63
Gambar.1 Tahapan Analisis Data Menurut Miles dan Hubberman
H. Keabsahan Data
Untuk menguji
keabsahan data
yang diperoleh,
peneliti menggunakan triangulasi data dan triangulasi sumber. Triangulasi data
menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari
satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Triangulasi sumber digunakan untuk memperdalam data hasil wawancara
dari sumber pertama. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi diantaranya adalah triangulasi sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan penelitian kualitatif. Patton
1987 dalam Moelong 1989:330.
64
Hal itu dapat dicapai dengan jalan : 1.
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2.
Membandingkan apa yang diakatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang diakatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4.
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berbeda, orang
pemerintahan. 5.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Dalam penelitian ini pengabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
1. Profil Badan Narkotika Nasional Propinsi DIY
Keberadaan BNNP Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagaimana juga BNNP lainnya merupakan amanat Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5062. Pada pasal 65 ayat 2 disebutkan bahwa BNN mempunyai perwakilan di Daerah Provinsi dan KabupatenKota.
Sedangkan sesuai Pasal 66, BNN Provinsi dan BNN KabupatenKota merupakan instansi vertikal.
Keberadaan Organisasi BNNP diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional, terutama pasal 31 hingga 34 yang mengemukakan secara umum tentang instansi vertikal BNNP, BNNK serta struktur
organisasinya. Secara rinci Peraturan Presiden tersebut dijabarkan dalam Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor:
PER04V2010BNN tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional
KabupatenKota, yang dirubah dengan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 tahun 2013.Pada tanggal 20 April 2011
telah dilantik 30 Kepala BNNP termasuk Ka BNNP DIY, berdasarkan