Pengaruh Komunikasi Internal terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Bagian SDM Pada PT.Perkebunan Nusantara III Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EXSTENSI

MEDAN

PENGARUH KOMUNIKASI INTERNAL TERHADAP

EFISIENSI KERJA KARYAWAN BAGIAN SDM

PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III

MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

YUSTISSIA. S.PELAWI

060521089

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Medan

2009


(2)

Yustissia S. Pelawi , (2010) “Pengaruh Komunikasi Internal terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Bagian SDM Pada PT.Perkebunan Nusantara III Medan”. Pembimbing Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, M.Si. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen, Penguji I, Dr .SitiRaha A.Salim, SE, M.Si Penguji II, Dra. SetriHiyanti.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi intrnal terhadap efisiensi keeja karyawan bagian sumber daya manusia pada PT Perkebunan Nusantara III Medan.

Metode penelitian data yang digunakan adalah metode deskriptif, uji validitas dan realibilitas, metode regresi linier sederhana.

Hasil analisis data dengan metode regresi linear sederhana menunjukkan bahwa komunikasi internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja, dimana Y= 0,552 + 0,995X Artinya setiap variabel Y (efisiensi keja) akan mengalami perubahan sebesar 0,995 satuan apabila variabel X (Komunikasi internal) mengalami perubahan sebesar 1 (Satu) satuan. Sedangkan angka konstanta sebesar 0,552 menunjukkan arti bahwa variabel Y akan sebesar 0,552 apabila tidak dilakukan perubahan (baik peningkatan ataupun penurunan) pada variabel X (independent variable).

Hasil uji t (uji parsial) menunjukkan t hitung variabel sistem komunikasi 11,554 sedangkan t tabel bernilai 2,02 ini berarti Ho ditolak. Hal ini berarti t hitung > t tabel yaitu 11,554 > 2,02 ini berarti Ha diterima. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi internal secara uji t (uji parsial) berpengaruh signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan.

R Square (R2) pada penelitian ini yaitu 73,6% menunjukkan bahwa variabel komunikasi internal mempengaruhi variabel efisiensi kerja sebesar 73,6%.


(3)

KATA PENGANTAR

Penulis sampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya yang luar biasa dan begitu melimpah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Selama menjalani masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sampai kepada menulis skripsi ini, Penulis banyak mendapatkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA. Selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak sumbangan pikiran dalam proses membimbing dan memberikan arahan selama proses penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr.SitiRaha A.Salim, SE, M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Dra. SetriHiyanti sebagai Dosen Penguji II yang telah memnerikan arahan dan masukkan bagi penulis.

ii


(4)

Sumatera Utara Medan.

8. Kedua Orang tua dan Saudara/Saudari penulis yang telah memberikan perhatian, doa dan restunya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman yang penulis sayangi serta teman-teman yang tidak disebutkan namanya, terima kasih atas perhatian, dukungan, semangat yang kalian berikan selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, masih banyak kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR ... ...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah .. ………6

C. Kerangka Konseptual ... 6

D. Hipotesis ... 7

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 8

F. Metode Penelitian ... 9

1. Batasan Operasional ... 9

2. Definisi Operasional... 9

3. Skala Pengukuran Variabel ... 10

4. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 11

5. Populasi Dan Sampel ... 11

6. Jenis Data... 12

7. Teknik Pengumpulan Data ... 12

8. Uji Validitas dan Realibilitas ... 13

9. Metode Analisis Data ... 16

BAB II : URAIAN TEORITIS……… .. 18

A. Penelitian Terdahulu ... 18

B. Teori Komunikasi ... 18

C. Komunikasi Internal ... 20

D. Jaringan Komunikasi Internal ... 23

1. Formal ... 24

2. Informal ... 28

iv


(6)

1. Media Tulisan ... 30

2. Media Lisan...31

G. Hambatan Komunikasi Internal...32

H. Mengatasai Hambatan Komunikasi Internal...34

I. Hubungan Komunikasi internal dengan Efisiensi Kerja...35

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... ….37

A. Sejarah Singkat Perusahan ... .... 37

B. Visi Misi PT. Perkebunan Nusantara III Medan...39

C. Maksud dan Tujuan Perusahaan...41

D. Rumusan Paradigma Baru PT.PN III Medan...43

E. Strategi Perusahaan...44

F. Komoditi Perusahaan...45

G. Gambar Logo dan Makna Logo PT.PN III Medan ...48

H. Struktur Organisasi...49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... .. 58

A. Metode Analisis Data... ...58

1. Analisis Deskriptif ... ...58

B. Hasil Penelitian ... ...66

1. Pengujian Hipotesis ... ...66

2. Model Estimasi (regresi Linier Sederhana) ...68

3. Uji Koefisien Determinasi R2...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...70

B. Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

ABSTRAK

Yustissia S. Pelawi , (2010) “Pengaruh Komunikasi Internal terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Bagian SDM Pada PT.Perkebunan Nusantara III Medan”. Pembimbing Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, M.Si. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen, Penguji I, Dr .SitiRaha A.Salim, SE, M.Si Penguji II, Dra. SetriHiyanti.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi intrnal terhadap efisiensi keeja karyawan bagian sumber daya manusia pada PT Perkebunan Nusantara III Medan.

Metode penelitian data yang digunakan adalah metode deskriptif, uji validitas dan realibilitas, metode regresi linier sederhana.

Hasil analisis data dengan metode regresi linear sederhana menunjukkan bahwa komunikasi internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja, dimana Y= 0,552 + 0,995X Artinya setiap variabel Y (efisiensi keja) akan mengalami perubahan sebesar 0,995 satuan apabila variabel X (Komunikasi internal) mengalami perubahan sebesar 1 (Satu) satuan. Sedangkan angka konstanta sebesar 0,552 menunjukkan arti bahwa variabel Y akan sebesar 0,552 apabila tidak dilakukan perubahan (baik peningkatan ataupun penurunan) pada variabel X (independent variable).

Hasil uji t (uji parsial) menunjukkan t hitung variabel sistem komunikasi 11,554 sedangkan t tabel bernilai 2,02 ini berarti Ho ditolak. Hal ini berarti t hitung > t tabel yaitu 11,554 > 2,02 ini berarti Ha diterima. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi internal secara uji t (uji parsial) berpengaruh signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan.

R Square (R2) pada penelitian ini yaitu 73,6% menunjukkan bahwa variabel komunikasi internal mempengaruhi variabel efisiensi kerja sebesar 73,6%.

Kata Kunci: Komunikasi Internal dan Efisiensi Kerja Karyawan

i


(8)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi, terkait manajemen waktu banyak didasarkan pada gagasan mengenai efisiensi. Dengan adanya efisiensi maka kita bisa menghemat uang, waktu, dan energi. Efektivitas maupun efisiensi mengharuskan perusahaan ataupun setiap orang untuk menetapkan target, menganalisa kerja dengan seksama, mengatur prioritas, dan senantiasa berfokus pada hal apa yang paling bisa memberikan dampak atau nilai terbesar untuk setiap waktu yang telah di habiskan. Akhmad dari seberapa banyak aktivitas yang sudah kita rampungkan, melainkan sejak awal harus ditanyakan: seluruh aktivitas itu dilakukan untuk memenuhi tujuan apa.”

Efisiensi keja merupakan salah satu pendorong utama dalam kelancaran bisnis dan manajemen, dan ini tidak terlepas dari kultur organisasi dan kultur di dalam masyarakat tertentu. Kita harus mengingat bahwa dunia ini semakin tanpa batas dengan adanya perdagangan internasional dan teknologi yang semakin canggih sehingga memungkinkan bagi siapa saja untuk bersaing dalam segala bidang tanpa kecuali. Untuk bisa bersaing, tentulah tidak dapat dipungkiri betapa pentingnya kemampuan mengelola diri sendiri, yang antara lain dapat di lihat dari tingkat efisiensi kerja dan disiplin yang dimiliki oleh seseorang ataupun karyawan.


(9)

Menurut Dewi “Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.”

Efisiensi kerja yang baik dari setiap karyawan juga tidak terlepas dari adanya komunikasi yang baik antara pimpinan dengan karyawan ataupun antara sesama karyawan. Di era globalisasi sekarang ini komunikasi memiliki peranan yang sangat penting, karena komunikasi adalah media yang dipergunakan oleh manusia untuk membentuk suatu hubungan kemanusian yang harmonis. Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial ini berarti bahwa manusia tidak dapat terlepas dari individu lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi yang mempengaruhinya. Hubungan antar manusia terjadi dengan melakukan kegiatan berkomunikasi dengan lisan, tulisan ataupun dengan gerakan tubuh yang tanpa sengaja dilakukan sehingga dapat memberikan satu isyarat yang penting bagi orang lain.

