47
menggunakan Narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, dan ekstasi. Penelitian yang sama juga mengungkapkan adanya
12.305 anak usia SD yang menggunakan Narkoba. Menurut hasil penelitian tersebut, trend peningkatan penggunaan Narkoba di kalangan
anak-anak dan remaja diikuti oleh trend peingkatan penyebaran HIVAIDS.
Bagi para pelajar, kerugian yang disebabkan oleh ketergantungan pada Narkoba tentu lebih banyak. Misalnya, terjadi perubahan sikap,
perangai dan kepribadian; sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan prestasi belajar; mudah tersinggung dan cepat marah; sering menguap,
mengantuk, dan malas; tidak memedulikan kesehatan diri; suka mencuri untuk membeli Narkoba; dan mengalami kegilaan, paranoid bahkan
kematian, karena stress berkepanjangan M Sirozi, dalam FGD Peran Sekolah dalm mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar,
Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 30 Mei 2013, Palembang.
D. Faktor–faktor yang Mempengeruhi Keberhasilan Implementasi
Kebijakan
Suatu implementasi kebijakan akan menghasilkan keberhasilan yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dan kelompok yang menjadi sasaran
kebijakan tersebut. Arif Rohman 2009:147 mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang dapat menentukan kegagalan dan keberhasilan dalam
implementasi kebijakan yaitu:
48
1. Faktor yang terletak pada rumusan kebijakan yang telah dibuat oleh
para pengambil keputusan, menyangkut kalimatnya jelas atau tidak, sasarannya tepat atau tidak, mudah dipahami atau tidak, mudah
diinterpretasikan atau tidak, dan terlalu sulit dilaksanakan atau tidak. 2.
Faktor yang terletak pada personil pelaksana, yaitu yang menyangkut tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan,
kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan kerja para pelaku pelaksana kebijakan. Termasuk dalam personil pelaksana adalah
latar belakang budaya, bahasa, serta ideologi kepartaian masing- masing. Semua itu akan sangat mempengaruhi cara kerja mereka secara
kolektif dalam menjalankan misi implementasi kebijakan. 3.
Faktor yang terletak pada sistem organisasi pelaksana, yaitu
menyangkut jaringan sistem, hirarki kewenangan masing-masing peran, model distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dari pemimpin
organisasi, aturan main organisasi, target masing-masing tahap yang ditetapkan, model monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang
dipilih. Sedangkan Sabatier dan Mazmanian dalam Sudiyono 2007: 90-100
berpendapat adanya berbagai kondisi yang mendukung agar implementasi dapat dilaksanakan secara optimal, yaitu:
1. Program harus mendasarkan diri pada sebuah kajian teori yang terkait
dengan perubahan pelaku kelompok sasaran guna mencapai hasil yang telah ditetapkan. Kebanyakan pengambilan atau perumusan kebijakan
49
didasarkan pada teori sebab akibat. Teori ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama adanya keterkaitan antara pencapaian dengan tolak ukur
atau hasil yang diharapkan. Bagian kedua khusus mengenai cara pelaksnaaan kebijakan yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran.
2. Undang-undang atau peraturan tidak boleh ambigu atau bermakna
ganda. Dalam hal ini pemerintah harus dapat mengkaji ulang produk- produk hukum. Sasaran kebijakan harus memiliki derajat ketepatan dan
kejelasan, dimana keduanya berlaku secara internal maupun dalam keseluruhan program yang dilaksanakn oleh pihak pelaksana.
3. Para pelaku kebijakan harus memiliki kemampuan manajerial, dan
politis dan komitmen terhadap tujuan yang akan dicapai. 4.
Program harus didukung oleh para pemangku kepentingan. 5.
Prioritas umun dari sasaran perundang-undangan tidak signifikan
direduksi oleh waktu dengan adanya kebijakan yang sangat darurat pada publik, atau perubahan keadaan sosial ekonomi yang sesuai dan
didasarkan pada teori perundang-undangan secara teknis.
E. Penelitian Relevan