UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MEDIA KERTU GLADHEN AKSARA JAWA SISWA KELAS IV SD NEGERI MUNTUNG TEMANGGUNG.

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MEDIA KERTU GLADHEN AKSARA JAWA SISWA

KELAS IV SD NEGERI MUNTUNG TEMANGGUNG

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Juwaryanti NIM 13108241126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MEDIA KERTU GLADHEN AKSARA JAWA SISWA

KELAS IV SD NEGERI MUNTUNG TEMANGGUNG Oleh:

Juwaryanti NIM 13108241126

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa melalui media kertu gladhen aksara Jawa pada siswa kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif yang menciptakan kolaborasi antara peneliti dan guru kelas. Penelitian ini menggunakan desain Kemmis Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus melalui empat tahap yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan keterampilan membaca aksara Jawa di kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung setelah menggunakan media kertu gladhen aksara Jawa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata membaca aksara Jawa siswa kelas IV yaitu 45,47 pada pra tindakan, menjadi 74,16 pada siklus I dan setelah dilakukan perbaikan meningkat kembali menjadi 90,44 pada siklus II. Presentase siswa yang lulus KKM juga mengalami peningkatan yaitu dari 23,8% pada pra tindakan menjadi 57,14% pada siklus I, dan menjadi 85,71% pada siklus II. Tindakan penelitian ini dihentikan dan dikatakan berhasil pada siklus II karena telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Hasil observasi menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat, siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, serta siswa merasa senang belajar menggunakan media kertu gladhen aksara Jawa. Kata kunci: aksara Jawa, media kertu gladhen, kelas IV SD


(3)

iii

THE EFFORT TO INCREASE THE CAPABILITY OF READING JAVANESE FONTS THROUGH MEDIA KERTU GLADHEN FOR FOURTH

GRADE STUDENTS IN MUNTUNG ELEMENTARY SCHOOL DISTRICT TEMANGGUNG

By: Juwaryanti NIM 13108241126

ABSTRACT

The purpose of the research was to increase the ability of reading Javanese fonts through media named Kertu Gladhen towards fourth grade students of Muntung Elementary School district Temanggung.

The kind of research was collaborative classroom action research which took collaboration between the researcher herself and the fourth grade teacher. The research used Kemmis and Taggart design. The subject of the research were 21 of fourth grade students in Muntung Elementary School district Temanggung. The research consisted of two cycles. Each cycle consisted of four steps: planning, acting, observing, and reflecting. The techniques of data submittion wereby using test, observation, and documentation. The techniques of data analysis were quantitative descriptive and qualitative descriptive.

The result of the research showed the capability of reading Javanese fonts of fourth grade students in Muntung Elementary School disctrict Temanggung has increased after using media Kartu Gladhen. This could be seen from the reading average grade of fourth grade students that has increased from 45,47 in pre-action to 74,16 in cycle I. And after revising in cycle II, the result has increased up to 90,44. The percentage of students who reached the KKM (The Minimum Grade Criterion) has increased from 23,8% in pre-test to 57,14% in cycle I, and became 85,71% in cycle II. Observations show that the increased participation of students in learning, students are more enthusiastic in learning, and the students were delighted to learn to use the media kertu gladhen.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

Lakukan yang terbaik pada setiap saat yang kamu miliki


(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Skripsi ini adalah sebuah ungkapan pengabdian cinta yang tulus dan penuh kasih teruntuk:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya sehingga saya bisa diberi kesempatan untuk menuntut ilmu hingga sekarang. 2. Orang tua tercinta Bapak Sutar dan Ibu Sutinah yang selalu mendoakan,

mendukung, dan memotivasi saya hingga sekarang. 3. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Aksara Jawa Melalui Media Kertu Gladhen Aksara Jawa Siswa Kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Ibu Supartinah, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak

memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Bapak Suparlan, M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

3. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.

4. Bapak Rahmad Musholleh selaku Kepala SD Negeri Muntung Temanggung yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

5. Ibu Aprilia Isti Wardhani, S.Pd. selaku guru kelas IV yang telah memberikan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.


(10)

x

6. Siswa kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung yang telah bersedia sebagai subjek dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Bapak Sutar dan Ibu Sutinah yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan.

8. Sahabatku Diyah Wahyu Utami yang telah memberikan semangat dan dukungan. 9. Teman-teman Prodi PGSD Kelas A angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan

dan dukungan.

10. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, April 2017 Penulis,

Juwaryanti


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ABSTRACT ... ii iii SURAT PERNYATAAN ... LEMBAR PERSETUJUAN... iv v HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... vi vii viii ix xi xiv xv xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... G. Definisi Operasional ... 6 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian tentang Pembelajaran Bahasa Jawa SD ... 8

1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Jawa di SD ... 8

2. Fungsi Pembelajaran Bahasa Jawa di SD ... 3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa di SD ... 4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Jawa di SD ... 9 10 11 B. Kajian tentang Membaca ... 12

1. Pengertian Kemampuan Membaca ... 12

2. Tujuan Membaca ... 14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca ... 14

C. Kajian tentang Aksara Jawa ... 17

1. Pengertian Aksara Jawa Legena ... 17

2. Pengertian Sandhangan ... 18

3. Pembelajaran Aksara Jawa di Sekolah Dasar ... 22

4. Penilaian Membaca Aksara Jawa ... 23 D. Kajian tentang Karakteristik Peserta Didik ...

1. Tugas-tugas Perkembangan ... 2. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia SD ...

24 24 25


(12)

xii

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia SD ... 4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... E. Kajian tentang Media Pembelajaran Kertu Gladhen ...

28 29 29

1.Pengertian Media Pembelajaran ... 29

2. Fungsi dan Manfaat Media ... 31

3. Macam-macam Media... 32

4. Media Kertu Gladhen Aksara Jawa ... F. Penelitian yang Relevan ... 33 43 G. Kerangka Pikir ... 44

H. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneitian ... 46

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 46

1. Subjek Penelitian ... 46

2. Objek Penelitian ... 47

C. Setting Penelitian ... 47

D. Desain Penelitian ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Teknik Tes ... 50

2. Observasi ... 3. Teknik Dokumentasi ... 51 51 F. Instrumen Penelitian ... 51

1. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 51

a. Instrumen Tes ... 51 b. Pedoman Observasi ... c. Dokumentasi ...

54 55 G. Teknik Analisis Data ... H. Indikator Keberhasilan ...

55 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian... 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 2. Deskripsi Subjek Penelitian... 3. Deskripsi Pra tindakan ... B. Hasil Penelitian ...

1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... C. Pembahasan ... D. Keterbatasan Penelitian ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Implikasi... C. Saran ...

57 57 57 58 60 60 81 97 101 102 103 103


(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN ... 106


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Aksara Jawa Legena ... 17

Tabel 2. Sandhangan Swara ... 19

Tabel 3. Sandhangan Panyigeg Wanda ... 20

Tabel 4. Sandhangan Wyanjana ... 22

Tabel 5. KI dan KD Bahasa Jawa Kelas IV SD ... 23

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Soal ... Tabel 7. Pedoman Penilaian Membaca Aksara Jawa... Tabel 8. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ... Tabel 9 . Kisi-kisi Lembar Observasi Guru ... Tabel 10. Klasifikasi Hasil Penilaian ... 52 53 54 54 56 Tabel 11. Nilai Pre-test Pra tindakan Membaca aksara Jawa Kelas IV SD Negeri Muntung ... 58

Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus I... 71

Tabel 13. Klasifikasi Hasil Penilaian ... 71

Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 72

Tabel 15. Nilai Post-test Membaca Aksara Jawa Siklus I ... 75

Tabel 16. Perbandingan Nilai Siswa pada Pre-test dan Post-test Siklus I ... 77

Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus II. 88 Tabel 18. Klasifikasi Hasil Penilaian ... 88

Tabel 19. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 89

Tabel 20. Nilai Post-test Membaca Aksara Jawa Siklus II ... 93

Tabel 21. Perbandingan Nilai Siswa pada Pre-test, Post-test Siklus I, dan Post-test Siklus II ... 95


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Ilustrasi bagian depan kertu aksara legena... 35