Komunikasi telah ada sepanjang sejarah kehidupan manusia dalam memperluas wawasan seseorang melalui jalur informasi yang sudah ada. Dalam suatu perusahaan, komunikasi internal merupakan suatu kegiatan yang memiliki peranan yang sangat penting demi terciptanya tujuan organisasi, serta untuk dapat meningkatkan kerja sama baik secara vertikal yaitu antara atasan dan bawahan maupun secara horizontal yaitu antara sesama karyawan. Komunikasi internal terjadi setiap hari dengan menggunakan berbagai media dan memiliki tujuan yaitu

2


(10)

agar tercipta satu efektifitas dan efisiensi kerja yang baik dalam lingkungan perusahaan. Membangun dan memelihara sistem komunikasi yang efektif adalah fungsi pokok dari eksekutif perusahaan.

Berkomunikasi secara efektif adalah penting, akan tetapi tidak mudah untuk dilakukan. Adanya kesalahan dalam berkomunikasi dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar baik secara moral maupun materil. Untuk mengetahui apakah kegiatan atau program komunikasi yang dilakukan efektif atau tidak serta untuk mengukur kinerja dan kualitas dari eksekutif, pejabat, dan staf maka harus dilakukan audit komunikasi atas proses-proses komunikasi yang terjadi dalam satu organisasi secara berkala. Dengan demikian setelah diadakannya pemerikasaan dan evaluasi terhadap sistem komunikasi yang ada maka efektifitas dan efisiensi kerja dapat lebih ditingkatkan di kemudian hari.

PT.Perkebunan Nusantara III Medan merupakan salah satu perusahaan badan usaha milik Negara yang memberdayakan komunikasi internal untuk meningkatkan kelancaran dalam berorganisasi. PT. Perkebunanan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam badan usaha perkebunan. Perusahaan sangat mengharapkan setiap individu dalam organisasi dapat menciptakan komunikasi yang lancar dan baik demi kemajuan perusahaan dan tujuan perusahaan dapat tercapai, dan komunikasi internal ini memiliki peranan yang sangat besar demi tercapainya visi perusahaan yaitu “Menjadi perusahaan agrobisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola terbaik”.

Pelaksanaan komunikasi internal harus didukung oleh media komunikasi internal, dengan begitu seluruh kegiatan sehari-hari dalam perusahaan dapat


(11)

berjalan dengan lancar dan baik. Media komunikasi internal adalah suatu media yang dipergunakan untuk menyampaikan satu informasi ataupun berita kepada orang lain yang jangkauannya terbatas dalam ruang lingkup organisasi. Pada PT.Perkebunan Nusantara III Medan media komunikasi internal yang digunakan adalah telepon, fax, surat, annual report, printed material (kop surat, katu nama, memo), dan media pertemuan (rapat, briefing, dan diskusi). Dengan memanfaatkan media komunikasi internal yang ada maka komunikasi dua arah antara pimpinan dan karyawan atau antara sesama karyawan dapat tercipta suasana kerja yang tentram sehingga efisiensi kinerja karyawan dapat tercapai.

Visi PT.Perkebunan Nusantara III Medan adalah untuk menjadi perusahaan agrobisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola terbaik, maka keseriusan dari pihak manajemen dalam meningkatkan kualitas komunikasi juga dapat dilihat dari semakin tingginya kesadaran bahwa investasi pengadaan teknologi komunikasi untuk perkantoran merupakan kebutuhan yang sangat nyata. Bahkan salah satu teknologi yang berkembang sangat pesat adalah media komunikasi internet. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan sistem online pada PT.Perkebunan Nusantara IIIMedan.

Selain dengan aktivasi sistem online pada PT.Perkebunan Nusantara III Medan juga menyediakan media teknis komunikasi internal yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini yaitu sebagai berikut:

4


(12)

Tabel 1.1

Teknologi Komunikasi PT.Perkebunan Nusantara III Medan Kemampuan

Teknis Media Kuantitas Satuan

Teknologi Komunikasi

Telepon Faximile

LAN (Local Area Network)

WAN (Wide Area Network)

Internet (Speedy) 10 1 25 25 1 Line Line User User Line Teknologi Presentasi Laptop, LCD, Sound, Screen

1 Set

Tekonologi Pengganda Scanner Printer Mesin fotocopy 2 7 2 Unit Unit Unit Pengamanan Power supply

UPS

1 10

Unit Unit Sumber: PT.Perkebunan Nusantara 3 Medan Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa selain aplikasi sistem online teknologi lain juga banyak membantu komunikasi internal para karyawan PT.Perkebunan Nusantara III Medan dalam menyelesaikan seluruh pekerjaan kantor yang ada, tidak hanya sebatas itu saja dengan adanya penggunaan aplikasi online maka info terbaru dapat lebih cepat penyampaiannya kepada karyawan. Dengan adanya fasilitas komunikasi internal yang ada diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja karyawan di kantor.

Efisiensi kerja sangat dibutuhkan dalam penyelesaian tugas kantor sehari-hari, jika tidak adanya efisiensi maka banyak tugas-tugas perkantoran yang tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Hal ini menyebabkan penilaian yang buruk bagi kinerja karyawan bahkan dapat memberi citra buruk bagi nama perusahaan. Jika hal itu terjadi maka visi dan misi perusahaan tidak akan dapat tercapai. Dengan diberdayakannya komunikasi internal dalam perusahaan maka efisiensi kerja dapat tercapai.


(13)

Berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komunikasi Internal terhadap Efisiensi Kerja pada PT.Perkebunan Nusantara III Medan.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut “ Apakah komunikasi internal berpengaruh terhadap efisiensi kerja pada PT.Perkebunan Nusantara III Medan?”

C. Kerangka Konseptual

Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh komunikasi internal terhadap efisiensi kerja pada PT.Perkebunan Nusantara III Medan. Komunikasi meliputi suatu proses penyampaian pesan dengan baik dari seorang pemberi pesan kepada seorang penerima pesan ataupun kelompok. Komunikasi biasanya terjadi secara terencana dan berkesinambungan.

Komunikasi internal adalah bentuk pertukaran informasi dan ide di dalam organisasi antara pimpinan dan karyawan atau antara sesama karyawan (Sukoco 2007: 49). Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan timbal balik. Oleh karena itu dibutuhkan media komunikasi yang baik oleh para penerimanya, media penyampaian pesan dibutuhkan sebagai perantara dan dibutuhkan pula waktu yang tepat untuk menjamin keakuratan informasi maka tujuan komunikasi dapat tercapai

6


(14)

Dalam sebuah perusahaan, komunikasi digunakan sebagai sarana penyampaian pesan, motivasi, dan memberikan perintah kepada karyawan agar tujuan organisasi tercapai.

Efisiensi ialah suatu interaksi yang mengiginkan untuk mencapai tujuan utama tanpa membuang waktu dan sumber daya yang ada (Suranto 2005 : 136). Efisiensi kerja yang baik dapat dilihat dari kecepatan, keakuratan, kemurahan, dan kemudahan sistem komunikasi internal yang dipergunakan sehingga dapat tercipta satu komunikasi internal yang baik antara pimpinan dan karayawan, dan antar karyawan.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis merumuskan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Komunikkasi internal terhadap Efisiensi Kerja

Sumber : Sukoco (2007: 49)

Suranto (2005 : 136); data diolah

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual maka hipotesis penelitian ini adalah “Komunikasi internal berpengaruh terhadap efisiensi kerja pada PT.Perkebunan Nusantara III Medan”.

Komunikasi internal (X) 1. Penyampai dan

penerima pesan 2. Media komunikasi 3. Waktu Penyampaian

komunikasi

Efisiensi kerja (Y) 1. Cepat 2. Akurat 3. Murah 4. Mudah


(15)

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh komunikasi internal dalam meningkatkan efisiensi kerja pada PT.Perkebunan Nusatara III Medan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan yang berguna bagi perkembangan perusahaan dalam mempertimbangkan keputusan yang berhubungan dengan komunikasi internal dan efisiensi kerja.

b. Bagi Penulis

Memperluas wawasan penulis dalam bidang sumber daya manusia khususnya dalam memahami pengaruh komunikasi internal dalm meningkatkan efisensi kerja.

c. Bagi Pihak lain

Memberikan sumbangan pemikiran atau referensi bagi peneliti yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

8


(16)

F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional

Penelitian ini membahas tentang pengaruh komunikasi internal terhadap efisiensi kerja karyawan di PT.Perkebunan Nusantara III Medanbagian sumber daya manusia.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini, definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi terjadinya perubahan variabel terikat. Dalam penelitian ini komunikasi internal merupakan variabel bebas. Sukoco (2007: 49) mendefinisikan komunikasi internal ialah proses komunikasi yang terjadi di suatu kantor dan hanya melibatkan orang-orang yang menjadi bagian internal suatu oraganisasi perkantoran (publik internal).

