Latar Belakang Penelitian EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING UNTUK PENINGKATAN PENGENDALIAN DIRI SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Batusangkar Tahun Ajaran 2014/2015.

Ira Oktarini, 2014 Efektivitas Teknik Modeling Untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima. Menurut Cavanagh dan Justin 2002: 211-212 orang yang kurang memadai pengendalian diri telah gagal untuk menguasai dua tugas perkembangan yang penting. Dua tugas perkembangan tang penting yang dimaksud adalah individu tidak bisa mengatur dirinya sendiri, dan individu mudah dikuasai atau terpengaruh oleh lingkungan. Apabila remaja yang berada pada masa transisi mampu mengendalikan diri tentu saja remaja akan menjalani kehidupannya dengan tentram dan dapat diterima oleh lingkungannya. Keadaan sebaliknya apabila remaja tidak dapat mengendalikan diri maka remaja tersebut akan cenderung melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Hasil penelitian Lestari 2006: 69 terhadap siswa Kelas 2 SMA Pasundan 2 Bandung menunjukkan, kendali diri memberi kontribusi positif terhadap kedisiplinan siswa di sekolah sebesar 27,2. Dalam hal ini diketahui kendali diri merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap diri siswa terutama dalam hal kedisiplinan di sekolah, kedisiplinanpun akan berdampak terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Jadi salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan siswa dalam melakukan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah adalah adanya kemampuan pengendalian diri. Banyak kasus terjadi di kalangan remaja yang cenderung merupakan perilaku menyimpang siswa yang disebabkan oleh kurangnya pengendalian diri. Contoh kasus, seorang siswa SMK yang menyiram air keras di dalam bis karena marah kepada siswa yang menjadi musuh sekolahnya sehingga terdapat 14 korban yang terkena air keras dan menderita luka Tribun News, 2013. Kasus lain adalah tawuran antar pelajar SMK di Karawang yang menewaskan satu orang pelajar karena ditusuk menggunakan pisau Karawang News, 2013. Hasil penelitian Lestari 2009 menggambarkan kualitas pengendalian diri siswa SMA BPPI Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 20082009 dari sampel yang diteliti yang berjumlah 35 orang menyatakan, kualitas kendali diri siswa termasuk Ira Oktarini, 2014 Efektivitas Teknik Modeling Untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dalam kategori sedang, artinya belum semua siswa dapat mengendalikan dirinya dengan baik. Terdapat sebagian siswa telah mampu mengendalikan dirinya dengan baik namun jumlah siswa yang tidak dapat mengendalikan dirinya dengan baik tidak sedikit. Pada setting sekolah terdapat juga kasus pelanggaran yang dilakukan oleh remaja terutama terhadap peraturan sekolah. Pelanggaran tersebut dapat dikatakan serius karena telah mengarah pada penyimpangan norma agama dan norma sosial, seperti perkelahian antara pelajar tawuran, perkelahian siswa dengan guru, penggunaan obat-obat terlarang, membaca atau melihat majalah dan video porno, berbicara kasar atau kotor, dan kasus lainnya. Perilaku yang tidak disiplin memengaruhi siswa dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah maupun masyarakat. Sesuai dengan penjelasan Bhave Saini 2009: 3 mengatakan manusia perlu mempelajari bagaimana cara mereka mengendalikan emosinya agar dapat beradaptasi dengan baik. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMPN 2 Batusangkar, terdapat beberapa siswa yang kurang mampu mengendalikan diri, terutama dari segi kedisiplinan terhdap peraturan sekolah, contoh tindakan siswa yang kurang mampu mengontrol diri adalah terjadinya perkelahian antar pelajar yang menyebabkan cidera, memecahkan kaca sekolah, dan pencurian. Untuk melengkapi data studi pendahuluan diperoleh juga data melalui penyebaran angket, diperoleh gambaran profil umum pengendalian diri siswa kelas VIII SMPN 2 Batusangkar Tahun Ajaran 20142015 yang berjumlah 226 siswa yaitu: sebanyak 33 siswa 14,60 dari jumlah subjek penelitian berada pada kategori tinggi. Sebanyak 163 siswa 72,12 dari jumlah subjek penelitian berada pada kategori sedang, sebanyak 30 siswa 13,27 dari jumlah subjek penelitian berada pada kategori rendah. Berdasarkan persentase tersebut, profil umum komunikasi interpersonal siswa kelas X VIII SMPN 2 Batusangkar Tahun Ajaran 20142015 berada pada kategori sedang. Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kebutuhan Ira Oktarini, 2014 Efektivitas Teknik Modeling Untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu layanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan pengendalian diri siswa, berikut dipaparkan gambaran persentase berdasarkan aspek dari persentase terendah, sebagai berikut: aspek Kontrol perilaku Behavior Control sebesar 10,62, aspek kontrol keputusan Decisional Control sebesar 13,27, aspek Kontrol kognitif Cognitive Control sebesar 15,93. Gambaran persentase setiap indikator dari tiga aspek pengendalian diri siswa, sebagai berikut: pada aspek Kontrol perilaku Behavior Control, 1 Mengatur pelaksanaan sebesar 14,16, 2 Memodifikasi stimulus sebesar 9. Pada aspek kontrol keputusan Decisional Control, 1 Memperoleh Informasi sebesar 19 2 Melakukan penilaian sebesar 16. Pada aspek Kontrol kognitif Cognitive Control, 1 Memilih tindakan sebesar 16, 2 Memilih hasil sebesar 11. Terdapat 13,27 yang berjumlah 30 siswa berada pada kategori rendah. Siswa yang berada pada kategori rendah ini tidak dapat dibiarkan. Pratt Cullen Higgins, 2007 dalam penelitiannya menjelaskan, sebagian besar penelitian empiris menunjukkan rendahnya pengendalian diri memiliki hubungan dengan perilaku kriminal. Beriringan dengan hal itu Veral Moon 2011 meneliti sekelompok remaja, hasil penelitiannya menunjukkan rendahnya pengendalian diri umumnya