Gambar 2. Ilustrasi bagian belakang kertu aksara legena ... 35

Gambar 3. Ilustrasi bagiandepan kertu sandhangan... 36

Gambar 4. Ilustrasi bagian belakang kertu sandhangan... 36

Gambar 5. Ilustrasi bagian depan kertu abang ... 36

Gambar 6. Ilustrasi bagian belakang kertu abang ... 36

Gambar 7. Ilustrasi bagian depan tata cara dolanan... 37

Gambar 8. Ilustrasi bagian dalam tata cara dolanan ... 37

Gambar 9. Ilustrasi cover kemasan media kertu gladhen aksara Jawa ... 37

Gambar 10. Diagram Nilai pre-test Membaca Aksara Jawa ... 59

Gambar 11. Diagram Nilai Post-test Membaca Aksara Jawa Siklus I... 76

Gambar 12. Diagram Perbandingan Nilai Membaca Aksara Jawa pada Pre-test dan Pos-test Siklus I ... 78

Gambar 13. Media kertu gladhen aksara Jawa siklus I ... 79

Gambar 14. Media kertu gladhen aksara Jawa siklus II ... 80

Gambar 15. Diagram Nilai Post-test Membaca Aksara Jawa Siklus II ... 94

Gambar 16. Diagram Perbandingan Nilai Membaca Aksara Jawa pada Pre-test, Post-test Siklus I, dan Post-test Siklus II ... 96


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 107

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II... 120

Lampiran 3. Soal dan Kunci Jawaban Pre-test dan Post-test ... 133

Lampiran 4. Hasil Validitas Butir Soal ... Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Guru Mengajar ... 135 136 Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 137

Lampiran 7. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus I ... 138

Lampiran 8. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus II ... 141

Lampiran 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 144

Lampiran 10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 146

Lampiran 11. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 148

Lampiran 12. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 151

Lampiran 13. Media Kertu Gladhen Aksara Jawa ... 154

Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian ... 158


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beranekaragam suku dan budaya. Keanekaragaman suku dan budaya di Indonesia meliputi rumah adat, tarian adat, makanan, baju adat, dan juga bahasa daerah. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Tengah. Bahasa Jawa memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat Jawa karena mengandung nilai-nilai kebudayaan luhur Jawa.

Menurut Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa pasal 1 ayat 11 Bahasa Jawa adalah bahasa yang dipakai secara turun-temurun oleh masyarakat di daerah atau penutur lainnya, sebagai sarana komunikasi dan ekspresi budaya. Bahasa Jawa adalah salah satu muatan lokal dalam struktur kurikulum di tingkat pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, bahkan di Propinsi Jawa Tengah menjadi muatan lokal wajib bagi semua jenjang pendidikan. Hal ini dilakukan untuk melestarikan budaya Jawa yang saat ini budaya Jawa mulai luntur di kalangan masyarakat.

Salah satu materi wajib mata pelajaran bahasa Jawa adalah aksara Jawa. Menurut Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa pasal 9 aksara jawa mempunyai fungsi yaitu a) sarana untuk penulisan sastra Jawa sebagai sumber tata nilai


(18)

2

budaya di daerah yang memiliki keunggulan, b) sarana ekspresi dan apresiasi dalam beraksara yang memiliki nilai-nilai estetika, dan c) sarana pembentukan karakter dan peneguhan jati diri suatu daerah.

Dalam kurikulum 2013 muatan lokal bahasa Jawa SD/MI Propinsi Jawa Tengah materi aksara Jawa mulai dikenalkan kepada siswa sejak kelas III Sekolah Dasar yaitu KD 4.1 membaca dan menulis aksara Jawa legena (10 huruf). Materi aksara Jawa di kelas IV Sekolah Dasar yaitu KD 4.4 membaca dan menulis huruf Jawa yang mengandung sandhangan panyigeg wanda dan sandhangan wyanjana.

Keterampilan Berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu a) keterampilan menyimak; b) keterampilan berbicara; c) keterampilan membaca; d) keterampilan menulis (Tarigan, 2015: 1). Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan membaca. Dalman (2014: 5) membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca.

Menurut Azhar Arsyad (2009 :2) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang


(19)

3

murah dan efisien, meskipun sederhana tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Selain mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada hari Sabtu, 19 November 2016 ditemukan beberapa masalah khususnya pada pembelajaran Bahasa Jawa seperti proses pembelajaran yang masih domain menggunakan LKS sebagai sumber belajar. Penggunaan media dalam proses pembelajaran belum dilaksanakan secara optimal khususnya materi aksara Jawa padahal sudah ada media untuk membelajarkan aksara Jawa yaitu roda pintar. Hal ini membuat siswa kesulitan dalam materi aksara Jawa yaitu membaca tulisan aksara Jawa.

Berdasarkan hasil observasi pada hari Selasa tanggal 22 November 2016, masih terdapat siswa yang belum dapat membaca aksara Jawa. Hal ini dibuktikan dengan nilai hasil ulangan membaca aksara Jawa yang menunjukkan bahwa dari 21 siswa kelas IV SD Negeri Muntung, hanya 7 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal dan yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 14 siswa. Nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 85. KKM untuk mata pelajaran bahasa Jawa adalah 70.

Menurut Ibu Aprilia Isti Wardhani, S.Pd. dua per tiga dari jumlah siswa di kelas IV belum hafal aksara Jawa. Siswa beranggapan bahwa aksara Jawa sulit. Hal tersebut juga terlihat ketika guru memberikan tugas kepada


(20)

4

semua siswa untuk membaca tulisan aksara Jawa pada LKS. Siswa bisa membaca tulisan aksara Jawa ketika mereka membuka huruf aksara Jawa. Penggunaan media yang kurang optimal dan metode mengajar guru yang kurang variatif yaitu hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan membuat siswa menjadi kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, seperti saat siswa menirukan guru membaca aksara Jawa di papan tulis.

Untuk mengatasi masalah tersebut, guru perlu menggunakan media dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran sangat membantu guru dalam penyampaian materi. Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya. Menurut Azhar Arsyad (2009: 16) media pembelajaran dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman dan mendapatkan informasi. Dengan menggunakan media diharapkan dapat menarik minat dan perhatian siswa dan juga termotivasi dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang diberikan guru dapat diserap dengan baik oleh siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk menarik minat dan motivasi siswa agar terampil membaca aksara Jawa adalah dengan menggunakan media kertu gladhen aksara Jawa dalam menyampaikan materi aksara Jawa.

Media kertu gladhen aksara Jawa dikembangkan oleh Kunthi Puspitasari. Media ini dikembangkan dari media flashcard. Menurut Azhar Arsyad (2009: 119-121) flashcard adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang dapat menuntun siswa kepada hal yang


(21)

5

berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu tersebut. Media ini digunakan dalam bentuk permainan. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang cenderung ingin berkelompok untuk bermain bersama.

Dengan menggunakan media kertu gladhen aksara Jawa diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca aksara Jawa. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan menjadikan siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan mengkaji melaui penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Aksara Jawa dengan Media Kertu Gladhen Aksara Jawa Siswa Kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah di kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung adalah sebagai berikut.

1. Siswa mengalami kesulitan dalam membaca aksara Jawa

2. Proses pembelajaran yang domain menggunakan LKS sebagai sumber belajar.

3. Kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran sehingga kurang maksimal juga dalam penyampaian materi.

4. Metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi sehingga menyebabkan perhatian siswa berkurang.


(22)

6 C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi permasalahan pada proses pembelajaran bahasa Jawa khususnya membaca aksara Jawa yang masih rendah dan kurangnya pemanfaatan media yang dapat meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa siswa kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung dengan media kertu gladhen aksara Jawa?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain :

1. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi guru untuk memilih media kertu gladhen aksara Jawa dalam meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa.


(23)

7 b. Bagi Siswa

Melalui media kertu gladhen aksara Jawa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa dan memperbaiki prestasi belajar siswa.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan sekolah sebagai lembaga yang ikut memberikan peranan bagi kualitas lulusan siswa sehingga pihak sekolah lebih memfasilitasi media yang dibutuhkan guru dalam proses pembelajaran.

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional sesuai variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Keterampilan membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa supaya siswa mengetahui makna yang terkandung dari apa yang dibacanya.