2. Variabel terikat (dependent variable)

Varabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah efisiensi kerja. Efisiensi kerja ialah perbandingan antara hasil yang diperoleh dari suatu mekanisme dengan tenaga yang dipergunakan. Teknologi komunikasi dapat menghemat waktu dan tenaga, sehingga produktivitas dapat ditingkatkan atau setidaknya dapat dipertahankan.

Lebih lanjut Suranto (2005: 135) mengemukakan dengan bantuan teknologi pekrjaan kantor menjadi lebih efisien dalam arti sesuai dengan indikator bahwa penyelesaian pekerjaan menjadi lebih cepat, akurat, murah, dan mudah.


(17)

Cepat yaitu efisiensi waktu berarti bahwa pelayanan dan penyelesaian pekerjaan menjadi lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan menjadi berkurang sedangkan hasil pekerjaan dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Akurat yaitu efisiensi target, yakni hasil dari pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat maksimal sesuai dengan target yang ditetapkan baik secara kuantitas maupun kualitas.

Murah yaitu efisiensi biaya artinya dengan menggunakan tekonologi komunikasi justru lebih hemat. Mudah yaitu efisiensi tenaga dan pikiran, bahwa dengan menggunakan teknologi komunikasi penyelesaian pekerjaan menjadi lebih sederhana, lebih ringan, dan lebih mudah.

3. Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran yang dipergunakan adalah skala likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial, (Sugiyono 2004: 86). Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian ini, maka setiap variabel diberi skala 1 sampai 5, seperti berikut:

Skala 5 = sangat setuju Skala 4 = setuju Skala 3 = ragu-ragu Skala 2 = tidak setuju Skala 1 = sangat tidak setuju

Mekanisme operasional variabel dapat dilihat dari Tabel 1.2 sebagai berikut:

10


(18)

Tabel 1.2

Definisi Operasional Variabel N

o Variabel Definisi Variabel Indikator

Skala Penguk

uran

1 Komunikasi Internal (X)

Komunikasi internal adalah bentuk pertukaran informasi dan ide di dalam organisasi antara pimpinan dan karyawan atau antara sesama karyawan

1. Penyampai dan penerima pesan 2. Media komunikasi 3. Waktu komunikasi Skala Likert

2 Efisiensi (Y) Efisiensi ialah suatu

interaksi yang mengiginkan untuk mencapai tujuan utama tanpa membuang waktu dan sumber daya yang ada 1.Cepat 2. Akurat 3. Murah 4. Mudah Skala Likert

Sumber: Sukoco (2007: 49)

Suranto (2005 : 136); data diolah

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di PT.Perkebunan Nusantara III Medan yang berlokasi di Jl. Sei Batanghari no. 2 Medan. Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2009 sampai dengan bulan Februari 2010.

5. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh karyawan bagian sumber daya manusia di PT.Perkebunan Nusantara III Medan yang berjumlah 50 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah sensus.

2. Teknik Pengambilan sampel

Manurut Arikunto (2006: 120) apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik seluruhnya sebagai sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil


(19)

populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini karena pupolasinya kurang dari 100 orang maka keseluruhan populasi akan diambil sebagai sampel.

Dengan dasar pendapat tersebut diatas maka sampel penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian sumber daya manusia di PT.Perkebunan Nusantara III Medan yang berjumlah 50 orang. Penarikan sampel menggunakan metode sampel jenuh yaitu penentuan sampel apabila semua anggota populasi di gunakan sebagai sampel atau yang disebut juga dengan sensus (Sugiyono 2004: 78).

6. Jenis dan Sumber Data

Pengambilan data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

1. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi (Ruslan 2008: 29).

2. Data sekunder merupakan data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan (Ruslan 2008: 30). Data sekunder meliputi data mengenai sejarah dan perkembangan perusahaan, data struktur organisasi dan urian tugas perusahaan, data jumlah karyawan, buku-buku ilmiah dan literature lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian yang diteliti.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan untuk memperoleh data dan bahan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

12


(20)

1. Kuesioner

Kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada responden yang terpilih, yakni kepada karyawan PT.Perkebunan Nusantara 3 Medan.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dapat dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan tulisan dari perusahaan serta sumber-sumber lain yang berhubungan.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

1) Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan (kuesioner) dalam mendefinisikan suatu variabel. Menurut Nugroho (2005:68) Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut:

a) Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid b) Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

2) Uji Realibilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji realibilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel. Menurut Nugroho (2005:72) realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,6. Untuk uji validitas dan realibilitas awal, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30


(21)

orang responden yang diambil pada bagian umum PT.Perkebunan Nusantara III Medan.

Uji validitas dan realibilitas dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan bermutu. Uji validitas dan realibilitas dilakukan terhadap alat penelitian dalam hal ini adalah kuesioner. Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan alat (instrumen) dapat menjawab tujuan penelitian sedangkan reliabel artinya konsisten atau stabil. Pada penelitian ini, uji validitas dan realibilitas dilakukan dengan metode sekali ukur (one shot method), dimana pengukuran dengan metode ini cukup dilakukan satu kali. Untuk uji validitas dan realibilitas awal, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden awal diluar sampel yaitu karyawan pada bagian umum PT.Perkebunan Nusantara III Medan. Maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k, k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel. Jadi df = 30 - 18 = 12, maka r-tabel = 0.532. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan

SPSS 12.00 dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid 2. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

R hitung dapat dilihat pada kolom corrected item – total correlation

Tahap survey peneliti akan menyebarkan kuesioner berisikan 18 pertanyaan yang terdiri dari variabel komunikasi internal dan variabel efisiensi kerja. Pada Tabel 1.3 dapat dilihat uji validitas di bawah ini:

14


(22)

Tabel 1.3

Validitas Butir Pertanyaan Butir

Pertanyaan

Corrected item –

total corelation Rtabel Keterangan

P1 .743 0.532 Valid

P2 .746 0.532 Valid

P3 .588 0.532 Valid

P4 .736 0.532 Valid

P5 .746 0.532 Valid

P6 .670 0.532 Valid

P7 .784 0.532 Valid

P8 .741 0.532 Valid

P9 .635 0.532 Valid

P10 .680 0.532 Valid

P11 .637 0.532 Valid

P12 .663 0.532 Valid

P13 .763 0.532 Valid

P14 .575 0.532 Valid

P15 .745 0.532 Valid

P16 .669 0.532 Valid

P17 .661 0.532 Valid

P18 .768 0.532 Valid

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 12.00, November 2009

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa 18 butir pertanyaan valid dengan nilai Rhitung > Rtabel. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan tersebut valid dan layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

Hasil uji realibilitas berdasarkan data yang diolah peneliti dengan bantuan

SoftwareSPSS ver. 12.00 dapat dilihat pada Tabel 1.4 di bawah ini:

Tabel 1.4 Realibilitas Kuesioner

Cronbach’s Alpha N of Items

0.950 18

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 12.00, November 2009

Tabel 1.4 menunjukkan bahwa Rhitung (0.950) > Rtabel (0.60). Menurut Nugroho (2005: 72) “Realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0.60”. Maka dapat disimpulkan bahwa


(23)

pertanyaan yang terdapat pada kuesioner adalah realibilitas dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

9. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Deskriptif

Metode deskriptif adalah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tata cara penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan populasi berdasrkan data dalam suatu bagian populasi tersebut dengan menyusun data, mengelompokkan kemudian menganalisis dan menfinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang masalah yang diteliti.

2. Metode Kuantitatif

Metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Penulis menganilisis data dengan menggunakan metode analisis regresi linier sederhana. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Y = a + bX + e , (Sugiyono 2004: 211) Dimana :

Y = Efisiensi kerja X = Komunikasi internal a = Konstanta

b = Koefisien Regresi e = Standar eror

3. Pengujian Hipotesis a. Uji-t (Uji parsial)

16


(24)

Dilakukan uji t, yaitu secara parsial untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh komunikasi dengan variabel bebas terhadap efisiensi sebagai variabel terikatnya.

H0 : b1 = 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Ha: b1 ≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambil keputusan:

H0 diterima jika t hitung <t tabel α = 5% Ha diterima jika t hitung >t tabel α = 5%

b. Koefisien determinan (R2) berfungsi untuk mengetahui signifikasi variabel. Koefisien determinan menunjukkan besarnya kontribusi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Semakin besar nilai determinasi maka semakin baik kemampuan variabel bebas menerangkan variabel terikat. Jika koefisien determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap variabel terikat. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika determinasi (R2) semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat.


(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian terdahulu

1. Rebecca (2005), skripsi: “Pengaruh sistem komunikasi terhadap efisiensi pada karyawan PT.Swadharma Sarana Informatika Medan.” Dengan hasil penelitian sebagai berikut: “Sistem komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi karyawan sebesar 22,22%.” Artinya bahwa efisiensi kerja dipengaruhi oleh komunikasi sebesar 22,22% dan 77,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain 2. Tarigan (2006), skripsi: “Analisis pengaruh komunikasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Twins Sukses Abadi Belawan.” Dengan hasil penelitian sebagai berikut: “Angka R square sebesar 0,318 menunjukkan bahwa 31,8% kinerja karyawan (variabel dependen) dapat dijelaskan oleh komunikasi (variabel independent) sedangkan sisanya 68,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.

