Pembagian Harta Bersama Menurut Hukum Islam

82 konflik rumah tangga yang terjadi antara Penggugat dengan Tergugat, tetapi upaya tersebut juga mengalami kegagalan, karena Penggugat bersikeras atas gugatannya. Setelah berbagai upaya mediasi tidak mencapai hasil, kemudian Hakim berdasarkan alat bukti yang ada, keterangan para saksi, dan dalil- dalil syar’i mengadili pihak-pihak yang berperkara sebagai berikut : Dalam Konvensi 1. Mengabulkan gugatan Penggugat; 2. Menjatuhkan talak satu bain sughro Tergugat terhadap Penggugat; 3. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Rangkasbitung untuk mengirimkan salinan putusan ini ke Kantor Urusan Agama di tempat tinggal Penggugat dan Tergugat serta ke Kantor Urusan Agama di tempat dilangsungkan pernikahan Penggugat dan Tergugat untuk dicatat dan didaftar dalam buku yang disediakan untuk itu; Dalam Rekonvensi: 1. Mengabulkan gugatan Rekonvensi Penggugat RekonvensiTergugat Konvensi sebagian; 2. Menetapkan bahwa harta bersama antara Penggugat RekonvensiTergugat Konvensi dan Tergugat RekonvensiPenggugat Konvensi berupa gaji Penggugat RekonvensiTergugat Konvensi selama di Saudi Arabia Rp 4.000.000,- empat juta rupiah; 3. Menetapkan bagian masing-masing dari harta bersama tersebut pada angka 2 tersebut ½ bagian untuk Penggugat RekonvensiTergugat 83 Konvensi dan ½ bagian untuk Tergugat RekonvensiPenggugat Konvensi; 4. Menghukum Tergugat RekonvensiPenggugat Konvensi untuk menyerahkan harta bersama tersebut kepada Penggugat RekonvensiTergugat Konvensi sesuai bagiannya; 5. Menolak selain dan selebihnya; Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan atas perkara Nomor 278Pdt. G2012PA Rks., baik melalui telaah putusan maupun hasil wawancara yang telah penulis laksanakan, dapat disimpulkan bahwa Majelis Hakim telah memberikan putusan yang adil sesuai fakta-fakta yang ada di persidangan dan keterangan para saksi yang diberikan. Majelis Hakim telah memutuskan pembagian harta bersama pada perkara Nomor 278Pdt. G2012PA Rks., adalah dibagi sama rata 50:50, berdasarkan pertimbangan bahwa perkara tersebut tidak ada perjanjian pra nikah, sehingga berdasarkan pertimbangan hakim bahwa segala sesuatu baik itu asset maupun kewajibanhutang yang dihasilkan oleh suami istri selama dalam ikatan perkawinan itu dinamakan harta bersama, selama tidak ada perjanjian pra nikah. Yaitu, jika sebelum dilangsungkannya pernikahan antara suami dan istri membuat perjanjian pra nikah terlebih dahulu khususnya yang berkaitan dengan harta dalam rumah tangga, maka yang demikian tidak disebut sebagai harta bersama. 1 1 Wawancara dengan Bapak Agus Faisal Yusuf, S.Ag., Hakim Pengadilan Agama Rangkasbitung, pada tanggal 10 Desember 2014 di ruang Hakim PA Rangkasbitung Pukul 14.30 WIB. 84 Pertimbangan hakim dalam memutuskan Perkara Nomor 278Pdt. G2012PA Rks. Sebagaimana tercantum dalam salinan putusannya didasarkan atas ketentuan hukum Islam yang tersirat dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang berbunyi: ع ج و ا ھْي لإ اون ْس تل اًجا وْ أ ْ سفْن أ ْنم ْ ل ق ل خ ْ أ هتا يا ء ْنم و د و م ْ نْي ب ور ف ت ي ْو قل ا ي َ كل ذ يف إ ً مْح ر و ً Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesunggunya, pada yang demikian itu benar-benara terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir”. Selain ayat di atas, yang menjadi petimbangan hakim dalam perkara ini adalah ketentuan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah dan jika Penggugat dan Tergugat selaku pasangan suami istri telah ternyata sudah tidak lagi timbul sikap saling mencintai, saling pengertian dan saling melindungi dan bahkan Penggugat tetap sudah tidak lagi berkeinginan untuk meneruskan rumah tangganya dengan Tergugat, maka agar kedua belah pihak berperkara tidak lagi lebih jauh melanggar norma agama dan norma hukum maka perceraian dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menyelesaikan sengketa rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat dan telah sesuai pula dengan Doktrin Ulama dalam Kitab Al-Muhadzdzab juz II halaman 81 yang intinya menjelaskan bahwa “Diwaktu istri telah memuncak kebenciannya terhadap 85 suaminya disitulah Hakim diperkenankan menjatuhkan thalaknya suami “. Sedangkan terkait dengan pembagian harta bersama, Hakim memutuskan membaginya secara proporsional, yaitu setengah bagian untuk Penggugat dan setengah bagiannya lagi untuk Tergugat. Dalam Islam, harta bersama