GAMBARAN PENYAKIT MENULAR 1 Penyakit Menular langsung
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 50
tahun 2011 ke tahun 2012 meningkat menjadi 1110 kasus dan tahun 2013 sebesar 1.129 kasus, hal ini memperlihatkan bahwa adanya peningkatan
manajemen data yang dibuktikanpada tahun 2013 laporan yang masuk bukan hanya dari Puskesmas saja terdapat laporan dari Rumah sakit. Pada tahun
2013 jumlah kasus TB paru lama dan baru berjumlah 1.149 kasus dengan 1.129 kasus baru dan 21 kasus lama. Angka Success rate terdapat pada
angka 93,78 . Cakupan nilai absolut penemuan pasien TB BTA positif meningkat dibandingkan tahun 2012 tetapi pembandingperkiraan pasien baru
juga meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk, sedangkan disisi lain belum semua sarana pelayanan kesehatan non Pemerintah swasta
menjalankan strategi DOTS Directly Observed Treatment Short-course bagi pasien TB sehingga tidak dapat dilaporkan sebagai penemuan pasien baru TB
BTA Positif dan belum maksimalnya penemuan kasus di pelayanan kesehatan dan di Masyarakat. Berikut akan disajikan jumlah kasus BTA+ di
Kota Depok tahun 2009-2013.
Gambar 31 Jumlah kasus BTA+ di Kota Depok tahun 2009-2013
Sumber : Laporan data seksi P2P
Berikut gambar kasus BTA positif dan Succes rate tahun 2013
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 51
Gambar 32 Kasus BTA Positif dan Succes Rate tahun 2013 di Kota Depok
Sumber Laporan data seksi P2P
C.1.2 Pneumonia
Pneumonia merupakan sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary
alveolus alveoli yang
bertanggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh
bakteria, virus, jamur, atau pasilan parasite. Radang paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri
biasanya diakibatkan
oleh bakteri streptococcus danmycoplasma pneumoniae. Radang paru-paru
dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker
paru-paru atau berlebihan minum alkohol. Cakupan penemuan kasus pneumonia dan yang ditangani di Kota
Depok tahun 2009 ;27,99 tahun 2010; 28,44, tahun 2011; 8,19, tahun 2012 ;11,12 dan tahun 2013 ; 17,40. Walaupun tahun 2013 mengalami
peningkatan jumlah kasus yang ditemukan dan ditangani namun hal ini masih sangat jauh dari target yaitu 68 dengan rincian sebagai berikut:
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 52
Gambar 33 Cakupan Penemuan Penderita Kasus Pneumonia
dan yang ditangani di Kota Depok Tahun 2009- 2013
Sumber : Laporan Data Seksi P2P
C.1.3 DIARE
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB Buang air Besar serta perilaku
manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit tersebut. Peningkatan kasus sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan
cuacamusim, terutama terhadap ketersediaan air bersih di masyarakat. Kasus diare dapat menyebabkan kematian terutama pada saat Kejadian Luar Biasa
KLB. Pada tahun 2011 di Kota Depok terdapat 41.269 kasus diare ditangani dengan proporsi sebesar 51,16 dan tahun 2012 terdapat 20.604 kasus yang
ditangani. Pada tahun 2013 kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebesar 34.676 85,3
Sumber : Laporan data seksi P2P
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 53
Gambar 34 Jumlah kasus Diare yang ditangani tahun 2007-2013 diKota Depok
Sumber : Seksi P2P 2013
Kasus diare dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, karena secara umum penyakit diare
sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut. Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit dan penggunaan infus pada
penderita, penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan
peran serta kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang tepat dan cepat ditingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah
terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian. Tindakan penanganan segera dilaksanakan dengan melibatkan lintas sektor
dan lintas program serta dengan meningkatkan kesiagaan melalui kegiatan surveilans kasus diare yang dilaporkan setiap minggu dari laporan
puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah Kota Depok.