2. Media kertu gladhen aksara Jawa media kartu berbentuk persegi panjang yang dicetak dengan kertas ivory. Media ini dikembangkan dari media flashcard. Adapun materi dalam media kertu gladhen aksara Jawa yaitu tentang pengenalan dan cara penulisan aksara legena, sandhangan swara, dan sandhangan panyigeg wanda.


(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Pembelajaran Bahasa Jawa SD 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Menurut Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57 Tahun 2013, pasal 13 ayat 1 semua satuan pendidikan di Jawa Tengah wajib melaksanakan pelajaran bahasa Jawa. Mata pelajaran bahasa Jawa dilaksanakan oleh semua sekolah dan wajib diikuti oleh semua siswa. Mata pelajaran bahasa Jawa di SD/MI/SDLB dimulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Alokasi waktu pelajaran Bahasa Jawa sekurang-kurangnya 2 (dua) jam pelajaran setiap minggu, pada tingkatan kelas.

Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran Bahasa Daerah dapat diajarkan secara terintegrasi dengan mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah/ berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Untuk provinsi Jawa Tengah, pembelajaran Bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib diajarkan secara terpisah dari mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, hal ini tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57 Tahun 2013, pasal 5 ayat 2.

Alam (dalam Mulyana, 2008: 6) mata pelajaran Bahasa Jawa menjadi mata pelajaran wajib sesuai dengan kurikulum muatan lokal. Mata pelajaran bahasa Jawa sebagai sarana pendidikan budi pekerti dapat ditinjau dari substansi bahasa Jawa itu sendiri, yaitu bahwa bahasa Jawa sarat dengan


(25)

9

nilai-nilai budi pekerti. Dalam praktik pembelajarannya bahasa Jawa memang sarat nilai-nilai pendidikan budi pekerti.

Mengacu pada hakikat pembelajaran Bahasa Jawa tersebut, maka penggunaan media kertu gladhen aksara Jawa sebagai media pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Jawa di SD dapat dilaksanakan selama 2 jam pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran bahasa Jawa di satuan pendidikan.

2. Fungsi Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Menurut peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57 Tahun 2013 pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Jawa, dan secara aktif mampu memahami nilai-nilai estetika, etika, moral, kesantunan, dan budi pekerti. Jadi pembelajaran bahasa Jawa di sekolah berfungsi sebagai wahana agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Jawa, dan secara aktif mampu memahami nilai-nilai estetika, etika, moral, kesantunan, dan budi pekerti.

Penelitian ini mengacu pada fungsi pembelajaran bahasa Jawa yaitu menerapkan nilai-nilai pendidikan estetika, etika, moral, kesantunan, dan budi pekerti yang terkandung dalam budaya Jawa di dalam pembelajaran formal sebagai sarana untuk melestarikan budaya Jawa terutama aksara Jawa.


(26)

10

3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Menurut peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012, pembelajaran Bahasa Jawa mempunyai tujuan sebagai berikut.

a. Menjaga dan memelihara kelestarian bahasa, sastra, dan aksara Jawa sehingga menjadi faktor penting untuk peneguhan jati diri daerah. b. Menyelaraskan fungsi bahasa, sastra, dan aksara Jawa dalam kehidupan

masyarakat sejalan dengan arah pembinaan bahasa Indonesia.

c. Mengenali nilai-nilai estetika, etika, moral, dan spiritual yang terkandung dalam budaya Jawa untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan Nasional.

d. Mendayagunakan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai wahana untuk pembangunan karakter dan budi pekerti.

Penelitian ini mengacu pada salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Jawa yaitu mendayagunakan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai wahana untuk pembangunan karakter dan budi pekerti. Penelitian ini difokuskan pada materi aksara Jawa sebagai bagian dari budaya Jawa untuk membangun karakter dan budi pekerti siswa serta dapat meningkatkan pengetahuan siswa terkait materi aksara Jawa tersebut.


(27)

11

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Menurut Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga ranah tersebut dalam pembelajaran bahasa Jawa kelas IV Sekolah Dasar akan diuraikan sebagai berikut.

a. Sikap yang ingin dicapai yaitu menerima dan bangga akan anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Jawa sebagai bahasa Ibu, menunjukkan perilaku bertanggung jawab, santun, dan percaya diri dalam mengungkapkan keinginan dan pendapat menggunakan bahasa Jawa, menunjukkan perilaku berbahasa yang santun yang ditunjukkan dengan ketepatan penggunaan ragam bahasa (unggah-ungguh basa), menunjukkan perilaku, tindakan, dan perbuatan yang mencerminkan kepribadian Jawa.

b. Pengetahuan yang ingin dicapai meliputi kemampuan memahami cerita rakyat (sage), memahami tembang Gambuh, memahami cerita wayang Pandawa (Bima Bungkus), dan mengenal sandhangan panyigeging wanda dan sandhangan wyanjana.

c. Keterampilan yang ingin dicapai meliputi kemampuan menceritakan kembali cerita rakyat yang dibaca, menceritakan isi teks tembang Gambuh dalam ragam krama, menceritakan kembali cerita wayang “Bima Bungkus” dengan ragam krama, serta membaca dan menulis


(28)

12

huruf Jawa yang mengandung sandhangan panyigeging wanda dan sandhangan wyanjana.

Penggunaan media kertu gladhen aksara Jawa digunakan untuk mencapai kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Siswa diharapkan dapat memahami dan membaca kata dan kalimat beraksara Jawa yang menggunakan sandhangan panyigeging wanda dan sandhangan wyanjana sehingga akan memiliki kepedulian terhadap kelestarian aksara Jawa.

B. Kajian tentang Membaca

1. Pengertian Kemampuan Membaca

Menurut Tarigan (2015: 1) keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu : a) keterampilan menyimak/mendengarkan, b) keterampilan berbicara, c) keterampilan membaca, dan d) keterampilan menulis.

Menurut Surwayono Wiryodijoyo (1989: 1) membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi terhadap sesamanya. Menurut Heilman (dalam Surwayono Wiryodijoyo, 1989: 1) membaca adalah proses mendapatkan arti dari kata-kata tertulis. Menurut Carter (dalam Surwayono Wiryodijoyo, 1989: 1) membaca adalah proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan arti, dan menerapkan ide-ide dari lambang.


(29)

13

Menurut Dalman (2014: 7) membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Menurut Crawley dan Mountain, 1995 (dalam Farida Rahim, 2008: 2) mengemukakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulsan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.

Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca yang telah disampaikan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses pemaknaan bahasa tulis agar pembaca mengetahui makna yang terkandung dari apa yang dibacanya. Dalam penelitian ini difokuskan pada membaca aksara Jawa yaitu proses pemaknaan aksara Jawa supaya pembaca mengetahui makna dari aksara Jawa tersebut.


(30)

14 2. Tujuan Membaca

Pada dasarnya kegiatan membaca bertujuan untuk mencari dan memperoleh pesan atau memahami makna melalui bacaan. Menurut Anderson, 2003 ( dalam Dalman,2014: 11), ada tujuh macam tujuan dari kegiatan membaca, yaitu :

a) Reading for details or fact (Membaca untuk memperoleh fakta dan perincian).

b) Reading for main ideas (Membaca untuk memperoleh ide-ide utama). c) Reading for sequence or organization (Membaca untuk mengetahui

urutan/susunan struktur karangan).

d) Reading for inference (Membaca untuk menyimpulkan).

e) Reading to classify (Membaca untuk mengelompokkan/ mengklasifikasikan)

f) Reading to evaluate (Membaca untuk menilai, mengevaluasi).

g) Reading to compare or contrast (Membaca untuk memperbandingkan/ mempertentangkan.

