keamanan (telah tua atau lapuk). 2) Tidak memakai tanah yang berfungsi lain, umpamanya


(55)

Berdasarkan buku pembakuan bangunan dan perabot sekolah menengah pertama (Depdiknas, 2005: 170) , denah tata ruang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Denah Tata Letak Perabot Laboratorium IPA

Bak Cuci R.SIMP

K.02 K.02 K.02 K.02 K.02

K.05 K.05

RG BELAJAR/PRAKTIK P.01 K.05

K.05

K.02 K.02 K.02 K.02 K.02 K.01

R.PERSIAPAN

SELARAS

Gambar 1

Tata letak Perabot Laboratorium IPA

(Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah Pertama, 2005: 170) M. 05

M.05

M.05

M.05

M.05

M.05

M.05 M.05

M.05

M.05

L.02 L.02

M. 07

L.10 L.08 L.08

M.11

L. 14 

KS 

M.07

L.06

L.02

BAK SINK


(56)

Tabel 4. Daftar Kebutuhan Perabot Laboratorium IPA:

Nama Furniture Kode Jumlah

Meja Serbaguna M.05 20 bh

Meja Kerja M.07 2 bh

Meja Demontrasi M.11 1 bh

Kursi Siswa K.01 2 bh

Kursi Bunder Tinggi K.02 40 bh

Kursi Kerja K.05 4 bh

Lemari Kaca L.02 3 bh

Lemari Alat Peraga L.06 1 bh

Lemari besi L.08 2 bh

Lemari Kertas Kerja L.10 1 bh Lemari Gantung/ PPPK L.14 1 bh

Lemari Asam L.20 1 bh

Papan Tulis Gantung P.01 1 bh

Kontak Sampah KS 2 bh

2. Pengelolaan laboratorium IPA

Manajemen laboratorium disebut juga pengelolaan laboratorium berasal dari kata laboratory management. Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya (resources) secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal. Adapun aspek dalam pengelolaan laboratorium terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Adapun aspek laboratorium meliputi :

a. Perencanaan laboratorium IPA

Fungsi perencanaan dalam suatu organisasi merupakan salah satu aspek yang penting. Perencanaan merupakan proses untuk menetapkan sasaran dan memilih cara yang seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Kegiatan perencanaan laboratorium IPA meliputi: rencana pengadaan alat dan bahan, rencana penggunaan laboratorium IPA.


(57)

1) Rencana pengadaan alat dan bahan.

Pengadaan adalah semua kegiatan dalam rangka mengadakan perlengkapan untuk menunjang pelaksanaan tugas. Pengadaan alat/bahan dapat dilakukan dengan permohonan dengan kantor wilayah. Biasanya setiap tahun melalui Seksi Sarana Prasarana dan dana untuk pengadaan laboratorium dan alatnya. Perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkan analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas.

Dari uraian diatas, maka perencanaan pegadaan alat/bahan dinilai efektif apabila memenuhi kriteria: dalam merencanakan pengadaan berdasarkan analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas.

2) Rencana pengunaan laboratorium IPA.

Dalam penggunaan laboratorium IPA harusnya direncanakan supaya dalam penggunaan laboratorium antara kelas yang satu dengan yang lainnya dapat seimbang. Selain itu dengan adanya suatu rencana dalam penggunaan dapat untuk mengetahui kapan laboratorium itu akan digunakan, untuk kegiatan apa, siapa yang menggunakan.

Dalam penyusunan jadwal ini guru pengelola laboratorium minta kepada guru pembimbing praktikum tentang data yang meliputi:


(58)

a) Jumlah kelompok praktikum b) Waktu praktikum yang diminta c) Kapan mulainya

d) Jenis praktikum/demonstrasi e) Jumlah praktikum/demonstrasi

f) Jumlah kelompok yang secara praktikumnya sama.

Hal ini dimaksudkan agar tugas laboran dalam mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan dapat lebih mudah. Pengaturan waktu pemakaian laboratorium perlu diadakan agar ada waktu untuk membersihkan laboratorium serta waktu untuk mempersiapkan bahan praktikum terutama pada praktikum biologi dan kimia.