C.1.4.KUSTA
Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang ditandai dengan adanya bercak putih atau
kemerahan pada kulit yang disertai matirasaanastesi, penebalan syaraf tepi
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 54
juga disertai
gangguan fungsi
syaraf berupa
mati rasa
dankelemahankelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambutyang terganggu dan adanya kuman Mycobacterium
Leprae pada pemeriksaan kerokan padajaringan kulit silt-skin smears. Menurut World Health Organisation WHO Penyakit kusta dapat
diklasifikasikan menjadi 2 tipe PB Pausi Basiler dan MB Multi Basiler, dengan kriteria sebagai berikut :
KLASIFIKASI KUSTA PB
MB
Jumlah Bercak Kulit 1-5 5 1-5
5 Kerusakan Syaraf Tepi
Hanya 1 Syaraf Lebih dari 1 Syaraf
Skin Smear BTA Negatif -
Positif + Sumber : Laporan data seksi P2P
Hasil evaluasi program P2P kusta menunjukan bahwa jumlah penderita baru tipe PB dan MB sampai akhir bulan Desember 2012 sebanyak
66 penderita, dengan type PB 5 penderita dan type MB 61penderita.
Tahun 2013 penderita kusta PB sebanyak 3 orang penderita MB sebanyak 49 orang
jadi total penderita kusta PBMB sebanyak 52 orang. Kasus PB pada anak- anak 0-14 tahun sebanyak 1 kasus, pada dewasa 15 tahun sebanyak 2
kasus. Kasus MB pada anak-anak 0-14 tahun sebanyak 5 kasus, pada dewasa 15 tahun sebanyak 44 kasus. Kasus cacat tingkat tingkat 2
sebanyak 9 kasus. Gambaran penderita kusta di Kota Depok tahun 2009-2013 berdasarkan type kasus Kusta dapat dilihat pada gambar berikut ini.
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 55
Gambar 35 Jumlah kasus Kusta tipe PB dan MB tahun 2009 2013 diKota Depok
Sumber : Laporan data seksi P2P
Jumlah penderita kusta baru untuk tipe PB di tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 3 kasus akan tetapi tipe MB di tahun 2012 mengalami
penurunan, yang semula 65 di tahun 2011 kemudian di tahun 2012 menjadi 62 kasus. Pada tahun 2013 menjadi 52 kasus dengan angka prevalensi
sebesar 0,2710000 penduduk
Gambar 36 Precentage kasus cacat tingkat 2 tahun 2010 sampai dengan 2013
diKota Depok
Sumber : Laporan data seksi P2P
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 56
Angka kecacatan kusta tingkat 2 tahun 2010 adalah sebesar 14 kasus 29, di tahun 2011 sebesar 11 kasus 18 dan tahun 2012 sebesar 12
kasus18 dan tahun 2013 17. Yang dimaksudkan dengan angka kecacatan disini adalah kecacatan kusta yang menyebabkan 2 syaraf atau
lebih yang terserang kusta.
C.1.5. HIV-AIDS dan IMS
Berdasarkan hasil evaluasi program HIVAIDS menunjukkan bahwa penyakit ini tidak hanya menyerang pada usia produktif tetapi sudah
meningkat pada usia non produktif anak-anak bahkan bayi, hal ini menunjukan bahwa trend penyebaran penyakit ini sudah berubah sehingga
program harus mengupayakan program penanggulangan yang lebih tepat agar penderita yang terinfeksi pada usia non produktif dapat terjaring.
Jumlah Kasus HIV-AIDS Tahun 2009 sebanyak 9 Kasus, tahun 2010 sebanyak 15 kasus, tahun 2011 sebanyak 16 kasus dan tahun 2012 sebanyak
29 kasus.Kasus HIV 29 kasus dan kasus AIDS 24 kasus dan IMS 2 kasus.kasus AIDS dilaporkan oleh RS Simpangan Depok sebanyak 5 kasus
dan Kasus IMS sebanyak 2 orang berasal dari Kelurahan Cimpaeun Kecamatan Tapos . Pada tahun 2013 kasus HIV-AIDS berjumlah 55 kasus.