Berdasarkan penjelasan di atas terdapat beberapa tujuan dalam membaca. Oleh karena itu pembaca harus memfokuskan tujuan yang diinginkan dalam membaca. Dalam penelitian ini akan membahas keterampilan membaca aksara Jawa sehingga tujuan dalam membaca ini yaitu untuk mengetahui arti kata atau kalimat beraksara Jawa.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Menurut Surwayono Wiryodijoyo (1989: 4-7) faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kesiapan membaca yaitu:

a) Kecerdasan

Kematangan untuk belajar membaca belum tentu sama untuk setiap anak, meskipun umumnya orang menganggap bahwa pada umur 6-7 tahun anak-anak sudah matang untuk belajar membaca. Antara IQ, usia mental dan


(31)

15

keberhasilan belajar membaca ada hubungannya. Anak yang ber-IQ 50 misalnya hanya dapat diajarkan bahan-bahan yang sangat mudah.

b) Kesehatan Jasmani

Pengaruh kesehatan atas hasil belajar cukup besar. Terutama persepsi mata, dan persepsi telinga sama pentingnya dengan tingkatan energi yang dipergunakan. Bila badan sehat pikiran terang, mata dapat melihat huruf-huruf dengan jelas, telinga dapat pula mendengar bunyi tiap huruf-huruf yang disebutkan guru, sudah barang tentu akan menyebabkan anak belajar dengan mudah.

c) Rumah dan Masyarakat

Latar belakang pengalaman, gaya hidup anak di rumah mempengaruhi hasil pelajarannya di sekolah. Sebelum berumur enam bulan memang anak kecil tidak berbicara melainkan sedang berlatih menyuarakan berbagai bunyi bahasa dengan mencoba-coba. Dan dengan bunyi-bunyi yang dibuatnya mereka berusaha berkomunikasi dengan orang lain. Kemudian mereka meniru pola-pola kalimat orang dewasa, dan berbicara dengan kalimatnya sendiri. (Miles V. Zintz: 52)

Orang tua perlu menanggapi pembicaraan anaknya. Dengan cara begitu berarti dia memberi motivasi kepadanya untuk belajar. Tugas orang tua pada masa anak belajar berbahasa, ialah membetulkan kesalahan-kesalahan berbahasa yang dibuatnya. Dan terhadap pembetulan-pembetulan ini anak-anak cepat menanggapinya. Bila sikap orang tua betul dalam menanggapi


(32)

16

pertanyaan-pertanyaan anaknya dalam masa-masa si anak belajar berbahasa, maka perkembangan bahasa dan kecerdasannya akan lebih baik.

d) Kematangan Sosial dan Kebebasan

Sebelum ada kematangan sosial biasanya anak-anak belum banyak mengadakan kontak sosial dengan teman-temannya. Tetapi ketika masa kematangan sosial ini sampai, sikap dan tingkah laku mereka berubah. Mereka menjadi lebih terbuka untuk berhubungan dengan orang lain dan teman-teman sebayanya. Kemampuan anak-anak untuk berhubungan dengan teman sebayanya sangat penting. Dengan adanya kemampuan ini anak-anak dapat lebih cepat belajar.

e) Perkembangan Emosional

Yang dimaksud dengan kematangan emonsional adalah bahwa anak-anak bebas dari rasa takut, gelisah, atau rasa tidak mampu. Dengan tidak adanya perasaan-perasaan seperti itu berarti segala latihan dan kegiatan dapat berjalan tanpa adanya gangguan.

f) Integrasi Persyaratan (Neurological Integration)

Integritas persyaratan maksudnya adalah adanya koordinasi antara mata, telinga, dan psikomotor. Penglihatan yang baik sangat perlu bagi anak-anak untuk dapat membaca. Membaca memerlukan kemampuan melihat dengan jelas pada jarak dan waktu yang cukup jauh. Mereka perlu dapat membedakan warna yang satu dengan warna yang lain.

Berdasarkan penjelasan di atas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca anak. Kemampuan membaca aksara


(33)

17

Jawa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas yaitu kecerdasan, kesehatan jasmani, rumah dan masyarakat, kematangan sosial dan kebebasan, perkembangan sosial, dan integritas persyaratan.

C. Kajian tentang Materi Pembelajaran Aksara Jawa 1. Pengertian Aksara Jawa Legena

Menurut peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57 Tahun 2013, aksara Jawa adalah cerakan atau huruf yang mempunyai bentuk, tanda grafis, sistem, dan tatanan penulisan yang digunakan untuk bahasa dan sastra Jawa dalam perkembangan sejarahnya.

Aksara Jawa merupakan hasil budaya yang usianya sudah berabad-abad. Aksara Jawa telah berjasa mendokumentasikan dan mengabadikan banyak buah cipta dalam bentuk karya tulis. (Slamet Riyadi, 1996: 1)

Di dalam buku pedoman penulisan aksara Jawa (2002: 5) aksara Jawa legena pada dasarnya terdiri atas dua puluh aksara. Berikut daftar huruf aksara legena.

Tabel 1. Aksara Jawa Legena

Nama Aksara Wujud Aksara

ha

na

ca

ra


(34)

18

Nama Aksara Wujud Aksara

da

Ta

sa

wa

la

pa

dha

ja

ya

nya

ma

ga

ba

tha

nga

2. Pengertian Sandhangan

Pada buku pedoman penulisan aksara Jawa (2002: 13) sandhangan ialah penanda dalam aksara Jawa yang berfungsi sebagai pengubah bunyi.


(35)

19

Sandhangan aksara Jawa dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni sandhangan bunyi vokal (sandhangan swara) dan sandhangan konsonan penutup suku kata (sandhangan panyigeg wanda) (Pedoman Penulisan Aksara Jawa, 2002: 19).

a. Sandhangan Swara

Sandhangan swara/ vokal terdiri atas lima macam, yakni: Tabel 2. Sandhangan Swara

Nama Wujud Swanten

Wulu i

Pepet e

Suku u

Taling é

Taling tarung

...

o

Keterangan penulisan sandhangan swara, yaitu:

1) Sandhangan wulu dipakai untuk melambangkan suara/vokal i dalam suatu suku kata. Sandhangan wulu ditulis di atas bagian akhir aksara. Akan tetapi apabila selain wulu terdapat sandhangan lain, maka posisi sandhangan wulu sedikit geser ke kiri.


(36)

20

2) Sandhangan pepet dipakai untuk melambangkan vokal e/ǝ di dalam suatu suku kata. Sandhangan pepet ditulis di atas bagian akhir aksara. 3) Sandhangan suku dipakai untuk melambangkan suara vokal u dalam

suku kata. Sandhangan suku ditulis serangkai dengan bagian akhir aksara.

4) Sandhangan taling dipakai untuk melambangkan suara vokal é di dalam suatu suku kata. Sandhangan taling ditulis di depan aksara yang akan digunakan.

5) Sandhangan taling tarung dipakai untuk melambangkan suara vokal o di dalam suatu suku kata. Sandhangan taling tarung ditulis di depan dan di belakang (mengapit) aksara.

b. Sandhangan Panyigeg Wanda

Pada buku pedoman penulisan aksara Jawa (2002: 24) sandhangan panyigeg wanda atau sandhangan penanda konsonan mati terdiri atas empat macam,yakni:

Tabel 3. Sandhangan Panyigeg Wanda

Nama Wujud Swanten

Wingyan h

Layar r

Cecak ng


(37)

21

Keterangan penulisan sandhangan panyigeg wanda yaitu:

1) Sandhangan wingyan dipakai untuk melambangkan konsonan h sebagai penutup suku kata. Sandhangan wingyan ditulis di belakang aksara. 2) Sandhangan layar dipakai untuk melambangkan konsonan r (sebagai

penutup suku kata). Sandhangan layar ditulis di atas aksara.

3) Sandhangan cecak dipakai untuk melambangkan konsonan ng sebagai penutup suku kata. Terdapat tiga aturan dalam penggunaan cecak, yaitu sandhangan cecak ditulis di atas bagian akhir aksara, cecak ditulis di belakang sandhangan swara wulu dalam suatu suku kata, dan cecak ditulis di dalam pepet di bagian atas aksara.

4) Sandhangan pangkon dipakai untuk menyatakan konsonan mati/penutup dalam suatu suka kata. Dalam penulisannya terdapat tiga aturan yaitu pangkon ditulis di belakang aksara yang dimatikan, pangkon juga dapat digunakan sebagai batas bagian kalimat seperti tanda koma, dan pangkon digunakan supaya penulisan aksara Jawa tidak bersusun lebih dari dua tingkat.

c. Sandhangan Wyanjana

Sandhangan Wyanjana merupakan penanda aksara konsonan yang dilekatkan pada aksara konsonan lain di dalam suatu suku kata (Pedoman Penulisan Aksara Jawa, 2002: 29).