Dari uraian diatas, maka perencanaan penggunaan laboratorium dinilai efektif apabila memenuhi kriteria: Adanya jadwal perencanaan penggunaan laboratorium IPA dimana isi jadwal tersebut mencakup kapan laboratorium itu akan digunakan, untuk kegiatan apa, siapa yang menggunakan. 

b. Pelaksanaan laboratorium IPA.

Kegiatan pelaksanaan laboratorium IPA menurut petunjuk pengelolaan sekolah lanjutan tingkat pertama yang berkaitan dengan pengelolaan sarana prasarana (Depdikbud, 1997: 46) mencakup: tata tertib laboratorium IPA, persiapan alat/bahan, penyimpanan alat/bahan IPA, Pemeliharaan/perawatan alat/bahan IPA.


(59)

1) Persiapan/Penyediaan alat/bahan.

Laboran menyediakan alat/bahan yang dipergunakan oleh guru setelah menerima daftar permintaan alat/bahan dari guru diruang persiapan dengan mempertimbangkan jumlah kelas atau kelompok yang akan mempergunakannya terutama untuk bahan yang habis pakai seperti spritus, pita ketik dan lilin langkah selanjutnya, laboran dengan dibantu oleh penanggung jawab teknis memeriksa kelengkapan alat/bahan tersebut sambil memeriksa apakah alat tersebut masih berfungsi dengan baik atau tidak. Perbaikan harus segera dilakukan bila dijumpai kerusakan sebelum guru yang membutuhkan alat itu melaksanakan kegiatan laboratorium jika pemeriksaan telah selesai dan masalah telah teratasi, laboran memberitahukan guru yang akan mengunakan alat tersebut untuk memeriksa ulang dan mencobanya terlebih dahulu sebelum disajikan kepada siswa.

Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam penyediaan/penyiapan alat/bahan IPA dalam modul teknik pengelolaan laboratorium IPA meliputi:

a) Pengisian format permintaan/peminjaman alat/bahan IPA agar mempermudah bagi petugas/laboran dalam hal penyediaan, penyiapan alat/bahan IPA yang akan dipergunakan. Adapun formatnya yaitu:


(60)

FORMAT PERMINTAAN ALAT/BAHAN 1. NAMA GURU :

2. MATA PELAJARAN : FISIKA/BIOLOGI/KIMIA 3. TOPIK/JUDUL PERCOBAAN :

4. JENIS ALAT/BAHAN :

……… ……… ………

5. JUMLAH KELOMPOK : ….KELOMPOK

6. TEMPAT PRAKTIKUM/DEMONSTRASI : LAB…….KLS

7. HARI/TANGGAL PENGGUNAAN :

8. JAM PELAJARAN : KE……PAGI/SIANG

Peminjam (………) Laboran

(…………..) Catatan:

Semua alat yang dipinjam dikembalikan paling lambat tanggal………

b) Identifikasi kebutuhan alat/bahan sesuai LKS.

Untuk mengetahui jenis serta jumlah alat/bahan yang tersedia di laboratorium dapat diketahui dalam daftar iventaris alat dan bahan sesuai LKS.

c) Penyediaan alat/bahan.

Setelah mengetahui alat/bahan yang akan dipergunakan, kemudian laboran menyediakannya di ruang persiapan. Dalam penyediaan alat/bahan perlu dipertimbangkan jumlah kelas atau kelompok yang akan mempergunakan, terutama untuk bahan yang habis pakai.

d) Pengecekan kelengkapan serta kerja alat.

Setelah laboran menyediakan alat/bahan yang diperlukan untuk kegiatan laboratorium, maka penangung jawab teknis


(61)

bersama-sama laboran harus mengecek kelengkapan alat/bahan tersebut, serta mengetahui apakah masing-masing alat berfungsi atau tidak.

Dari uraian diatas, maka persiapan dinilai efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Ada daftar permintaan alat dan bahan

b) Penyediaan alat/bahan sesuai dengan daftar permintaan. c) Adanya pengecekan jumlah dan kondisi alat.

2) Penyimpanan alat/bahan IPA.

