Pembelajaran Menulis Aksara Jawa SD

16 a. Menyimak, meliputi kompetensi memahami wacana lisan sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya Jawa seperti dongeng berbagai tema, cangkriman, paribasan, tembung entar, dan parikan. b. Berbicara, meliputi kompetensi mengungkapkan gagasan wacana lisan sastra dan nonsastra, seperti memperkenalkan diri, mengucapkan salam, menyampaikan terimakasih, bertanya, menjawab pertanyaan, menyampaikan ajakan, melakukan praktik bertamu yang dilakukan dengan unggah-ungguh yang tepat, serta menceritakan berbagai tokoh wayang. c. Membaca, meliputi kompetensi memahami wacana tulis sastra dan nonsastra, yaitu memahami wacana tulis dengan berbagai tema, melagukan berbagai tembang dolanan dan macapat, serta membaca aksara Jawa. d. Menulis, meliputi kompetensi mengungkapkan gagasan wacana tulis sastra dan nonsastra seperti menulis kata, kalimat, membuat karangan dengan berbagai tema, serta menulis dengan aksara Jawa. Media Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa yang dikembangkan dalam penelitian ini digunakan untuk meningkatkan kompetensi dalam pembelajaran bahasa Jawa khususnya keterampilan menulis aksara Jawa di kelas IV sekolah dasar