B. Teori Komunikasi

Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya saling membutuhkan satu sama lain. Agar dapat saling berinteraksi maka diperlukan suatu media yang bisa membantu terjadinya interaksi tersebut yaitu komunikasi.

Muhammad (2004: 4) mendefinisikan komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Sedangkan menurut kamus, defenisi komunikasi dapat meliputi ungkapan-ungkapan seperti berbagai informasi atau pengetahuan,


(26)

memberi gagasan atau bertukar pikiran, informasi atau yang sejenisnya dengan tulisan atau ucapan.

Komunikasi selain terjadi diantara manusia juga dapat terjadi diantara manusia dengan mesin (khususnya komputer) atau sebaliknya. Komunikasi dapat dibedakan dalam dua klasifikasi, yaitu berkomunikasi kelompok dan komunikasi massa. Komunikasi kelompok meliputi kelompok besar dan kelompok kecil, yang didalamnya setiap orang tetap pada identitas mereka masing-masing, seperti didalam ruang kelas, kantor atau klub olah raga. Komunikasi massa disampaikan kepada kelompok orang yang sangat besar melalui media massa. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal, yaitu dengan kata-kata, sedangkan secara non verbal berarti tanpa kata-kata.

Kegiatan komunikasi tersebut secara sederhana tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mengandung unsur persuasi, yakni agar

orang lain bersedia menerima pemahaman dan pengaruh, mau melakukan suatu perintah, bujukan dan sebagainya.

Himstreet dan Betty mengemukakan dalam Komunikasi Bisnis seperti yang dikutip oleh Purwanto (2002: 3) bahwa “Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol, sinyal maupun prilaku dan tindakan.” Dalam suatu perusahaan pelaksanaan kegiatan komunikasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi interna dan komunikasi eksternal.

Beberapa pengetian komunikasi internal yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:


(27)

Komunikasi internal adalah pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisai) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).

Lebih lanjut Zelko dan Dance seperti yan dikemukakan oleh Muhammad (2004: 66), “Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya.”

Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi internal adalah kegiatan penyampaian informasi dan pertukaran gagasan didalam perusahaan, yang melibatkan atasan dan seluruh karyawan. Komunikasi ini hanya terjadi di dalam lingkungan perusahaan itu sendiri dan merupakan proses dua arah.

C. Komunikasi Internal

Pesan yang hendak disampaikan oleh komunikator kepada komunikan harus melalui satu proses agar pesan tersebut diterima dengan baik. Muhammad (2004: 68), mendefinisikan “Proses komunikasi internal adalah satu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya sehingga menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus-menerus dan tidak ada henti-hentinya.”

20


(28)

Pada hakekatnya proses komunikasi internal merupakan penyampaian pendapat, pikiran, atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam organisasi pandapat ataupun informasi ini ditujukan kepada atasan bisa juga dari atasan kepada bawahan dan berupa perintah.

Komunikasi dapat berhasil apabila penyampaian pikiran, pendapat, atau perasaan tersebut dilakukan dengan satu emosi perasaan yang terkendali dan dikatakan gagal jika pada saat penyampaian dilakukan dengan emosi perasaan yang tidak terkendali.

Proses komunikasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu: a. Proses komunikasi secara primer

Effendy (2004: 11), menyatakan bahwa proses komunikasi secara primer adalah “ Proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.” Lambang yang dipergunakan dalam komunikasi secara primer berupa isyarat, bahasa, warna, gambar dan lain sebagainya yang secara langsung dapat dimengerti oleh komunikan mengenai pikiran atau perasaan dari seorag komunikator.

b. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah suatu cara penyampaian informasi kepada orang lain dengan menggunakan alat bantu sebagai media. Selanjutnya Effendy (2004: 16) mengartikan proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain sengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di


(29)

tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televise, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan beberapa unsur-unsur. Adapun unsur-unsur yang dimaksud yaitu:

a. Sender

Sender adalah komunikator (orang) yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

b. Encoding

Encoding adalah penyandian yaitu proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

c. Message

Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

d. Media

Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

e. Decoding

Decoding adalah satu proses di mana komunikan mengartikan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunkator.

f. Receiver

Receiver adalah komunikan yang menerima pasan dari komunikator

22


(30)

g. Response

Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah meneria satu pesan

h. Feedback

Feedback adalah umpan balik, yakni tanggapan dari komunikan yang ditujukan kepada komunikator

i. Noise

Noise adalah gangguan tidak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akaibat dari diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Secara sistematis maka gambaran proses komunikasi adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 : Proses komunikasi

Sumber : Effendy Onong Uchjana (2004 : 18)

D. Jaringan Komunikasi Internal

Jaringan komunikasi internal adalah pertukaran pesan dan informasi dalam suatu organisasi yang dilakukan oleh sejumlah orang dan menduduki posisi atau peranan tertentu. Pertukaran pesan tersebut berlangsung melalui suatu jalan tertentu pula. Karena jaringan komunikasi internal berkaitan dengan pola saluran

Sender Encoding

Message

Media

Decoding Receiver

Noise


(31)

komunikasi di antara anggota kelompok dan berbagai posisi dalam struktur organisasi.

Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh pola hubungan interaksi antara individu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi.

Banyak faktor yang mempengaruhi hakikat dan luasnya jaringan komunikasi beberapa di antaranya adalah hubungan dalam organisasi, arah arus pesan, dan isi pesan. Secara umum jaringan komunikasi dapat dibedakan atas dua bagian yaitu formal dan informal.

1. Formal

Jaringan komunikasi formal adalah aliran komunikasi internal yang memiliki struktur dan telah direncanakan sehingga tidak dapat lagi dihindari oleh organisasi. Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen ataupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda-beda.

Berdasarkan aliran pesan yang disampaikan maka jaringan komunikasi formal dapat dibagi menjadi empat bentuk yaitu:

a. Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication)

Komunikasi dari atas ke bawah adalah satu aliran komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan dan diteruskan kepada para karyawan. Menurut Gitosudarmo dan Sudita (2002: 211), “Komunikasi dari atas ke bawah adalah merupakan aliran komunikasi dari tingkat atas ke tingkat bawah melalui hirarki organisasi.” Bentuk aliran komunikasi dari atas kebawah meliputi prosedur

24


(32)

organisasi, instruksi tentang bagaimana melakukan tugas, umpan balik terhadap prestasi bawahan, penjelasan tentang tujuan organisasi dan lain sebagainya.

Seperti yang dikutip oleh Muhammad (2004: 108), Lewis mendefinisikan bahwa komunikasi dari atas ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pedapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi utnuk menyesuaikan diri dengan perubahan.

Arus komunikasi dari atas ke bawah tidak selalu berjalan dengan baik dan lancar, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah:

1. keterbukaan

2. kepercayaan pada pesan tulisan 3. pesan yang berlebihan

4. waktu 5. penyaringan

Menurut Katz dan Kahn (Purwanto 2002: 24) menyatakan bahwa komunikasi dari atas ke bawah mempunyai lima tujuan pokok yaitu:

1. Memberi pengarahan atau instruksi kerja

2. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan 3. Memberi informasi tentang prosedur dan praktek organisasional 4. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan

5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideology yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai. b. Komunikasi dari bawah ke atas (upward communication)


(33)

Komunikasi dari bawah ke atas merupakan satu proses aliran pesan yang berasal dari para karyawan dan ditujukan kepada atasan.

Purwanto (2004: 24) mendefinisikan bahwa “Komunikasi dari bawah ke atas adalah penyampaian informasi yang berasal dari bawah menuju ke atas.”

Upward communication di perlukan bagi seorang pimpinan untuk memecahkan semua permasalahan yang terjadi dalam organisasi sebelum seorang manajer membuat keputusan yang tepat terlebih dahulu harus memperhatikan semua aspirasi dari para bawahan ataupun karyawan.

Selanjutnya Muhammad (2004: 116), mendefinisikan “Upward communication adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam satu organisasi kecuali yang berada pada tingkat paling atas dapat berkomunikasi ke atas.” Komunikasi dari bawah ke atas dapat memberikan informasi tentang praktek kerja dan prestasi karyawan serta kebijakan organisasi.

Bagi seorang pimpinan komunikasi dari bawah ke atas merupakan satu sumber informasi ynag sangat penting dalam pembuatan keputusan, karena dengan adanya komunikasi ini maka pimpinan dapat mengetahui bagaimana pendapat para bawahan mengenai atasan, mengenai pekerjaan mereka, dan mengenai organisasi.

Menurut Smith(Goldhaber, 1986) seperti yang dikutip oleh Muhammad (2004: 117) mengemukakan bahwa komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan

26


(34)

untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi departemennya atau organisasinya.