Masalah penyimpanan alat biasanya ditentukan oleh keadaan laboratorium, artinya ditentukan oleh susunan keadaan laboratorium, keadaan perabot adanya gudang dan ruang persiapan. Disamping itu masalah ini juga ditentukan oleh pribadi-pribadi pemakai laboratorium, yaitu dimana barang-barang itu harus disimpan di laboratorium cukup aman, mudah dicari dan mudah dicapai. Dalam penyimpanan alat hendaknya dibedakan antara alat-alat yang digunakan, alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa dan alat-alat yang mahal harganya . Alat yang sering digunakan hendaknya disimpan sedemikian sehingga mudah diambil dan mudah dikembalikan.

Penyimpanan juga dapat dilakukan berdasarkan atas bahan dan alat, misalnya alat-alat dari kaca disimpan menjadi satu kumpulan, demikian pula alat-alat dari kayu, besi, porselin dan sebagainya. Sistem ini kadang-kadang kita kesulitan menentukan


(62)

kumpulan alat, jika sebuah alat terbuat dari beberapa bahan yang berlainan. Walaupun sistem apapun yang digunakan dalam penyimpanan alat, maka alat-alat itu harus dalam keadaan aman, mudah dicari dan mudah diambil. Menurut lubis (1993: 194) ada tiga prinsip penyimpanan alat yaitu:

a) Aman

Alat disimpan agar aman dari pencurian dan kerusakan berdasarkan atas hal ini alat yang mudah dibawa dan mahal harganya disimpan dalam lemari terkunci. Contohnya: Stop watch, sebelum disimpan alat hendaknya dalam keadaan bersih. b) Mudah mencari

Alat-alat yang disimpan itu dalam saat-saat tertentu akan digunakan untuk kegiatan eksperimen. Oleh karena iu alat harus mudah dicari dimana letaknya, artinya penggunaan laboratorium dalam hal ini guru atau petugas laboratorium, yang memerlukan alat itu harus tahu dimana letak masing-masing alat disimpan untuk memudahkan mencari letak masing-masing alat perlu diberi tanda khusus.

c) Mudah diambil

Agar alat mudah diambil penyimpananpun memerlukan cara yang khusus. Masih menurut lubis untuk penyimpanan alat dapat dikelompokkan berdasarkan atas bahan pembuatnya dan berdasarkan atas kelompok pokok bahasan. Dalam penyimpanan perlu diperhatikan alat yang mahal harganya, alat yang dapat/boleh diambil sendiri oleh siswa, alat yang peka terhadap goncangan maupun terhadap pengaruh magnet dan alat yang mendapat perhatian khusus.

Dalam penyimpanan alat/bahan menurut (Depdikbud, 1997-1998: 19-20) dalam teknik pengelolaan laboratorium IPA penyimpanan alat dan bahan diusahakan sesuai dengan kelompok-kelompoknya baik berdasarkan mata pelajaran, katalog, dan sifat bahan. Selain itu hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam hal penyimpanan alat dan bahan adalah:


(63)

a) Memisahkan alat-alat yang tidak berfungsi/rusak ketempat tersendiri.

b) Mencatat nama, jenis dan jumlah alat/bahan didalam masing-masing tempat penyimpanan.

c) Alat-alat yang terbuat dari logam disimpan di tempat yang berjauhan dengan bahan-bahan kimia.

d) Alat-alat optik (mikroskop) disimpan dalam lemari yang diberi penerangan lampu listrik untuk menjaga kelembaban

e) Lengkapi dengan label sesuai dengan kode, nama dan jumlahnya di masing-masing tempat.

f) Alamari atau laci sebaiknya diberi nomor sesuai nomor kuncinya.

Khusus penyimpanan bahan kimia menurut buku pedoman pengelolaan laboratorium dilingkungan pendidikan yang diterbitkan oleh BAPEDALDA (2007: 15) penyimpanan bahan-bahan kimia harus diperlakukan sebagai bahan yang berbahaya. Oleh karena itu seluruh bahan kimia harus diperlakukan secara tertib dan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan yang dapat menimbulkan bahaya bagi penggunanya dan lingkungannya. Sehubungan dengan penyimpanan bahan kimia dapat dibagi atas:

a) Sisa bahan kimia dalam kemasan sebaiknya disimpan dan diletakkan kembali pada tempatnya agar bahan tersebut tidak rusak.