(38)

22

Tabel 4. Sandhangan Wyanjana

Nama Wujud Swanten

Cakra ra

Keret re

Pengkal ya

Keterangan penulisan sandhangan wyanjana yaitu:

1) Tanda cakra melambangkan konsonan r yang dilekatkan pada konsonan lain dalam satu suku kata. Tanda cakra ditulis serangkai dengan aksara. Aksara yang sudah diberi tanda cakra dapat diberi sandhangan selain sandhangan pepet dan penanda gugus konsonan.

2) Tanda keret dipakai untunk melambangkan r yang diikuti suara pepet yang dilekatkan pada konsonan lain dalam satu suku kata. Tanda keret ditulis serangkai dengan aksara.

3) Tanda pengkal dipakai untuk melambangkan konsonan y yang dilekatkan pada konsonan lain dalam satu suku kata. Tanda pengkal ditulis serangkai dengan aksara.

3. Pembelajaran Aksara Jawa di Sekolah Dasar

Menurut kurikulum 2013 yang terdapat di Sekolah Dasar, pembelajaran membaca aksara Jawa untuk kelas IV semester 2 dapat disajikan pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar tabel berikut.


(39)

23

Tabel 5. KI dan KD Bahasa Jawa Kelas IV SD

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di ruma, sekolah, dan tempat bermain.

3.4 Mengenal sandhangan panyigeging wanda dan sandhangan wyanjana.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis, dan sistematis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan

dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia.

4.4 Membaca dan menulis

huruf Jawa yang

mengandung sandhangan panyigeging wanda dan sandhangan wyanjana.

Berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca aksara Jawa kelas IV SD terdiri dari membaca huruf Jawa yang mengandung sandhangan panyigeging wanda dan sandhangan wyanjana.

4. Penilaian Membaca Aksara Jawa

Penilaian membaca aksara Jawa meliputi beberapa aspek. Aspek keterampilan membaca aksara Jawa diadopsi dari Soni Indrawan (2014: 24) meliputi:

a. Ketepatan menyuarakan tulisan

Ketepatan menyuarakan tulisan digunakan untuk menilai ketepatan setiap kata yang diucapkan siswa dengan tulisan aksara Jawa yang ditulis.


(40)

24 b. Lafal

Lafal digunakan untuk menilai ketepatan siswa dalam mengucapkan bunyi bahasa. Dalam pembelajaran aksara Jawa, ada sejumlah fonem yang dilafalkan tidak sesuai dengan tulisannya.

c. Kelancaran

Kelancaran digunakan untuk menilai keberhasilan siswa dalam mengucapkan kata aksara Jawa.

Berdasarkan pedoman penilaian di atas maka aspek yang digunakan peneliti untuk menilai siswa dalam membaca aksara Jawa adalah ketepatan menyuarakan tulisan, lafal, dan kelancaran.

D. Kajian tentang Karakteristik Peserta Didik 1. Tugas-tugas Perkembangan

Anak usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) termasuk ke dalam masa kanak-kanak akhir. Pada masa ini pergaulan anak sudah semakin luas. Anak sudah mulai bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang ada di luar rumahnya yaitu dengan orang atau teman yang ada di sekitar rumah dan teman-teman di sekolah. Agar dapat diterima oleh masyarakat maka anak harus menguasai dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.

Adapun tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2013: 102)yaitu:

a. belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain,

b. sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri,

c. belajar bergaul dengan teman sebaya,


(41)

25

e. mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung,

f. mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari,

g. mengembangkan kata batin, moral, dan skala nilai,

h. mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga, dan i. mencapai kebebasan pribadi.

Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir lebih banyak ditentukan oleh guru di sekolah. Lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan teman sebaya secara bersama-sama akan mewarnai penyelesaian tugas perkembangan anak.

2. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia SD

Menurut Elida Prayitno (1991: 23-25) prinsip-prinsip perkembangan anak tingkat sekolah dasar adalah sebagai berikut.

a. Prinsip Kesatuan Organis

Prinsip kesatuan organis maksudnya bahwa anak merupakan suatu kesatuan fisik dan psikis dan kesatuan komponen dari kedua unsur di atas. Perkembangan komponen fisik dan psikis saling bersangkut paut dan mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu dalam proses belajar sangatlah penting untuk melibatkan sebanyak mungkin komponen fisik maupun komponen psikis murid secara serempak agar hasil belajar yang maksimal dapat tercapai. Jika salah satu komponen terganggu maka komponen yang lainnya juga akan ikut terganggu, misalnya jika dalam proses belajar anak sakit fisiknya atau fisiknya lemah akibat kurang gizi maka mental anak juga ikut terganggu sehingga anak tidak dapat belajar secara optimal.


(42)

26

Prinsip tempo dan irama perkembangan maksudnya adalah anak berkembang sesuai dengan tempo dan irama perkembangan sendiri-sendiri yang teratur. Setiap anak memiliki tempo dan irama perkembangan yang berbeda-beda. Ada anak yang memiliki tempo dan irama perkembangan yang cepat tetapi ada pula anak yang memiliki tempo dan irama perkembangan yang lambat. Misalnya di dalam sebuah kelas terdapat anak yang berumur 10 tahun tetapi memiiki kematangan berpikir sama dengan anak yang berusia 12 tahun, ada juga anak yang berumur 12 tahun tetapi memiliki kematangan berpikir seperti anak yang berusia 10 tahun.

Tempo dan irama perkembangan ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor pembawaan (potensi dasar) dan lingkungan. Makin tinggi potensi dasar makin cepat irama dan tempo perkembangannya. Demikian pula sebaliknya, makin rendah potensi dasar yang akan dimiliki anak, maka tempo dan irama perkembangannya makin lambat.

c. Prinsip Kesamaan Pola

Prinsip ini mengemukakan bahwa anak sebagai manusia mengikuti pola umum yang sama dalam perkembangannya. Misalnya secara umum anak yang berumur 7 tahun sudah dapat memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan mencapai kemampuan berpikir konkret. Anak berumur 13 tahun telah memasuki masa pra remaja dan siap memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama.

Prinsip ini memiliki beberapa implikasi dalam pelaksanaan pendidikan yaitu:


(43)

27

1) pada umumnya pendidikan dapat dilaksanakan secara klasikal terhadap anak yang berumur kronologis sama,

2) dapat dilaksanakan keseragaman pendidikan untuk anak tingkat umur kronologis tertentu, dan

3) dapat disediakan alat-alat tertentu yang dapat digunakan dari generasi kegenerasi berikutnya untuk anak yang sebaya.

d. Prinsip Kematangan

Seorang anak dapat mengikuti proses belajar di sekolah apabila ia telah matang secara intelektual, sosial dan emosional untuk mengikuti tugas-tugas belajar di Sekolah Dasar. Secara intelektual anak Sekolah Dasar dikatakan matang apabila telah mencapai kemampuan berfikir konkret sehingga dapat memecahkan masalah konseptual dan simbol-simbol dalam pelajaran membaca, menulis, berhitung. Secara sosial-emosional anak harus dapat membina keakraban dengan teman sebaya, mengikuti aturan sekolah, dan memiliki kemandirian.

Seorang anak yang belum matang untuk masuk ke Sekolah Dasar tetapi dipaksa untuk mengikuti pelajaran di sekolah, kemungkinan akan timbul perasaan gagal, tidak berdaya, dan tidak mampu belajar serta hilangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri.

e. Prinsip Kontinuitas

Perkembangan berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan. Perkembangan pada periode awal mempengaruhi pencapaian perkembangan periode berikutnya. Jika seorang anak dapat


(44)

28

mencapai tugas-tugas perkembangan pada periode awal maka tugas-tugas perkembangan pada periode berikutnya dapat diselesaikan dengan baik, tetapi jika pada periode perkembangan sebelumnya seorang anak tidak dapat menyelesaikan tugasnya maka tugas-tugas perkembangan pada periode berikutnya akan sulit untuk diselesaikan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia SD Menurut Elinda Prayitno (1991: 29-34) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

a. Faktor Heriditas

Faktor heriditas adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yang diturunkan melalui gen. Faktor itu adalah bentuk sifat-sifat atau karakteristik yang menentukan batas-batas perkembangan anak walaupun tidak mutlak. Sifat-sifat yang diturunkan secara heriditas yaitu :

1) potensi intelektual, dan 2) tempramen (kepribadian). b. Faktor Lingkungan

Lingkungan menentukan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan pola yang ditentukan oleh hereditas. Lingkungan mempengaruhi potensi-potensi yang diturunkan melalui gen dapat teraktualisasi secara optimal atau tidak. Lingkungan yang merangsang anak untuk belajar secara optimal dapat mengembangkan seluruh potensi anak. Sebaliknya lingkungan yang tidak


(45)

29

merangsang anak untuk belajar secara optimal menyebabkan potensi-potensi yang ada dalam diri anak tetap tersembunyi.