Dengan kata lain komunikasi dari bawah ke atas digunakan untuk memonitor prestasi organisasi. Permasalahan yang sering terjadi adalah bawahan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan fakta karena dianggap hal tersebut dapat menyinggung perasaan atasan.

c. Komunikasi horizontal (horizontal communication)

Komunikasi horizontal ialah komunikasi ynag dilakukan oleh para karyawan yang memiliki tingkat jabatan sama ataupun setara.

Effendy (2004: 124) menyatakan bahwa komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf, karyawan sesama karyawan dan sebagainya. Komunikasi horizontal seringkali berlangsung tidak formal, karena mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada saat mereka bekerja melainkan pada saat istirahat, sedang rekreasi, atau pada waktu pulang kerja.

Lebih lanjut Hardjana (2003: 33) menyebutkan bahwa “Komunikasi horizontal adalah komunikasi antara rekan erja sejawat dalam bagian atau kelompok yang sama, atau antar petugas antar bagian yang sama tingkatnya misalnya antara manajer produksi dengan manajer personalia.”

Dari kedua definisi di atas dapat diartikan bahwa komunikasi horizontal adalah pertukaran informasi yang berlangsung di antara orang-orang yang memiliki jabtan yang sama atau sejajar, misalnya komuniasi yang terjadi antara karyawan bagian produksi dengan karyawan bagian keuangan. Pada dasrnya komunikasi horizontal ini berguna untuk koordinasi kerja organisasi dalam perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.


(35)

d. Komunikasi diagonal (cross communication)

Komunikasi diagonal merupakan satu aliran komunikasi dari orang-orang yang memiliki tingkatan atau jabatan ayng berbeda dan tidak memiliki wewenang secara langsung, misalnya komunikasi yang terjadi antara manajer keuangan dengan kepala subbagian pengendalian mutu.

Komunikasi diagonal digunakan untuk menigkatkan efisiensi kerja, memecahkan masalah antar bagian, dan meminta pertimbangan dari pihak manajemen.

2. Informal

Jaringan komunikasi internal secara informal adalah komunikasi yang terjadi antara individu secara pribadi dalam organisasi tanpa memperdulikan pangkat atau jabatan yang dimilikinya sehingga dapat berkomunikasi lebih leluasa dan mengalir di luar rantai perintah formal organisasi.

Topik pembicaraan juga menyangkut hal-hal yang umum seperti masalah keluarga, dunia olahraga, musik, dan acara film. Akan tetapi kadang-kadang perbincangan juga berkaitan dengan situasi kerja yang ada dalam organisasi.

Purwanto (1997: 29) menyatakan “Apabila jaringan informal tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu tugas antar bagian atau antar departemen, penyebaran informasi akan menjadi lebih efisien daripada bila melalui supervisor.”

28


(36)

E. Jenis Komunikasi Internal

Komunikasi internal dapat dilakukan melalui berbagai cara sehingga dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Komunikasi personal (personal communication)

Komunikasi personal ialah komunikasi yang berlangsung di antara dua orang dan dapat berlangsung melalui dua cara yaitu komunikasi tatap muka dan komunikasi dengan media. Komunikasi personal dengan tatap muka berlangsung secara dialogis dan saling menatap sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact). Sedangkan komunikasi bermedia adalah komunikasi terjadi dengan menggunakan alat, contohnya telepon atau mesin fax. Karena komunikasi dilakukan dengan media tertentu maka tidak terjadi suatu kontak pribadi di antara kedua pihak komunikan.

b. Komunikasi kelompok (group communication)

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan sekelompok orang yang berlangsung secara tatap muka, misalnya rapat. Dalam komunikasi ini kelompok dapat dibagi menjadi dua yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang manajer dengan beberapa karayawan sehingga memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang di antaranya untuk mengemukakan tanggapan secara verbal.

Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang terjadi antara pimpinan organisasi dengan beberapa atau seluruh bagian yang ada dalam perusahaan, sehingga kecil kesempatan bagi komunikator untuk berdialog dengan


(37)

komunikan dan tercipta satu situasi komunikasi dimana hampir tidak ada kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.

F. Media Komunikasi Internal

Media komunikasi adalah satu alat yang digunakan untuk memperlancar seluruh pelaksanaan kegiatan komunikasi. Agar komunikasi internal dapat berjalan dengan baik dan lancar maka diperlukan media yang tepat untuk mendukung kelancaran arus komunikasi. Pada komunikasi internal media yang digunakan hanya terbatas dalam lingkugan organisasi atau perusahaan. Media komunikasi internal dapat diagi menjadi dua yaitu:

1. Media Tulisan

Media komunikasi tulisan adalah satu cara yang digunakan dalam penyaluran pesan kepada pihak lain melalui tulisan. Berdasarkan arah aliran komunikasi media komuikasi internal tulisan terbagi tiga yaitu:

1. Media komunikasi ke bawah tertulis

Komunikasi ke bawah tertulis adalah penyaluran pesan dari atasan kepada bawahan dan terlebih dahulu harus ditetapkan media komunikasi yang digunakan, agar komunikasi yang berlangsung dapat berjalan secara efektif. Bagian yang saling berhubungan dengan penetapan media komunikasi tertulis adalah bagian personalia, bagian humas, dan bagian pelayanan umum. Penyampaian pesan dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. uraian tugas (job description)

b. buku pedoman pelaksanaan tugas

30


(38)

c. majalah atau bulletin d. papan pengumuman e. memo

f. laporan tahunan

2. Media komunikasi ke atas tertulis

Komunikasi ke atas tertulis adalah komunikasi yang brlangsung antara karyawan dengan pihak manajemen kantor dan terjadi dengan saling tatap muka. Karyawan dapat menyampaikan pesan atau gagasannya melalui beberapa media, diantaranya yaitu:

a. kotak saran

b. program saran (suggestion programme) c. grievance procedure

3. Media komunikasi horizontal tertulis

Komunikasi horizontal tertulis adalah komunikasi yang berlangsung di antar karyawan dalam tingkatan manajemen yang sama. Komunikasi horizontal bertujuan untuk mendapatkan koordinasi antar bagian sehingga dalam melaksanakan tugas tidak terjadi kesalahan. Media komunikasi yang digunakan untuk mengirim dan menerima informasi adalah memo dan nota antar bagian.

2. Media Lisan

Komunikasi internal lisan adalah suatu cara penyampaian informasi dilakukan secara lisan tanpa menggunakan tulisan sebagai bukti. Berdasarkan aliran pesan yang disampaikan, komunikasi internal lisan dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:


(39)

2. Laporan pertanggung jawaban 3. Pertemuan

4. Telepon 5. Wawancara 6. Kunjungan kerja 7. Konfrensi

G. Hambatan Komunikasi Internal

Proses komunikasi merupakan suatu proses yang sangat kompleks sehingga permasalahan dapat terjadi pada tingkat individu, kelompok, maupun organisasi. Hambatan adalah gangguan yaitu segala sesuatu yang menganggu kelancaran komunikasi serta akan menghambat kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan.

Gitosudarmo (2000: 213) menyatakan bahwa hambatan utama dari komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Menilai Sumber

Menilai sumber maksudnya ialah penafsiran terhadap satu pesan sangat dipengaruhi oleh orang yang mengirimkan pesan tersebut, bahkan pengalaman masa lalu dari seorang komunikator akan sangat mempengaruhi pandangan dan reaksi komunikan terhadap gagasan atau pesan tersebut.

b. Tekanan Waktu

Keterbatasan waktu adalah yang sangat sering trjadi. Seorang manajer tidak memiliki banyak waktu untuk berkomunikasi dengan setiap bawahannya, karena mereka terlalu sibuk sehingga informasi penting sering terlewatkan.

32


(40)

c. Masalah Bahasa

Kegiatan komunikasi merupakan satu proses simbolis yang sangat tergantung pada kata-kata dan mengandung arti tertentu. Sering seseorang berfikir bahwa ia telah berbicara dengan bahasa yang tepat dan dapat di mengerti oleh orang lain, namun kata-kata yang diucapkannya sama sekali tidak dimengerti oleh orang lain.

d. Penyaringan

Penyaringan sangat erat kaitannya dengan pengolahan pesan, terutama mengenai informasi yang negatif. Hal ini sering terjadi pada aliran komunikasi dari bawah ke atas.

e. Mendengarkan secara selektif

Mendengarkan secara selektif telah menjadi satu permasalahan besar dalam penyampaian pesan ataupun informasi karena seseorang hanya mendengarkan hal-hal tertentu dari informasi yang diberikan serta tidak memperdulikan bagian lainnya dari informasi tersebut.

f. Bahasa kelompok

Kelompok professional pada umumnya akan menggunakan istilah teknis yang hanya dapat di mengerti oleh anggota kelompok saja. Pemakaian istilah teknis seperti overheadcrost, break event point,dan convinience goods dan lain sebagainya sering dipakai oleh para ahli ekonomi dan tidak dimengerti oleh kelompok lainnya sehingga mengakibatkan adanya gangguan dalam komunikasi.