B. Pembelajaran Menulis Aksara Jawa SD

Keterampilan bahasa Jawa mempunyai empat komponen yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan-keterampilan ini 17 saling berhubungan satu sama lain. Keterampilan hanya dapat duperoleh dan dikuasai melalui latihan dan praktik. Menurut Tarigan 1982 : 4 menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk komunikasi tidak langsung karena tidak melalui tatap muka. Keterampilan menulis tidak didapat sejak lahir atau secara otomatis namun memerlukan latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu 1 pengenalan huruf dan 2 latihan. Kegiatan pengenalan huruf diajarkan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Kegiatan pengenalan huruf ditekankan pada pengenalan bentuk tulisan dan pelafalan huruf. Fungsi dari kegiatan ini adalah untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan. Pada proses pemberian latihan, kegiatan dilaksanakan dengan prinsip dari yang mudah ke yang sulit, dari latihan yang sederhana ke latihan yang kompleks. Beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat diterapkan pada pembelajaran menulis aksara Jawa, yaitu sebagai berikut. a. Latihan mengeblat dengan menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindih tulisan yang telah ada. b. Latihan menghubungkan tanda titik-titik yang membentuk tulisan. c. Latihan menyalin tulisan. 18 d. Latihan dikte atau imla, yaitu mendengarkan ucapan guru dan memindahkan ke dalam wujud huruf dengan benar. e. Latihan melengkapi tulisan melengkapi huruf, suku kata, atau kata yang dihilangkan secara sengaja. Aksara Jawa merupakan salah satu kebudayaan Jawa. Aksara Jawa memiliki bentuk yang berbeda dengan huruf latin, setiap huruf dalam aksara Jawa bersifat silabik dimana satu huruf aksara Jawa memiliki dua atau lebih huruf latin. Dalam menuliskan huruf-huruf aksara Jawa dibutuhkan latihan serta praktik agar tulisan dapat dibaca dan dipahami. Supartinah 2007: 98 mengemukakan bahwa keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar adalah keterampilan mengungkapkan sebuah gagasan dengan jelas, logis, serta tertata rapi dengan konteks serta suasananya. Aksara Jawa diajarkan di sekolah dasar sejak kelas IV. Berdasarkan Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 64 Tahun 2013 tentang Mata Pelajaran Bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib di sekolah, kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran aksara Jawa kelas IV SD adalah sebagai berikut. Tabel 1. KI dan KD Mulok Bahasa Jawa kelas IV SD di DIY KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 5. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. 4.5 Menulis kata dan kalimat beraksara Jawa nglegena, dan yang menggunakan sandhangan swara, lan panyigeg. 19 Berdasarkan KI dan KD di atas pembelajaran bahasa Jawa di kelas IV SD khususnya aksara Jawa yaitu menulis kata dan kalimat beraksara Jawa nglegena dan sandhangan swara lan panyigeg kemudian dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan isi materi pada media pembelajaran yang dikembangkan. Adapun materi pembelajaran membaca aksara Jawa di kelas IV SD adalah sebagai berikut. a. Aksara Legena Aksara legena merupakan aksara Jawa pokok yang berjumlah 20 buah huruf aksara yang diawali huruf ha sampai huruf terakhir nga. Tabel 2. Aksara Jawa Legena Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga Contoh : Ibu tesih dhahar. “Ibu sedang makan.” 20 b. Sandhangan Swara Sandhangan adalah tanda yang memiliki fungsi sebagai pengubah bunyi aksara Jawa. Sandhangan swara ada 5 yaitu : wulu, pepet, suku, taling, dan taling-tarung. 1 Sandhangan Wulu .…... Sandhangan wulu dipakai untuk melambangkan vokal “i” dalam suatu suku kata. Sandhangan wulu berbentuk bulatan kecil yang dituliskan di atas bagian akhir aksara. Contoh : Siji “Satu” Kali “Sungai” 2 Sandhangan Suku .… ... Sandhangan suku dipakai untuk melambangkan vokal “u” dalam suatu suku kata. Sandhangan suku ditulis menyambung dengan bagian akhir aksara. Contoh : Tugu “Tugu” Guru “Guru” 3 Sandhangan Pepet .…... a Sandhangan Pepet dipakai untuk melambangkan suara vokal “e” didalam suatu suku kata. Sandhangan pepet berbentuk 21 bulatan yang berukuran lebih besar daripada Sandhangan suku dan ditulis di atas bagian akhir aksara. Ada Contoh : Pelem “Mangga” Geni “Api” b Sandhangan Pepet tidak dipakai dalam menulis suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan karena re dan le yang bukan pasangan dilambangkan dengan dan ditulis di atas aksara yang mendapat pasangan. Contoh : Rega “Harga” Legi “Manis” 4 Sandhangan Taling ... Sandhangan taling dipakai untuk melambangkan suara vokal “é” di dalam suatu suku kata. Sandhangan taling ditulis di depan aksara yang melambangkan suku kata bersuara é. Contoh : Gedhé “Besar” Désa “Desa” 5 Sandhangan Taling Tarung ... 22 Sandhangan taling tarung dipakai untuk melambangkan vocal “o” di dalam suku kata. Sandhangan taling tarung ditulis di depan dan di belakang mengapit aksara Jawa. Contoh : Loro “Dua” toko “Toko” c. Sandhangan Panyigeg Wanda Sandhangan panyigeg atau sandhangan konsonan mati terdiri dari empat macam yaitu : wigyan, layar, cecak, dan pangkon. 1 Wigyan ... Sandhangan wigyan dipakai untuk melambangkan konsonan “h” sebagai penutup suku kata dan dituliskan di belakang aksara Contoh : Sawah “Sawah” Omah “Rumah” 2 Layar ... Sandhangan layar dipakai untuk melambangkan konsonan “r” sebagai penutup suku kata dan ditulis di atas bagian akhir aksara. Contoh : Pager “Pagar” Sabar “Sabar” 23 3 Cecak … a Sandhangan cecak dipakai untuk melambangkan konsonan “ng” sebagai penutup suatu suku kata. Sandangan cecak ditulis di atas bagian akhir aksara. Contoh : Wayang “Wayang” Kakang “Kakak” b Sandhangan cecak ditulis di belakang sandhangan wulu dalam suku kata yang bersuara “i”. Contoh : Wingking “Belakang” Kuping “Telinga” c Sandhangan cecak ditulis di dalam sandhangan pepet dalam suku kata yang bersuara vocal “e” Contoh : Sugeng “Selamat” Ageng “Besar” 4 Pangkon … a. Sandhangan pangkon dipakai untuk menyatakan konsonan mati penutup dalam suatu suku kata. Sandhangan pangkon ditulis dibelakang aksara yang dimatikan. Contoh : 24 Dalan “Jalan” Bocah cilik “Anak kecil” b. Selain mematikan konsonan, sandhangan pangkon dapat berfungsi sebagai batas bagian kalimat atau rincian yang belum selesai. Contoh: Saka dolan, aku terus sinau “Setelah bermain, aku langsung belajar”

C. Karakteristik Siswa SD