Pada dasarnya jumlah penderita HIV AIDS yang tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Depok jumlahnya lebih banyak, seperti fenomena gunung es,
bahwa yang terlaporkan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kejadian yang sebenarnya.
Tahun 2013 sistem pencatatan dan pelaporan sudah sudah lebih baiklebih bagus dari tahun sebelumnya sehingga mempermudah dalam
pencarian data dan hal ini berdampak pada penemuan jumlah kasus HIVAIDS yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sejak tahun
2012 telah dibuka klinik layanan VCT di Puskesmas Sukmajaya dan layanan ini pun telah berjalan, sehingga pelaporan HIV AIDS yang didapat oleh Dinas
Kesehatan utamanya berasal dari Puskesmas Sukmajaya , Selain itu sebagai upaya dalam penanggulangan ketergantungan obat Psikotropika, dimana
penyebaran HIV bisa melalui berganti-gantinya jarum suntik para pengguna psikotropika, di Puskesmas Sukmajaya juga terdapat Klinik Metadon, dimana
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 57
para penderita yang memakai psikotropika tertentu digantikan dengan obat- obat metadon, yang memiliki efek menenangkan seperti obat psikotropika
namun tidak membuat efek ketergantungan.
Gambar 37 Jumlah kasus HIV-AIDS tahun 2009-2013
Sumber : Laporan data seksi P2P
C.1.6. KASUS AFP
Surveilans AFP merupakan kegiatan untuk menjaring anak dengan usia 15 tahun yang lumpuh pada lengankaki atau keduanya,kelumpuhan
bersifat layulemas, terjadi mendadak dari awal sehat menjadi lumpuh dalam waktu 2 minggu dengan tujuan untuk mendeteksi sirkulasi virus polio liar,
membuktikan tidak adanya virus polio liar, menjaga kinjera surveilans AFP memenuhi standard sertifikasi, mengarahkan kepada kegiatan imunisasi polio.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh pengelola surveilans dibantu oleh petugas surveilans Puskesmas dan Rumah Sakit. Pada tahun 2010 kasus AFP
sebesar 10 kasus, tahun 2011 di Kota Depok ditemukan 12 orang penderita AFP dan tahun 2012 terdapat 14 penderita dan tahun 2013 ditemukan 8 kasus
AFP dengan prevalensi AFP sebesar 3,05100.000 penduduk 15 tahun . Laporan kasus AFP diperoleh dari kegiatan penjaringan penderita di
P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 58
puskesmas dan rumah sakit melalui kegiatan surveilans AFP. Metode kerja yang dilaksanakan selama ini yaitu setelah mendapatkan
laporan ada kasus AFP selanjutnya kasus dilacak dan diambil spesimen tinjanya kurang dari 48 jam setelah laporan diterima, kemudian seluruh hasil
pemeriksaan spesimen dikirim ke laboratorium, sehingga didapatkan hasil positif atau tidak. Penentuan hasil pengiriman specimen mengacu pada
pedoman yang ditetapkan oleh WHO dan DEPKES sehingga specimen yang diterima harus 100 adekuat. Setelah dilakukan pengambilan specimen 2 kali
dengan jangka waktu 48jam, maka setelah 60 hari dilakukan pemeriksaan ulang untuk melihat residual paralysisnya, apabila spesimen tidak adekuat dan
jika masih ditemukan sisa kelumpuhan maka dilakukan diagnosa akhir dengan adanya hasil penanganan dari dokter spesialis.
Gambar 38 Jumlah kasus AFP Tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
Sumber Laporan data seksi P2P
Angka tersebut tersebar dibeberapa kecamatan antara lain kecamatan Beji sebanyak 2 kasus, kecamatan cinere 2 kasus, Kecamatan Cilodong 1
kasus,Kecamatan Sukmajaya 2 kasus dan 1 kasus berasal dari data provinsi.