b) Bahan kimia yang berada dalam rak almari, cara penataanya sebaiknya disusun berdasarkan abjad nama bahan kimia baik padat maupun cair dan dikelompokkan menurut sifat bahan kimia.

c) Diluar alamari ditempelkan denah penempatan bahan kimia untuk memudahkan pencarian bahan kimia.

d) Untuk bahan kimia yang bersifat inkompatibel yaitu bahan kimia yang dapat bereaksi hebat dengan bahan kimia lain harus diperhatikan, karena dapat menimbulkan kecelakaan. Contoh bahan kimia yang tidak boleh berdekatan/digabung (inkompatibel): (1) Asetilen dapat bereaksi hebat dengan klorin, (2) Asam Nitrat tidak boleh berdekatan dengan bahan kimia yang mudah terbakar, (3)


(64)

Kalium Permanganat (Oksidator Kuat) tidak boleh berdekatan dengan bubuk Aluminium (Reduktor Kuat). Dengan cara penyimpanan yang teratur dan menurut sistem tertentu diharapkan perencanaan dan pengawasan terhadap bahan-bahan kimia itu menjadi lebih mudah. Perlu ditekankan disini, bahwa siapa saja yang menggunakan bahan-bahan kimia harus mengembalikan bahan ketempatnya semula.

Dari uraian diatas, maka penyimpanan dinilai efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) alat/bahan disimpan sesuia dengan kelompok mata pelajaran. b) memisahkan alat-alat yang tidak berfungsi/rusak ketempat

tersendiri.

c) mencatat nama, jenis dan jumlah alat/bahan didalam masing-masing tempat penyimpanan.

d) alat-alat yang terbuat dari logam disimpan di tempat yang berjauhan dengan bahan-bahan kimia.

e) alat-alat optik (mikroskop) disimpan dalam lemari yang diberi penerangan lampu listrik untuk menjaga kelembaban.

f) melengkapi label sesuai dengan kode, nama dan jumlahnya di masing-masing tempat.

g) memberi nomor sesuai nomor kuncinya di almari atau laci yang digunakan untuk menyimpan alat/bahan.


(65)

3) Tata tertib laboratorium IPA.

Tata tertib siswa dibuat untuk menjaga keamanan dan keselamatan siswa maupun laboratorium dengan segala perangkat alat dan bahan yang ada di dalamnya. Penyusunan isi tata tertib laboratorium IPA dapat saja berbeda antara sekolah yang satu dengan yang lain sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Namun menurut buku petunjuk teknisi pengelolaan laboratorium IPA (1996: 124) dalam suatu tata tertib hendaknya terdapat butir-butir aturan sebagai berikut:

a) Aturan keluar masuk laboratorium.

b) Cara-cara melaksanakan kegiatan laboratorium. c) Cara-cara menggunakan alat.

d) Petunjuk tindakan yang harus dilakukan oleh siswa bila menjumpai masalah dengan alat praktek.

e) Sanksi bagi siswa yang lalai hingga merusak alat praktek. f) Perintah untuk selalu menjaga kebersihan laboratorium. g) Larangan untuk tidak membawa benda/yang tidak ada

kaitannya dengan kegiatan laboratorium.

h) Perintah untuk agar waspada terhadap kemungkinan bahaya, misalnya kebakaran akibat listrik.

i) Petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa sesuai pelaksanaan kegiatan laboratorium.

Sebelum melakukan kegiatan di laboratorium, usahakan para peserta didik untuk memahami benar-benar butir-butir tata tertib hal ini sebagai usaha menjaga keselamatan kerja pada saat mereka sedang melakukan kegiatan di laboratorium. Tata tertib wajib ditaati oleh pemakai laboratorium. Pelanggaran tata tertib dapat membahayakan dirinya, orang lain dan dapat memusnahkan laboratorium.