secara signifikan berhubungan dengan perilaku menyimpang. Chapple, Hope, dan Whiteford 2005 menjelaskan kontrol diri juga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, dalam menangani anak yang terpengaruh oleh narkoba. Orang tua yang bagus pola asuhnya maka anaknya akan mampu mengendalikan diri terhadap pengaruh narkoba. Namun pola asuh orang tua yang kurang baik cenderung anaknya terpengaruh oleh narkoba. Guru Bimbingan dan konseling berperan penting mengetahui keadaan pengendalian diri siswa dan diperlukan solusi yang dapat meningkatkan pengendalian diri siswa yang masih rendah. Bandura Wagner, 2007 menyebutkan banyak perilaku, baik dan buruk adalah belajar dengan meniru perilaku orang lain. Siswa berperilaku melanggar norma dapat terjadi karena melihat lingkungan yang tidak baik. Salah satu cara yang dapat digunkan melalui Ira Oktarini, 2014 Efektivitas Teknik Modeling Untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu teknik modeling atau cara pemodelan terhadap siswa. Modeling merupakan salah satu teknik yang diimplementasikan dari teori belajar sosial, teori belajar sosial dipelopori oleh Albert Bandura. Teori belajar sosial menjelaskan perilaku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kogntif, perilaku, pengaruh lingkungan. Belajar melalui modeling mencakup penambahan dan pencarian perilaku yang diamati, untuk kemudian melakukan generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya Melalui pemodelan remaja dapat memperoleh informasi secara langsung baik melalui penghadiran model langsung atau pun melaui simbol-simbol. Remaja yang diberikan model, dapat mengambil benang merah sendiri dari peristiwa atau fenomena yang disajikan kepadanya. Menurut literatur, teknik pemodelan pernah digunakan untuk mengatasi perilaku kenakalan pada remaja juvenile delinquent, fobia, depresi, serta perilaku agresif Krumboltz dan Thoresen, 1976. Beberapa perilaku yang dipaparkan berkaitan langsung dengan pengendalian diri, oleh karena itu pemodelan dipandang tepat digunakan untuk meningkatkan pengendalian diri. Inti dari teknik modeling adalah seseorang akan memperoleh sejumlah tingkah laku, pikiran dan perasaan dengan mengobservasi atau mengamati perilaku orang lain.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Atas dasar uraian latar belakang penelitian, diperoleh kejelasan permasalahan sebagai berikut masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak- kanak menuju dewas, pada masa transisi remaja mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock 1980, dan Erikson Hall Lindzey, 1993 bahwa masa remaja merupakan tahap pencarian indentitas dan sebagai ambang masa dewasa. Permasaahan siswa SMPN 2 Batusangkar yang merupakan remaja dalam menghadapi masa transisi ini sering kehilangan pengendalian diri. Menurut Cavanagh dan Levitov 2002: 211-212 orang yang kurang memadai Ira Oktarini, 2014 Efektivitas Teknik Modeling Untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pengendalian diri telah gagal untuk menguasai dua tugas perkembangan yang penting. Dua tugas perkembangan penting yang dimaksud adalah individu tidak bisa mengatur dirinya sendiri, dan individu mudah dikuasai atau terpengaruh oleh lingkungan. Dalam kehidupan sehari-hari siswa-siswa memperlihatkan perilaku kurangnya pengendalian diri, terutama dari segi kedisiplinan terhdap peraturan sekolah, contoh tindakan siswa yang kurang mampu mengontrol diri adalah terjadinya perkelahian antar pelajar yang menyebabkan cidera, memecahkan kaca sekolah, dan pencurian Kemampuan mengontrol diri termasuk dalam bidang pribadi peserta didik. Guru bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan sebagai peningkatan pengendalian diri siswa untuk mengantisipasi terjadinya perilaku yang tidak diinginkan. Remaja yang tidak mampu mengendalikan dirinya akan susah beradaptasi atau diterima oleh lingkungan, baik lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Kurangnya pengendalian diri bagi remaja juga dapat menjadi penyebab terjadinya tindakan atau perilaku kriminal. Fakta empiris menunjukkan layanan bimbingan dan konseling dibutuhkan bagi siswa yang rendah kontrol dirinya. Untuk pengendalian diri pada siswa dibutuhkan teknik yang tepat. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah melalui teknik pemodelan. Modeling adalah prosedur yang menyajikan serangkaian perilaku kepada individu agar individu dapat berperilaku yang sama seperti yang dicontohkandimodelkan Bandura, 1997: 93. Sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang menjadi model Santrock, 2003: 53. Sesuai yang dijelaskan oleh Yusuf dan Nurihsan. A. J, 2007: 133 tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi timbal balik yang terus menerus antara faktor-faktor penentu yaitu faktor internal yang meliputi kognisi, persepsi, dan faktor eksternal yanitu lingkungan. Modeling lebih dari sekedar peniruan atau penambahan atau pengurangan

Dokumen yang terkait

Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang

4 25 69

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 29 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIS SISWA (Kasus: Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 9 58

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Bangunrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

5 20 29

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 27 61

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 43

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUGAN (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Talangpadang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 56

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 3 53

PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 18 71

Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang

0 0 14