4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Rita Eka Izzaty (2013: 115) karakteristik siswa kelas tinggi Sekolah Dasar adalah sebagai berikut.

a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.

c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Pada masa ini anak mampu berfikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah dialami.

Berdasarkan sifat khas siswa kelas tinggi Sekolah Dasar di atas penggunaan media kertu gladhen aksara Jawa yang di dalamnya mengandung gambar yang mewakili setiap kata akan memancing rasa ingin tahu dan ingin belajar siswa, sehingga siswa akan lebih memahami materi pembelajaran yang bersifat abstrak. Media kertu gladhen aksara Jawa dilakukan dalam bentuk permainan secara berkelompok sehingga akan membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

E. Kajian tentang Media Pembelajaran Kertu Gladhen 1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach


(46)

30

dan Ely,1971 (dalam Azhar Arsyad,2009 :3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008 : 7) media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran.

Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam penelitian ini media kertu gladhen aksara Jawa digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi aksara Jawa sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam kegiatan belajar.


(47)

31 2. Fungsi dan Manfaat Media

Menurut Azhar Arsyad (2009: 26-27) manfaat praktis dalam penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

Menurut Daryanto (2013 :5-6) secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara lain :

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.


(48)

32

f. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media dalam pembelajaran adalah mempermudah guru dalam menyampaikan isi pembelajaran. Dalam penelitian ini media kertu gladhen aksara Jawa digunakan untuk memperjelas penyampaian materi aksara Jawa.

3. Macam-macam Media

Macam-macam media menurut Arief S.Sadiman, dkk (2009: 28) terdiri dari media grafis, media audio, dan media proyeksi diam.

a. Media grafis termasuk media visual. Media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber kepada penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Jenis-jenis media grafis yaitu gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik/graphs, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel/flannel board, dan papan buletin/bulletin board.

b. Media audio adalah media yang berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Contoh media audio adalah radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.


(49)

33

c. Media proyeksi diam adalah media yang diproyeksikan langsung dengan proyektor dan dapat secara langsung berinteraksi dengan peserta didik. Jenis-jenis dari media proyeksi diam adalah film bingkai (slide), film rangkai (film strip), overhead proyektor, proyektor opaque, tachitoscope, microprojection dengan microfilm.

Leshin, Pollock dan Reigeluth, 1992 (dalam Azhar Arsyad,2009: 36) mengklasifikasi media ke dalam lima kelompok, yaitu:

a. Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, kegiatan kelompok, dan field-trip).

b. Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan (workbook), alat bantu kerja, dan lembaran lepas).

c. Media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slide).

d. Media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi). e. Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif

video, hypertext).

Media yang digunakan peneliti adalah media kertu gladhen aksara Jawa yang merupakan pengembangan dari media flashcard. Media tersebut digunakan dalam bentuk permainan. Adapun langkah-langkah permainannya memodifikasi dari permainan kartu remi.

4. Media Kertu Gladhen Aksara Jawa

Media kertu gladhen aksara Jawa dikembangkan dari media flashcard oleh Kunthi Puspitasari. Menurut Azhar Arsyad (2009: 119-121) flashcard adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang dapat menuntun siswa kepada hal yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu tersebut. Kartu flashcard biasanya berukuran 8cm x 12 cm. Kartu-kartu


(50)

34

ini dapat menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respons yang diinginkan.

Hal senada disampaikan oleh Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 95-97) yang menyatakan bahwa flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar. Kartu bergambar hanya cocok untuk kelompok kecil tidak lebih dari 30 orang siswa. Gambar dibuat dengan menggunakan tangan atau foto. Gambar-gambar yang ada pada flashcard merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar yang dicantumkan pada bagian bawah gambar atau belakangnya. Keterangan yang dimaksud adalah tulisan dari nama objek/gambar tersebut.

Menurut Kunthi Puspitasari (2016: 35) pengertian media kertu gladhen Aksara Jawa tidak jauh berbeda dengan pengertian media flashcard. Kertu gladhen aksara Jawa adalah kartu kecil yang dapat memudahkan siswa untuk menulis aksara Jawa. Kertu gladhen aksara Jawa berbentuk persegi panjang yang berukuran 8cm x 12cm dan dibuat dengan kertas ivory 260. Kartu dibuat melengkung dibagian ujungnya untuk menjaga siswa agar tidak tertusuk. Kertu gladhen aksara Jawa terdiri dari 57 buah dengan rincian yaitu 20 kertu aksara legena, 20 kertu sandhangan, 15 kertu abang, 1 kertu ijo, dan 1 kertu biru. Selain kartu-kartu tersebut, permainan dengan kertu gladhen aksara Jawa juga dilengkapi dengan tata cara dolanan, spidol, papan panulisan, kain, dan kertas gladhen yang dibuat dari kertas hvs 70 gram warna kuning.

Pada kertu aksara legena dan kertu sandhangan, ilustrasi pada bagian belakang setiap kartu terdiri dari salah satu huruf Jawa, cara penulisan huruf


(51)

35

Jawa, bunyi huruf Jawa, kata yang mewakili setiap huruf Jawa, serta gambar dari kata yang terdapat dalam setiap kartu. Kertu abang berjumlah 15 buah. Kartu-kartu tersebut dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu 5 kartu berisikan tabel daftar huruf aksara legena, 5 kartu berisikan tabel daftar huruf sandhangan swara, dan 5 kartu yang lain berisikan tabel daftar huruf sandhangan panyigeg wanda. 1 kertu biru berisi soal evaluasi yang berupa perintah untuk menulis kalimat ke dalam aksara Jawa sedangkan 1 kertu ijo berisi kunci dari soal yang terdapat dalam kertu biru. Rincian media kertu gladhen aksara Jawa yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Ilustrasi bagian depan dan bagian belakang kertu aksara legena.

Gambar 1. Ilustrasi

bagian depan kertu aksara legena.

Gambar 2. Ilustrasi bagian belakang kertu aksara legena.


(52)

36

2) Ilustrasi bagian depan dan belakang kertu sandhangan.

3) Ilustrasi bagian depan dan bagian belakang kertu abang.

Gambar 3. Ilustrasi

bagian depan kertu sandhangan.

Gambar 4. Ilustrasi bagian belakang kertu sandhangan.

Gambar 5. Ilustrasi bagian depan kertu

abang.

Gambar 6. Ilustrasi bagian belakang


(53)

37

4) Ilustrasi tata cara dolanan media kertu gladhen aksara Jawa.

5) Ilustrasi cover kemasan media kertu gladhen aksara Jawa.

Media kertu gladhen aksara Jawa dikembangkan dengan mengikuti prosedur pengembangan Borg dan Gall yang terdiri dari 9 langkah pengembangan yaitu: 1) research and information collecting, 2) planning, 3) develop preminary form of product, 4) preliminary field testing, 5) main

Gambar 7. Ilustrasi bagian depan tata

cara dolanan.

Gambar 8. Ilustrasi bagian dalam tata

cara dolanan.

Gambar 9. Ilustrasi cover kemasan


(54)

38

product revision, 6) main field testing, 7) operational prodect revision, 8) operational field testing, dan 9) final product revision. Media kertu gladhen aksara Jawa sudah divalidasi dengan expert judgement (meminta pertimbangan para ahli). Validasi ahli media dilakukan dengan dosen Teknologi Pendidikan dan validasi ahli materi dilakukan dengan dosen Bahasa Jawa. Media kertu gladhen aksara Jawa juga sudah melalui tahapan uji coba produk, sehingga media kertu gladhen aksara Jawa sudah layak digunakan dalam proses pembelajaran Bahasa Jawa materi aksara Jawa.