(66)

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diketahui kriteria tata tertib yang baik apabila sekolah dalam kegiatan praktikum di laboratorium ada tata tertibnya dimana isi dari tata tertib mencakup butir-butir aturan yang meliputi: aturan keluar masuk laboratorium, cara-cara melaksanakan kegiatan laboratorium, cara-cara menggunakan alat, Petunjuk tindakan yang harus dilakukan oleh siswa bila menjumpai masalah dengan alat praktek, sanksi bagi siswa yang lalai hingga merusak alat praktek, perintah untuk selalu menjaga kebersihan laboratorium, larangan untuk tidak membawa benda/yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan laboratorium, perintah untuk agar waspada terhadap kemungkinan bahaya, misalnya kebakaran akibat listrik, petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa sesuai pelaksanaan kegiatan laboratorium.

4) Pemeliharaan/perawatan alat/bahan IPA.

Secara alami semua peralatan dapat rusak. Banyak faktor yang dapat menyebabkan rusaknya alat-alat, antara lain: perubahan suhu, tingkat kelembaban, debu atau kotoran dan salah penggunaan. Kerusakan yang terjadi pada alat-alat laboratorium IPA dapat dicegah dengan melakukan perawatan secara rutin dan teratur.

Untuk memenuhi prosedur perawatan baku, harus disiapkan data perawatan dan dimulai dengan pertanyaan sederhana: apa yang dirawat, bagaimana perawatanya dan kapan akan dirawat. Selanjutnya untuk merencanakan program perawatan hendaknya


(67)

memenuhi prinsip-prinsip: (1) sederhana dan mudah melakukanya, (2) menumbuhkan kesadaran terhadap pekerjaan perawatan, (3) efisiensi, (4) adanya kontrol terhadap upaya perawatan, dan (5) kemudahan komunikasi diantara pekerjaan perawatan (Depdikbud, 1999: 73).

Menurut Ibrahim Bafadal (2003: 49) dalam pemeliharaan laboratorium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: (1) pemeliharaan sehari-hari seperti menyapu, mengepel lantai, membersihkan pintu, jendela kaca, dan lain-lain; (2) pemeliharaan berkala seperti sekurang-kurangnya sebulan sekali harus dikontrol atap dinding dan lantainya, dalam pemeliharaan berkala harus dibuatkan kartu pemeliharaanya.

Dari uraian diatas, maka pemeliharaan/perawatan dinilai efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) adanya pembersihan alat yang telah digunakan b) pengontrolan berkala.

c. Evaluasi dan Pengawasan pengelolaan laboratorium IPA

1) Evaluasi Pengelolaan Laboratorium IPA

Evaluasi diartikan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi itu digunakan untuk menentukan alternatif baru yang tepat dalam mengambil suatu keputusan.


(68)

Menurut Slamet (2008: 1) bahwa evaluasi adalah upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program yang dilakukan dengan membandingkan hasil nyata dengan hasil yang diharapkan (efektivitas). Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang berkaiatan dengan program tersebut, baik perbaikan maupun penyempurnaan program yang akan datang.

Dengan demikian tujuan evaluasi adalah mengetahui tingkat keberhasilan tujuan dari program yang telah dijalankan dan untuk memperbaiki program kegiatan yang akan datang, agar lebih baik hasilnya. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan sudah tercapai dan bagaimana yang belum tercapai serta faktor penyebabnya, diperlukan evaluasi program. Tanpa evaluasi, keberhasilan atau kegagalan suatu program kerja tidak dapat diketahui dan akhirnya dari tahun ke tahun bisa tersandung permasalahan yang sama.

Evaluasi pengelolaan laboratorium IPA dinilai efektif, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Adanya evaluasi kegiatan pelaksanaan program kerja laboratorium IPA.

b) Adanya tindak lanjut dari evaluasi yang dilakukan. 2) Pengawasan Pengelolaan Laboratorium IPA

Menurut Sondang P. Siagian (2007: 125)” pengawasan merupakan usaha sadar dan sistematis untuk lebih menjamin bahwa


(1)

177 

 

LABORATORIUM IPA SMP N 2 MLATI

Ruang pembelajaran laboratorium IPA Pembelajaran di Laboratorium IPA

Penataan alat di ruang simpan laboratorium Biologi


(2)

178 

 

LABORATORIUM IPA SMP N 3 MLATI

Ruang pembelajaran di Laboratorium Pembelajaran di Laboratorium IPA

Penataan alat di ruang simpan mata pelajaran fisika


(3)

(4)

(5)

(6)