(41)

H. Mengatasi hambatan-hambatan komunikasi internal

Komunikasi yang efektif sangat tergantung pada kualitas proses komunikasi baik pada tingkat individu maupun pada tigkat organisasi. Untuk mengatasi hambatan-hambatan komunikasi dan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dapat dilakukan melalui beberapa hal yaitu sebagai berikut:

1. Penentuan waktu yang efektif

Permasalahan yang ditemukan dalam komunikasi antar pribadi adalah komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan pada saat seorang komunikan belum siap untuk menerima pesan tersebut. Pesan yang disampaikan juga tidak sistematis sehingga komunikan tidak dapat mengerti mengenai pesan yang disampaikan. Langkah yang tepat untuk memperbaiki hambatan ini adalah dengan memilih waktu yang tepat untuk melakukan komunikasi sehingga pasan atau infromasi dapat disampaikan secara sistematis, ringkas dan mudah untuk di mengerti oleh seorang komunikan.

2. Menggunakan bahasa yang sederhana

Penggunaan istilah ilmiah akan menyebabkan komunikasi sulit untuk dipahami oleh komunikan. Gagasan yang ilmiah dan bagus tidak harus disampaikan dengan bahasa ilmiah. Untuk itu bahasa yang digunakan harus sederhana dan dapat dimengerti oleh komunikan.

3. Mendengarkan secara efektif

Komunikasi yang efektif dapat ditingkatkan melalui mendengarkan secara efektif. Komunikan tidak akan dapat mendengarkan pesan dengan baik apabila situasi dan kondisi lingkungan penuh dengan suara yang mengganggu. Melalui mendengarkan secara efektif komunikan akan merasa tergerak hatinya untuk

34


(42)

mengutarakan pendapatnya, keinginannya, serta perasaannya terhadap pesan yang disampaikan.

Mendengarkan secara efektif tidak hanya dilakukan oleh komunikan, seorang manajer juga harus dapat mendengarkan secara efektif agar informasi yang disampaikan oleh bawahan dapat diterima dengan baik pula dan dapat menghindari kesalahpahaman.

4. Meningkatkan umpan balik

Kesalahpahaman dapat dikurangi jika proses umpan balik dapat dilakukan dengan baik. Seorang manajer memerlukan adanya suatu umpan balik dari para karyawan terhadap pesan yang disampaikan, sehingga ia tahu apakah pesannya sudah diterima, dipahami, dan telah dilaksanakan atau tidak

5. Pengulangan

Untuk meningkatkan efektifitas komunikasi cara yang paling tepat ialah dengan mengulangi pesan yang disampaikan. Pengulangan akan membantu komunikan atau pendengar untuk menginterprestasikan pesan serta memahami pesan pada saat pertama kali didengar.

I. Hubungan Komunikasi internal dengan efisiensi kerja

Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari setiap organisasi merupakan satu kesatuan yang kompleks yang berusaha mengalokasikan sumber dayanya secara rasional demi tercapainya tujuan , walaupun rasionalisasi yang sempuran jarang tercapai. Usaha untuk mencapainya tetap merupakan ciri dari manajemen modern, pada umumnya orang percaya bahwa makin rasional suatu organisasi makin besar upayanya pada kegiatan yang mengarah ke tujuan tersebut. Manajemen yang baik adalah manajemen yang dapat memanfaatkan sumber daya


(43)

yang tersedia dengan tujuan untuk mencapai dan memelihara tingkat operasi yang efektif. Penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan perusahaan akan menciptakan kesesuain kerja, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab serta komunikasi internal yang baik dapat meningkatkan efisiensi kerja.

Keberadaan teknologi komunikasi seharusnya dapat mendukung peningkatan efisiensi kerja dalam satu perusahaan, artinya adalah degan teknologi komunikasi tersebut maka dapat menghemat tenaga dan waktu bahkan produktivitas dapat lebih ditingkatkan atau dipertahankan. Semakin baik penggunaan teknologi komunikasi maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi kerja dalam satu perusahaan, karena dengan adanya bantuan teknologi maka pekerjaan kantor dapat lebih cepat untuk diselesaikan. Suranto (2005: 135) mengatakan “ dengan bantuan teknologi itu, pekerjaan kantor menjadi lebih efisien dalam arti sesuai dengan indikator bahwa penyelesaian pekerjaan menjadi lebih cepat, akurat, murah, dan mudah”.

36


(44)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT.Perkebunanan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam badan usaha perkebunan. Perusahaan ini mempunyai lintasan sejarah yang diawali dengan proses pengambil alihan perusahaan. Perusahaan perkebunan Belanda pada tahun 1958 oleh pemerintah RI yang dikenal sebagai proses “Nasionalisasi” Perusahaan Perkebunan asing menjadi perseroan Perkebunan Negara (PPN). Embiro yang turut membentuk perusahaan berasal dari NV Rubber Cultuur Maatchappij Amsterdam (RCMA) dan NV Culturur Kij’ de Oeskut (CMO) yang merupakan perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak jaman colonial pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Langkah awal perusahaan dimulai pada tahun 1958 dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara Baru Cabang Sumatera Utara (PPN Baru). Setelah mengalami beberapa kali perubahan bentuk/status badan hukum sejalan dengan Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang ada, pada tahun 1968 PPN tersebut Peraturan Pemerintah (PP) yang ada, pada tahun 1968 PPN tersebut diorganisasikan menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk Hukumnya dialihkan menjadi PT. Perkebunan (Persero).

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas terhadap kegiatan usaha BUMN, Pemerintah telah merencanakan program restrukrisasi BUMN sub


(45)

sektor perkebunan melalui penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi.

Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, terdiri dari 3 perkebunan yaitu :

1. PT. Perkebunan II (Persero) 2. PT. Perkebunan IV (Persero) 3. PT. Perkebunan V (Persero)

Ketiga PT. Perkebunan ini disatukan pengelolanya oleh Direksi PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Selanjutnya melalui peraturan pemerintah Nomor : 8 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 ketiga perusahaan tersebut yang wilayah kerjanya di Provinsi Sumatera Utara digabungkan menjadi satu Perusahaan dengan nama Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akta Notaris Harun Kamil, SH Nomor : 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan Nomor : C2-8331.HT.01.TH.96.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Republik Indonesia/Kepala Badan Pembina BUMN No. KEP.213/M-MBU/2003 tanggal 5 Juni 2003, susunan Komisaris Perseroan adalah sebagai berikut :

Komisaris Utama : H. Soegiat

Komisasris : Mulyohadi Sastrodarmodjo Chairuddin P. Lubis

Aries Mufti

Heri Sebayang

38


(46)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. KEP.245/MBU/2003 tanggal 19 Juni 2003 tentang pembentukan Nusantara III dengan susunan sebagai berikut:

Direktur Utama : Ir. H. Amri Siregar

Direktur Produksi : Ir. Amal Bakti Pulungan, MM Direktur Keuangan : Drs. Johannes Sitepu, Ak Direktur Perencanaan dan

Pengembangan : Dr. Ir. H. Chairul Muluk

Direktur SDM : H. M. Rachmat Prawirakesumah, SE, MM

Berdasarkan SK Nomor : KEP-181/MBU/2008 s/d KEP-194/MBU/2008. Dewan Komisaris PTPN III telah diganti pada tanggal 13 Oktober 2008. Susunan Komisaris, adalah :

Komisaris Utama : Achmad Manggabarani

Komisaris : Deddy Suwardi

S. Marbun S. Herry Sucipto Herry Sebayang Herman Hidayat

B.Visi, Misi dan Tata Nilai (Values) Perusahaan 1. Visi Perusahaan

Pernyataan visi perusahaan :

“Menjadi perusahaan agrobisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola terbaik pada tahun 2008”.


(47)

2. Misi Perusahaan

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3. Memperlakukan karyawan sebagai asset strategi dan mengembangkannya secara optimal.

4. Berupaya menjadi perusahaan terpilih yang memberikan “Imbalan Hasil” terbaik bagi para investor.

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis. 6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan

komunitas.

7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

3. Tata Nilai (Values)

Perusahaan memilki komitmen untuk menjunjung tinggi integritas profesional dan melaksanakan tata nilai yang berbasis :

1. Team Work : Selalu mengutamakan kerja sama team agar

mampu memberikan kinerja optimal bagi perusahaan.

2. Innovation : Selalu menghargai kreativitas dan menghasilkan

inovasi dalam metode baru dan produk baru.

3. Excellence : Selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan

berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai dengan kompetensi perusahaan.

40


(48)

4. Proactivity : Selalu bersikap proaktif, dengan penuh inisiatif dan mengevaluasikan resiko yang mungkin terjadi.

5. Responsibility : Selalu bertanggung jawab atas akibat yang diambil

dan tindakan yang dilakukan.