merupakan masalah ijtihadiyyah dan di dalam kitab-kitab fiqih belum ada pembahasannya, begitu pula nash-nya tidak ditemukan dalam Al- Qur’an dan sunnah. Padahal apa yang terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia tentang harta bersama telah lama berkembang dan berlaku dalam kehidupan kehidupan mereka sehari-hari. Oleh karena itu adanya ketentuan hukum tentang harta bersama dalam KHI banyak dipengaruhi berbagai faktor yang berkembang dan berlaku dalam masyarakat. Harta bersama diangkat menjadi Hukum Islam dalam KHI berdasarkan dalil „urf serta sejalan dengan kaidah al-„adatu al- muhakkamah, yaitu bahwa ketentuan adat bisa dijadikan sebagai hukum yang berlaku dalam hal ini adalah harta bersama, maka haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Harta bersama tidak bertentangan dengan nash yang ada. Dalam Al-Qur ’an maupun sunnah tidak ada satupun nash yang melarang atau memperbolehkan harta bersama. Padahal kenyataan yang berlaku dalam masyarakat Indonesia adalah bahwa harta bersama telah lama dipraktekkan. Bahkan manfaatnya dapat dirasakan begitu besar dalam kehidupan mereka. Sehingga ketentuan-ketentuan hukum yang 86 berlaku di Indonesia dalam hal ini KHI menjadikan harta bersama sebagai hukum yang berlaku di Indonesia melalui proses ijtihadiyyah. 2. Harta bersama harus senantiasa berlaku. Harta bersama haruslah menjadi lembaga yang telah lama berkembang dan senantiasa berlaku dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika, harta bersama merupakan lembaga yang penerapannya hampir berlaku di seluruh Indonesia. Tidak hanya pada zaman yang lalu, akan tetapi harta bersama tetap ditaati dan terpelihara penerapannya hingga saat ini. 3. Harta bersama merupakan adat yang sifatnya berlaku umum. Hal ini dapat dilihat dari penerapan harta bersama yang berlaku hampir menyeluruh dan menjadi suatu kebiasaan di Indonesia, sekalipun dalam penyebutannya di setiap adat mempunyai penyebutan yang berbeda-beda. 2 Al- Qur’an dan Hadis| tidak memberikan ketentuan yang jelas bahwa harta benda yang diperoleh suami selama berlangsungnya perkawinan sepenuhnya menjadi hak suami. Al- Qur’an juga tidak menerangkan secara jelas bahwa harta yang diperoleh suami dalam perkawinan, maka secara tidak langsung istri juga berhak terhadap harta tersebut. Atas dasar itulah, maka bisa dikatakan bahwa masalah harta bersama ini tidak secara jelas disinggung dalam rujukan Hukum Islam, baik itu berdasarkan Al- Qur’an 2 M Abu Zahrah, Ushul Fiqh, alih bahasa, Syaifullah Ma’sum, Jakarta, Rajawali, 2002, h. 417 87 maupun hadis. Atau dengan kata lain, masalah ini merupakan wilayah yang belum terpikirkan ghairu mufakkar fiih dalam Hukum Islam karena memang belum disinggung secara jelas dalam sumber-sumber atau teks-teks keislaman. Yang bisa kita lakukan adalah ber ijtihad. Dalam ajaran Islam, ijtihad itu diperbolehkan asalkan berkenaan dengan hukum-hukum yang belum ditemukan dasar hukumnya. Masalah harta bersama merupakan wilayah keduniawian yang belum tersentuh Hukum Islam klasik. Hukum Islam Kontemporer tentang masalah ini diteropong melalui pendekatan ijtihad, yaitu bahwa harta benda yang diperoleh oleh suami istri secara bersama-sama selama masa perkawinan merupakan harta bersama. 3 Jika kita pelajari pandangan-pandangan Hukum Islam di atas, kita bisa melihat kecenderungan dengan tidak dibedakannya antara harta bersama dengan harta bawaan dan harta perolehan. Harta bawaan dan harta perolehan tetap menjadi hak milik masing-masing suami istri. Hukum Islam cenderung mengeneralisasikan masalah ini. Artinya, Hukum Islam pada umumnya tidak menjelaskan perbedaan antara harta bersama itu sendiri dengan yang bukan harta bersama. Adapula kecenderungan lain, yaitu bahwa harta milik suami dan harta milik istri yang tidak bercampur tidak disebut harta bersama dalam pandangan Hukum Islam lebih dimaksudkan sebagai harta bawaan dan harta perolehan. Pertimbangan hakim terkait dengan putusan perkara Nomor : 278Pdt.G2012PA.Rks., khususnya tentang pembagian harta bersama, 3 Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini Setelah Terjadinya Perceraian. Jakarta: Transmedia Pustaka, 2008. h. 52 88 dikaitkan dengan ketentuan Hukum Islam sudahlah tepat. Hakim mengambil dalil „urf dalam pembagian harta bersama akibat perceraian. Pembagian harta bersama 50:50 untuk Penggugat dan Tergugat sudah sesuai dengan kaidah umum Hukum Islam.