Cara bermain media kertu gladhen aksara Jawa adalah sebagai berikut. a. Kertu gladhen aksara Jawa untuk bermain 4 sampai 5 siswa.

b. Setiap siswa harus mengamati tabel aksara legena yang ada di kertu abang.

c. Sebelum permainan dimulai, kertu abang, kertu biru, dan kertu ijo ditutup. d. Semua siswa harus hompimpah untuk menentukan urutan menulis kata

beraksara Jawa yang pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima.

e. Apabila kertu gladhen aksara Jawa dipakai untuk bermain 4 orang siswa langkah-langkahnya yaitu:

6) Siswa urutan 1 harus mengasut kertu aksara legena lalu memberi 5 kartu kepada teman-temannya.

7) Siswa urutan 1 menulis salah satu kata yang ada di kartu menggunakan aksara Jawa lalu meminta siswa urutan 2 untuk membaca tulisan tersebut, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan selanjutnya.


(55)

39

8) Siswa urutan 2 menulis salah satu kata yang ada di kartu menggunakan aksara Jawa lalu meminta siswa urutan 3 untuk membaca tulisan tersebut, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 4, apabila tidak bisa kembali dilanjutkan oleh siswa urutan 1.

9) Siswa urutan 3 menulis salah satu kata yang ada di kartu menggunakan aksara Jawa lalu meminta siswa urutan 4 untuk membaca tulisan tersebut, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 1, apabila tidak bisa kembali dilanjutkan oleh siswa urutan 2.

10) Siswa urutan 4 menulis salah satu kata yang ada di kartu menggunakan aksara Jawa lalu meminta siswa urutan 1 untuk membaca tulisan tersebut, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 2, apabila tidak bisa kembali dilanjutkan oleh siswa urutan 3.

11) Waktu untuk membaca kata 10 detik.

12) Apabila siswa lain tidak bisa membaca kata yang ditulis menggunakan aksara Jawa, kartu ditutup di tengah.

13) Kartu diberikan kepada siswa yang berhasil membaca kata yang ditulis menggunakan aksara Jawa.

14) Siswa yang paling cepat menerima 5 kartu yang menjadi juara dalam permainan ini.

15) Langkah-langkah untuk menulis dan membaca aksara Jawa diulangi terus menerus.

16) Siswa yang telah menerima 5 kartu, tidak membaca dan menulis tulisan aksara Jawa yang ada di papan penulisan.


(56)

40

17) Siswa yang telah menerima 5 kartu, harus menulis kata yang berhasil dibaca dengan menggunakan tulisan latin dan aksara Jawa ke dalam kertas gladhen.

18) Siswa yang telah membaca 5 kata tetapi masih memegang kartu, kartu tersebut ditutup di tengah.

19) Siswa yang belum bisa membaca akan tetapi kartu yang dipegang sudah habis, harus mengambil kartu yang ada di tengah dan melanjutkan permainan sampai bisa membaca.

f. Apabila kertu gladhen aksara Jawa dipakai untuk bermain 5 orang siswa langkah-langkahnya yaitu:

2) Siswa urutan 1 harus mengasut kertu aksara legena lalu memberi 4 kartu kepada teman-temannya.

3) Siswa urutan 1 menulis salah satu kata yang ada di kartu menggunakan aksara Jawa lalu meminta siswa urutan 2 untuk membaca tulisan tersebut, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan selanjutnya.

4) Siswa urutan 2 menulis salah satu kata yang ada di kartu menggunakan aksara Jawa lalu meminta siswa urutan 3 untuk membaca tulisan tersebut, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 4, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 5, apabila tidak bisa kembali dilanjutkan oleh siswa urutan 1.

5) Siswa urutan 3 menulis salah satu kata yang ada di kartu menggunakan aksara Jawa lalu meminta siswa urutan 4 untuk


(57)

41

membaca tulisan tersebut, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 5, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 1, apabila tidak bisa kembali dilanjutkan oleh siswa urutan 2.

6) Siswa urutan 4 menulis salah satu kata yang ada di kartu menggunakan aksara Jawa lalu meminta siswa urutan 5 untuk membaca tulisan tersebut, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 1, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 2, apabila tidak bisa kembali dilanjutkan oleh siswa urutan 3.

7) Siswa urutan 5 menulis salah satu kata yang ada di kartu menggunakan aksara Jawa lalu meminta siswa urutan 1 untuk membaca tulisan tersebut, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 2, apabila tidak bisa dilanjutkan siswa urutan 3, apabila tidak bisa kembali dilanjutkan oleh siswa urutan 4.

8) Waktu untuk membaca kata 10 detik.

9) Apabila siswa lain tidak bisa membaca kata yang ditulis menggunakan aksara Jawa, kartu ditutup di tengah.

10) Kartu diberikan kepada siswa yang berhasil membaca kata yang ditulis menggunakan aksara Jawa.

11) Siswa yang paling cepat menerima 4 kartu yang menjadi juara dalam permainan ini.

12) Langkah-langkah untuk menulis dan membaca aksara Jawa diulangi terus menerus.


(58)

42

13) Siswa yang telah menerima 4 kartu, tidak membaca dan menulis tulisan aksara Jawa yang ada di papan penulisan.

14) Siswa yang telah menerima 4 kartu, harus menulis kata yang berhasil dibaca dengan menggunakan tulisan latin dan aksara Jawa ke dalam kertas gladhen.

15) Siswa yang telah membaca 4 kata tetapi masih memegang kartu, kartu tersebut ditutup di tengah.

16) Siswa yang belum bisa membaca akan tetapi kartu yang dipegang sudah habis, harus mengambil kartu yang ada di tengah dan melanjutkan permainan sampai bisa membaca.

g. Setiap siswa harus mengamati tabel sandhangan swara dan sandhangan panyigeg yang terdapat di kertu abang.

h. Langkah-langkah permainan diulangi kembali akan tetapi yang dipakai untuk permainan yaitu kertu sandhangan.

i. Apabila permainan dengan menggunakan kertu sandhangan sudah selesai, semua siswa harus membuka kertu biru dan menjawab pertanyaan yang ada di kartu tersebut di buku tulis masing-masing.

j. Langkah terakhir, semua siswa harus membuka kertu ijo dan mencocokkan pekerjaan masing-masing.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan media kertu gladhen aksara Jawa untuk menjelaskan materi aksara Jawa. Media kertu gladhen aksara Jawa sama seperti yang dibuat oleh Kunthi Puspitasari yaitu terdapat kertu aksara legena, kertu sandhangan


(59)

43

(sandhangan swara dan sandhangan panyigeging wanda), kertu daftar aksara legena dan sandhangan, tata cara dolanan, spidol, papan panulisan, kain. Namun media kertu gladhen aksara Jawa dalam penelitian ini terdapat tambahan yaitu peneliti membuat kertu untuk sandhangan wyanjana dan untuk soal evaluasi peneliti tidak menggunakan soal evaluasi yang sudah ada tetapi membuat soal evaluasi sendiri untuk setiap pertemuan. Langkah-langkah cara penggunaan media kertu gladhen aksara Jawa sama seperti yang sudah dijelaskan di atas.

F. Penelitian yang Relevan

Raden Ferry Ferdian (2013), dalam penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Aksara Jawa Melalui Media Kartu Aksara Jawa di Kelsa IV SD N Karangasem Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulonprogo. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media kartu aksara Jawa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa dapat meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa siswa kelas IV SD N Karangasem. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang diperlihatkan dalam setiap siklus. Nilai rata-rata siswa sebelum dilakukannya tindakan adalah 67. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 74,85. Nilai rata-rata mengalami peningkatan sebesar 7,85 point. Pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 83, dan mengalami peningkatan sebesar 8,15. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa ≥75 dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.