C.Maksud dan Tujuan Perusahaan

Sesuai dengan akte Pendirian Perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususunya disektor pertanian. Sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perushaan yang sehat berlandaskan kepada asas :

1. Mempertahankan dan meningkatkan kontribusi pendapatan nasional dari sektor perkebunan melalui upaya peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas. 2. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususunya.

3. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air, serta kesuburan tanah.

Tujuan perusahaan ditentukan berdasarkan visi, misi dan tata nilai dan faktor strategi perusahaan dalam jangka panjang. Untuk mencapai maksud dan


(49)

tujuan perusahaan tersebut, maka PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) mau tidak mau, suka tidak suka harus melakukan perubahan untuk menghadapi perdagangan bebas dengan tingkat kompetisi dengan dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola dan meningkatkan kualitas perusahaan. Sebuah perusahaan harus sadar bahwa untuk dapat bersaing di pasar global ini harus dapat menunjukkan kompetensinya sesuai dengan persyaratan pasar kalau tidak akan mengalami apa yang disebut dengan “Konsekuensi Seleksi Alama”. Agar PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) melaksanakan Program Tranformasi Bisnis (PTB). Sadar akan tantangan dimasa mendatang ini, PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) telah mengambil inisiatif untuk melakukan peruabahan metode

Konfrehensif yang mampu menuntun dalam melakukan perubahan dan pembaharuan.

Program Transformasi Bisnis ini memuat uraian konfrehensif dan sistematis tentang :

1. Tuntutan perubahan yang mendasari Program Transformasi Bisnis (PTB). 2. Rumusan Paradigma Bisnis dan The Winning Formula sebagai respon atau

jawaban perusahaan terhadap tuntutan perubahan tersebut.

3. The Business Success Modal merupakan terjemahan The Winning

perusahaan dan berisikan Indikator kinerja utama serta upaya strategi untuk mencapainya.

4. Tahapan pembaharuan dari tahun ke tahun.

42


(50)

D. Rumusan Paradigma Baru PT. Perkebunan Nusantara III

Sadar bahwa tanggung jawab pembangunan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ada pada seluruh karyawan, untuk itu kami bertekad mewujudkan Paradigma Bisnis Baru PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) :

1. Perubahan, perbaikan dan peningkatan metode dan kinerja adalah suatu keharusan.

2. Kepuasan pelanggan menjadi perioritas utama untuk memenangkan persaingan.

3. Setiap kegiatan bisnis harus menghasilkan Nilai Tambah bagi perusahaan. 4. Pengembangan hubungan industrial yang egaliter berdasarkan

keterbukaan, kesetaraan dan kebhinekaan.

5. Pengembangan SDM yang terintegrasi untuk membangun capital insani (Human) dan intelektual yang dibutuhkan perusahaan.

6. Kepemimpinan yang efektif membangun pengaruh melalui kemampuan mengajar dan membagi ilmu, membina hubungan baik dan menjadi panutan.

7. Penghargaan diberikan kepada karyawan berdasarkan kompetensi dan kinerjanya.

8. Efektivitas operasional harus didukung oleh struktur organisasi yang sederhana dan dinamis.

9. Pemanfaatan teknologi sebagai perangkat untuk peningkatan produktivitas kerja dan keunggulan kompetitif.


(51)

11. Setiap tugas dan operasional perusahaan dilaksanakan dengan cepat tanggap, cepat tindak lanjut, tuntas, berkualitas dan penuh tanggung jawab. 12. Seluruh aktivitas perusahaan harus berorientasi pada peningkatan mutu

dan lingkungan.

E. Strategi Perusahaan

a. Menjalin dan membangun hubungan sinerjik yang efektif dengan mitra strategi untuk mewujudkan peluang bisnis.

b. Melaksanakan manajemen dan penggerakan pasar, sensitif terhadap kecenderungan industri dan penggerakan pasar, serta mencermati pesaing. c. Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kemampuan-labaan serta

pendapatan dan arus kas.

d. Mematuhi aturan-aturan SHE (Savety, Healty and Environment) yaitu keselamatan, kesehatan dan lingkungan.

e. Melaksanakan keunggulan operasional agar perusahaan menjadi penetapan harga yang efektif (cost effective).

f. Membangun budaya kerja yang kondusif dengan melaksanakan tata nilai dan paradigma baru.

g. Membangun dan mengimplementasikan manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi dan kinerja.

44


(52)

F. Komoditi Perusahaan

a. Kelapa Sawit - Minyak Sawit dan Inti Sawit

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadikan minyak dan inti sawit sebagai komoditi utama yang memberikan kontribusi besar bagi pendapatan perusahaan, mutu produk minyak dan inti sawit yang dihasilkan Perusahaan sudah dikenal di pasar lokal dan internasional dengan pasokan yang tepat waktu kepada pembeli.

b. Karet - Lateks, CrumbRubber dan RubberSmokeSheet

Di Seantero dunia, Sumatera dikenal sebagai penghasil karet bermutu tinggi, lebih kurang dari 54,000 hektar lahan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) diusahakan untuk menghasilkan karet kualitas terbaik di dunia. mutu produk RSS-1, SIR-10, SIR-20 dan Lateks Pekat mampu menembus pasar Internasional, disejumlah pabrik ban terbesar seperti Bridgestone, Good Year, Firestone, Han Kook dan lainya.

c. Industri Hilir Karet - Rubber Threads, Rubber Dockfender, Rubber

Article, Rubbber Cowmat, Conveyor Belt, Rubber Karlet dan Resin

Pabrik industri hilir karet didirikan pada tahun 1965 untu mengantisipasi perubahan fluktuasi pada karet alam dan persaingan kuat karet PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sekarang ini memiliki 3 fasilitas pengolahan yang disebut dengan Pabrik Rubber Thread, Pabrik Rubber Article dan Pabrik Cyclized Rubber Resin. Rubber Threads, Rubber Dockfender, Rubber Article, Rubbber Cowmat, Conveyor Belt, Rubber Karlet dan Resin, adalah produk utama pabrik-pabrik tersebut. Produk perusahaan telah menerima Indonesian Industries Standard (SII)


(53)

Certificate, international quality certificate ISO 9001 : 2000 dan ISO 14001 : 1996, TUV dan OCOTEX.

Untuk mengelola komoditi di atas, PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan memiliki beberapa daerah bagian perkebunan, antara lain :

Kode Kebun Nama Kebun

00 Kantor Direksi

01 Distrik Manager Labuhan Batu I (DLAB-1) 02 Kebun Sei Meranti (KSMTI)

03 Kebun Sei Daun (KSDAN)

04 Kebun Torgamba (KTORA)

05 Pabrik Kelapa Sawit Sei Meranti (PSMTI) 06 Pabrik Kelapa Sawit Sei Daun (PSDAN) 07 Pabrik Kelapa Sawit Torgamba (PTORA) 08 Kebun Bukit Tujuh (KBUTU)

09 Distrik Manager Labuhan Batu II (DLAB-2) 10 Kebun Sei Baruhur (KSBAR)

11 Kebun Aek Torop (KATOR)

12 Kebun Sisumut (KSSUT) 13 PIR - Aek Roso (KPARO) 14 PIR - Lokal Selatan (KPSEL)

15 Pabrik Kelapa Sawit Sei Baruhur (PSBAR) 16 Pabrik Kelapa Sawit Aek Roso (PPARO) 17 Pabrik Kelapa Sawit Sisumut (PSSUT) 18 Pabrik Kelapa Sawit Aek Torop (PATOR) 19 Rumah Sakit Sri Torgamba (RSTOR)

20 Distrik Manager Labuhan Batu III (DLAB-3) 21 Kebun Aek Nabara Utara (KANAU)

22 Kebun Aek Nabara Selatan (KANAS) 23 Kebun Rantau Parapat (KRPPT)

24 Kebun Mambang Muda (KMMDA)

25 Kebun Labuhan Haji (KLAJI) 26 Kebun Merbau Selatan (KMSTN) 27 PIR - Lokal Utara (KPUTA)

28 Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan (PANAS) 29 Rumah Sakit Aek Nabara (RSANS)

30 Rumah Sakit Mambang Muda (RSMMA)

31 Distrik Manager Asahan (DASAH)

46


(54)

32 Kebun Sei Dadap (KSDDP) 33 Kebun Pulau Mandi (KPMDI)

34 Kebun Ambalut (KAMBT)

35 Kebun Sei Silau (KSSIL)

36 Kebun Bandar Selamat (KBDSL) 37 Kebun Huta Padang (KHTPD)

38 Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau (PSSIL) 39 PIR - Lokal Asahan (KPPLA)