C. Regulasi Undang-undang Tentang Pembagian Harta Bersama

Perkara Nomor 278Pdt. G2012PA Rks. Meupakan perkara cerai gugat yang disebabkan adanya konflik rumah tangga yang sudah tidak dapat lagi dipertahankan walaupun sudah dilakukan mediasi oleh tim khusus yang ditunjuk untuk itu. Rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat yang telah dibina selama 26 tahun ternyata tidak dapat dipertahankan. Untuk itulah Penggugat memohon kepada Pengadilan Agama Rangkasbitung untuk mengabulkan gugatan Penggugat, yaitu memutuskan ikatan perkawinan antara Tergugat dengan Penggugat. Berdasarkan keterangan para saksi dari masing-masing pihak yang telah disampaikan di depan sidang pengadilan, maka majelis hakim memberikan putusannya melalui pertimbangan ketentuan perundang- undangan yang berlaku, di antaranya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Dalam putusannya majelis hakim menetapkan bahwa harta bersama antara Penggugat RekonvensiTergugat Konvensi dan Tergugat RekonvensiPenggugat Konvensi berupa gaji Penggugat 89 RekonvensiTergugat Konvensi selama di Saudi Arabia Rp 4.000.000,- empat juta rupiah, menetapkan bagian masing-masing dari harta bersama tersebut pada angka 2 tersebut ½ bagian untuk Penggugat RekonvensiTergugat Konvensi dan ½ bagian untuk Tergugat Rekonvensi Penggugat Konvensi, dan menghukum Tergugat RekonvensiPenggugat Konvensi untuk menyerahkan harta bersama tersebut kepada Penggugat Rekonvensi Tergugat Konvensi sesuai bagiannya; Perkara ini diputus dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Agama Rangkasbitung pada hari Jum’at tanggal 01 Juni 2012 bertepatan dengan tanggal 11 Rajab 1433 H. oleh kami Drs. ABDUL ROSYID, M.H sebagai Ketua Majelis, ULFAH FAHMIYATI, S.Ag., M.H. dan AGUS FAISAL YUSUF, S.Ag. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana oleh Ketua pada hari Rabu tanggal 06 Juni 2012 bertepatan dengan tanggal 15 Rajab 1433 H. diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum, dengan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota dan dibantu oleh HJ. ISAH, S.Ag. sebagai Panitera Pengganti yang dihadiri oleh Penggugat KonvensiTergugat Rekonvensi dan Tergugat KonvensiTergugat Rekonvensi. Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan atas perkara Nomor 278Pdt. G2012PA Rks., baik melalui telaah putusan maupun hasil wawancara yang telah penulis laksanakan, dapat disimpulkan bahwa Majelis Hakim telah memberikan putusan yang adil sesuai fakta-fakta yang ada di persidangan dan keterangan para saksi yang diberikan.

Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Keabsahan Putusan Perceraian Dan Pembagian Harta Bersama Yang Dikeluarkan Oleh Hakim Dari Negara Lain (Singapura) Terhadap Warga Negara Indonesia (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 612 K/Pdt/2003), 2012

5 77 142

Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama Setelah Terjadinya Perceraian Menurut...

1 25 5

Kajian Yuridis Pembagian Harta Bersama Akibat Perceraian (Putusan Mahkamah Agung Nomor : 255 K/Ag/2012)

0 6 10

Pembagian Harta Waris Bagi Penderita Cacat Mental Menurut Hukum Islam Dan Hukum Positif (Analisis Putusan Perkara No. 94/Pdt.P/2008/Pn.Jkt.Sel)

9 103 74

Permohonan Sita Marital (Marital Beslag) Terhadap Harta Bersama Di Luar Gugatan Perceraian (Analisis Putusan Nomor 549/Pdt.G/2007/Pa.Jp)

1 29 86

Penerapan Asas Contra Legem Dalam Pembagian Harta Bersama (Analisis Putusan Perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/Pa.Bbs Di Pengadilan Agama Brebes

2 23 110

Penyelesaian Harta Bersama Dalam Perceraian (Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta Perkara No: 126/Pdt.G/2013/PTA.JK)

2 18 0

Pembagian Harta Bersama Ditinjau Dari Persepektif Gender (Analisis Putusan Perkara Nomor 278/Pdt.G/2012/PA Rks)

1 12 0

Analisis Terhadap Keabsahan Putusan Perceraian Dan Pembagian Harta Bersama Yang Dikeluarkan Oleh Hakim Dari Negara Lain (Singapura) Terhadap Warga Negara Indonesia (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 612 K/Pdt/2003), 2012

0 0 23

Analisis Terhadap Keabsahan Putusan Perceraian Dan Pembagian Harta Bersama Yang Dikeluarkan Oleh Hakim Dari Negara Lain (Singapura) Terhadap Warga Negara Indonesia (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 612 K/Pdt/2003), 2012

0 0 14