40 Rumah Sakit Sei Dedep (RSDAP)

41 Distrik Manager Simalungun (DSIMA) 42 Kebun Sei Mangkel (KSMKI)

43 Kebun Bangun (KBANG)

44 Kebun Bandar Betsy (KBDY)

45 Pabrik Kelapa Sawit Sei Mangkel (PSMKI)

46 PIR - Lokal Bandar Tinggi Partimbalan (KPBTP)

47 Distrik Manager Deli Serdang I (DDES-1)

48 Kebun Gunung Pamela (KGPMA)

49 Kebun Gunung Manaco (KGMNO)

50 Kebun Silau Dunia (KSDUN)

51 Kebun Gunung Para (KGPAR)

52 Pabrik Kelapa Sawit Rambutan (PRBTN)

53 Distrik Manager Deli Serdang II (DDES-2) 54 Kebun Sei Putih (KSPTH)

55 Kebun Sarang Ginting (KSGGI)

56 Kebun Tanah Raja (KTARA)

57 Kebun Rambutan (KRBTN)

58 Rumah Sakit Sri Pamela (RSPAM)

59 Distrik Manager Tapanuli Selatan (DTAPS)

60 Kebun Hapesong (KHPSG)

61 Kebun Batang Toru (KBGTU)

62 Instalasi Belawan (INBEL)

63 Kebun Aek Roso (KIARO)


(55)

G.Gambar Logo dan Makna Logo PT. Perkebunan Nusantara III 4. Gambar Logo PT. Perkebunan Nusantara III

5. Makna Logo PT. Perkebunan Nusantara III

1. Gambar 12 helai daun kelapa sawit disebelah kiri bola dunia dan 7 urat pada daun karet yang berwarna hijau disebelah kanan bola dunia, melambangkan bahwa PTPN III memiliki 12 Paradigma Baru dan 7 Strategi Bisnis, yang saling mendukung agar tecapai tujuan PTPN III, yaitu selalu menjadi Perusahaan Perkebunan terbaik dengan TeamWork

yang Solid dan Inovatif, serta ditunjang dengan Green Teknologi, Green Business dan ramah lingkungan.

2. Gambar 5 garis lintang horizontal dan vertikal yang berwarna biru, melingkari bola dunia, melambangkan bahwa PTPN III memiliki 5 Tata Nilai, dan harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi yang berkembang, agar selalu menjadi yang terdepan dalam peningkatan usaha. 3. Gambar 2 Meteor yang mengelilingi bumi sehingga membentuk angka 3,

melambangkan PTPN III bergerak dinamis dengan semangat yang tinggi untuk menguasai pasar global. Meteor yang berwarna putih bermakna

48


(56)

produksi Lateks dan produk turunnya sedangkan yang berwarna orange

adalah produksi CPO beserta turunnya, yang memancar tanpa henti untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia.

H. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Medan (terlampir) I. Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab

Berikut ini adalah beberapa tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing divisi dalam pengelolaan perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Direktur Utama

Fungsi utamanya ialah mengarahkan, memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan secara optimal untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan.

Sasaran utama dari Direktur Utama ini adalah :

a. Terciptanya perusahaan kelas dunia yang berbasis Agribisnis dengan skor Baldrige minimum 750.

b. Tercapainya Net Profit Margin (NPM) 15% dan Return On Asset

(ROA) 20%.

Adapun tugas utama dari Direktur Utama ini adalah :

a. Membangun perusahaan kelas dunia yang berbasis Agribisnis.

b. Melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) di semua jurusan.

c. Meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaksanaan The Business Success Model seperti tercermin dalam Indikator Kerja Utama (IKU).


(1)

VALIDITAS DAN REALIBILITAS

Ca se P rocessing Sum ma ry

30 100,0

0 ,0

30 100,0

Valid Ex cludeda

Total Cases

N %

Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

,950 18

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 74,2667 35,651 ,743 ,946

VAR00002 74,3000 35,734 ,746 ,946

VAR00003 74,0667 36,409 ,588 ,949

VAR00004 74,4333 36,461 ,736 ,946

VAR00005 74,3000 35,734 ,746 ,946

VAR00006 74,3000 36,148 ,670 ,947

VAR00007 74,3000 35,528 ,784 ,945

VAR00008 74,3333 35,885 ,741 ,946

VAR00009 74,2333 36,185 ,635 ,948

VAR00010 74,0000 36,000 ,680 ,947

VAR00011 74,3333 36,437 ,637 ,948

VAR00012 74,3333 36,299 ,663 ,947

VAR00013 74,2000 35,407 ,763 ,946

VAR00014 74,2333 36,530 ,575 ,949

VAR00015 74,2333 35,564 ,745 ,946

VAR00016 74,2667 36,064 ,669 ,947

VAR00017 74,3667 36,447 ,661 ,947


(2)

Tabulasi Jawaban Responden PT. Perkebunan Nusantara III Medan Responden Jenis

Kelamin Usia Jabatan

Variabel Komunikasi Imternal

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9

1 Wanita 26 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 5 4

2 Pria 40 K. Pimpinan 5 5 4 4 4 5 5 5 4

3 Wanita 25 K. Pelaksana 4 4 4 4 5 4 4 4 4

4 Wanita 35 K. Pimpinan 5 4 4 4 4 4 4 4 4

5 Pria 34 K. Pimpinan 4 4 5 4 4 4 5 4 5

6 Wanita 24 K. Pelaksana 5 5 4 4 4 4 5 4 4

7 Pria 37 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 5

8 Pria 39 K. Pimpinan 5 5 4 4 4 4 4 4 4

9 Pria 39 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 5 4

10 Wanita 30 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

11 Wanita 26 K. Pelaksana 5 4 4 4 5 4 4 5 4

12 Pria 36 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 5

13 Pria 38 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

14 Pria 35 K. Pimpinan 4 4 4 4 5 4 4 5 4

15 Wanita 30 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

16 Pria 39 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 5 4

17 Wanita 25 K. Pelaksana 4 4 4 4 5 4 4 5 4

18 Wanita 26 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 4 4

19 Pria 35 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4


(3)

22 Pria 24 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 5 4

23 Wanita 28 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 5 4

24 Pria 24 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 5 4

25 Wanita 29 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 4 4

26 Pria 30 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

27 Pria 24 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 4 4

28 Pria 29 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 4 4

29 Pria 30 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

30 Pria 30 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

31 Pria 30 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

32 Pria 36 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

33 Pria 40 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

34 Pria 42 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

35 Pria 45 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

36 Pria 43 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

37 Pria 45 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

38 Pria 35 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

39 Pria 38 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

40 Pria 38 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

41 Pria 39 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

42 Pria 39 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

43 Pria 40 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

44 Pria 40 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

45 Pria 41 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4


(4)

47 Pria 42 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

48 Pria 43 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

49 Pria 45 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

50 Pria 44 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Responden Jenis

Kelamin Usia Jabatan

Variabel Efisiensi Kerja

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9

1 Wanita 26 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 4 4

2 Pria 40 K. Pimpinan 5 4 4 4 4 5 5 4 4

3 Wanita 25 K. Pelaksana 4 5 4 4 4 4 4 4 4

4 Wanita 35 K. Pimpinan 4 4 4 5 4 4 4 4 4

5 Pria 34 K. Pimpinan 4 4 5 4 4 4 5 4 5

6 Wanita 24 K. Pelaksana 5 5 4 4 4 4 5 4 4

7 Pria 37 K. Pimpinan 4 4 4 5 4 5 4 4 5

8 Pria 39 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

9 Pria 39 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 5 4

10 Wanita 30 K. Pimpinan 4 5 4 4 4 4 4 4 4

11 Wanita 26 K. Pelaksana 4 4 5 4 4 4 4 5 4

12 Pria 36 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 5

13 Pria 38 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

14 Pria 35 K. Pimpinan 4 5 4 4 4 4 4 5 4

15 Wanita 30 K. Pimpinan 4 4 4 5 4 4 4 4 4

16 Pria 39 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 5 4

17 Wanita 25 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 4 5


(5)

20 Pria 33 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 5 4 4

21 Wanita 24 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 4 5

22 Pria 24 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 5 5 4

23 Wanita 28 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 5 4 4

24 Pria 24 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 5 4

25 Wanita 29 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 4 4

26 Pria 30 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

27 Pria 24 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 4 4

28 Pria 29 K. Pelaksana 4 4 4 4 4 4 4 4 4

29 Pria 30 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

30 Pria 30 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 5 4

31 Pria 30 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

32 Pria 36 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

33 Pria 40 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

34 Pria 42 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 5 4 4

35 Pria 45 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 5 4

36 Pria 43 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 5 4 4

37 Pria 45 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

38 Pria 35 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

39 Pria 38 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

40 Pria 38 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 5 4

41 Pria 39 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 5 4

42 Pria 39 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

43 Pria 40 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4


(6)

45 Pria 41 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

46 Pria 42 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

47 Pria 42 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

48 Pria 43 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4

49 Pria 45 K. Pimpinan 4 4 4 4 4 4 4 4 4