(60)

44 G. Kerangka Pikir

Keterampilan membaca kata atau kalimat aksara Jawa yang rendah dikarenakan beberapa hal seperti dominannya penggunaan metode yang konvensional, proses pembelajaran yang masih domain menggunakan LKS sebagai sumber belajar, dan penggunaan media yang kurang optimal. Kertu gladhen aksara Jawa adalah kartu kecil yang dapat memudahkan siswa untuk menulis aksara Jawa. Penelitian ini menggunakan kertu gladhen aksara Jawa sebagai media pembelajaran yang di dalamnya terdapat materi aksara Jawa yang dilengkapi dengan gambar dan dilaksanakan dengan permainan.

Kertu gladhen aksara Jawa sebagai media pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa SD. Pada usia SD, siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, suka membentuk kelompok untuk bermain bersama. Kertu gladhen aksara Jawa digunakan dalam bentuk permainan dan dilakukan secara berkelompok sehingga akan membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Materi pelajaran pada media kertu gladhen aksara Jawa disajikan dengan menggunakan tambahan gambar pada setiap kertu dimana gambar tersebut mewakili setiap kata sehingga siswa dapat memahami materi dan membuat materi pembelajaran menjadi lebih konkret.

Dengan demikian, penggunaan media kertu gladhen aksara Jawa akan meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV Sekolah Dasar pada pelajaran Bahasa Jawa.


(61)

45 H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang telah disampaikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah keterampilan membaca aksara Jawa siswa kelas IV SD Negeri Muntung akan meningkat jika dalam pembelajaran menggunakan media kertu gladhen aksara Jawa.


(62)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti di kelas atau di sekolah. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa siswa kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung.

Jenis penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolaboratif (kerja sama) yaitu penelitian yang menciptakan kolaborasi antara peneliti dan guru kelas. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian sejak perencanaan penelitian, peneliti sudah terlibat kemudian memantau, mencatat, mengumpulkan data, dan menganalis data sampai dengan melaporkan hasil penelitiannya.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Muntung Temanggung yang berjumlah 21 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.


(63)

47

Penelitian mengambil subjek tersebut berdasarkan hasil observasi pratindakan yang menunjukkan bahwa keterampilan membaca aksara Jawa perlu ditingkatkan.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan membaca aksara Jawa siswa kelas IV A SD Negeri Muntung Temanggung menggunakan media kertu gladhen aksara Jawa.

C. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah di dalam kelas, yaitu pada saat kegiatan pembelajaran bahasa Jawa berlangsung di SD Negeri Muntung Temanggung. SD tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan peneliti di SD Negeri Muntung Temanggung melalui observasi dan wawancara dengan guru kelas IV. Melalui observasi dan wawancara tersebut ditemukan adanya permasalahan pada materi aksara Jawa.


(64)

48 D. Desain Penelitian

Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Madya, 2009: 67)

1. Perencanaan

Penyusunan rencana merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa. Tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah dan kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan. Secara lebih rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Menemukan masalah penelitian yang ada di lapangan, dalam hal ini

menyangkut keterampilan membaca aksara Jawa. Pada fase ini dilakukan melalui wawancara dengan guru kelas kemudian mendiskusikannya maupun melalui observasi di dalam kelas.

b. Merencanakan langkah-langkah pembelajaran mulai dari siklus I sampai dengan siklus II. Namun perencanaan yang dibuat masih bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaannya.


(65)

49

c. Merancang instrumen penelitian yaitu instrumen penelitian berupa lembar observasi untuk siswa dan guru serta instrumen tes membaca keterampilan aksara Jawa.

d. Mempersiapkan media kertu gladhen aksara Jawa dalam pembelajaran aksara Jawa.

2. Tindakan

Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran sebagaimana pemecahan masalah yang telah direncanakan. Tindakan ini dipandu oleh perencanaan yang telah disusun secara rasional. Dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa, tindakan yang dilakukan yaitu:

a. Membagikan kertu gkadhen aksara Jawa kepada setiap kelompok.

b. Melakukan tindakan yaitu dengan menggunakan kertu gladhen aksara Jawa setiap kelompok akan bermain dan berlomba menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kertu gladhen aksara Jawa.

c. Penerapan tindakan mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dirancang peneliti.

d. Mengamati proses pembelajaran. 3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan yaitu selama proses pembelajaran menggunakan media kertu gladhen aksara Jawa berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun dengan tujuan untuk melihat hasil atau dampak dari proses pembelajaran membaca aksara Jawa menggunakan media kertu gladhen


(66)

50

aksara Jawa. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang berorientasi pada masa yang akan datang dan digunakan sebagai dasar tahap refleksi yang lebih kritis.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan peneliti untuk mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan. Refleksi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui apa yang telah dan tidak terjadi dalam perlakuan tindakan sehingga mengetahui hasil yang sudah berhasil atau berhasil dan digunakan untuk melakukan perbaikan di tahap selanjutnya dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya dengan kondisi yang terjadi di lapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data penelitian. Teknik yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yaitu menggunakan teknik tes, observasi dan dokumentasi. 1. Teknik Tes

Tes umumnya bersifat mengukur. Tes digunakan untuk mengungkap hasil belajar siswa. Tes hasil belajar merupakan tes yang digunakan untuk megukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Nana Syaodih, 2010: 223). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes secara lisan membaca kalimat beraksara Jawa. Jumlah butir soal sebanyak 20item


(67)

51 2. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik atau cara mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana Syaodih, 2010: 220). Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui seluruh pelaksanaan tindakan dan kesesuaian pelaksanaan dengan rencana tindakan yang telah disusun.

3. Teknik Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2006: 231) mengemukakan bahwa dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian tersebut maka pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah informasi mengenai keadaan siswa seperti transkrip nilai siswa, foto, administrasi kelas seperti jumlah siswa dan rekaman saat siswa membaca aksara Jawa.

F. Instrumen Penelitian

1. Pengembangan Instrumen Penelitian a. Instrumen Tes

Pengembangan instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes lisan yang telah disusun oleh peneliti. Jumlah soal sebanyak 20 item. Alasan pemilihan bentuk tes secara lisan adalah untuk menguji tingkat


(68)

52

kemampuan membaca siswa. Sebelum tes tersusun, peneliti menyusun kisi-kisi terlebih dahulu. Berikut kisi-kisi-kisi-kisi instrumen membaca aksara Jawa.

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Soal Kompetensi

Dasar

Indikator No Butir Jumlah Butir Membaca dan menulis huruf Jawa yang mengandung sandhangan panyigeging wanda dan sandhangan wyanjana.

Membaca kata dan frasa beraksara Jawa legena

1 1

Membaca kata dan frasa beraksara Jawa yang mengandung sandhangan swara

2, 3, 4 3

Membaca kata dan frasa beraksara Jawa yang mengandung sandhangan panyigeging wanda

5, 6, 7, 8 4

Membaca kata dan frasa beraksara Jawa yang mengandung sandhangan wyanjana

9, 10 2

Membaca kalimat beraksara Jawa legena

1, 2 2

Membaca kalimat beraksara Jawa yang mengandung sandhangan swara

3, 4 2

Membaca kalimat beraksara Jawa yang mengandung sandhangan panyigeging wanda

5, 6, 7, 8 4

Membaca kalimat beraksara Jawa yang mengandung sandhangan wyanjana


(69)

53

Untuk memudahkan penilaian maka perlu dibuat kisi-kisi tes penilaian kemampuan membaca aksara Jawa

Tabel 7. Pedoman Penilaian Membaca Aksara Jawa No Aspek yang

diamati

Baik sekali (4)

Baik (3) Cukup (2) Kurang (1) 1 Ketepatan

menyuarakan tulisan Jika tepat menyuarakan empat huruf dalam kata/frasa Jika tepat menyuara kan tiga huruf dalam kata/frasa Jika tepat menyuara kan dua huruf dalam kata/frasa Jika tepat menyuara kan satu huruf dalam kata/frasa

2 Lafal Jika benar

dan jelas melafalkan empat huruf dalam kata/frasa Jika benar dan jelas melafalka n tiga huruf dalam kata/frasa Jika benar dan jelas melafalka n dua huruf dalam kata/frasa Jika benar dan jelas melafalka n satu huruf dalam kata/frasa 3 Kelancaran Jika lancar

mengucapkan empat huruf dalam kata/frasa Jika lancar mengucap kan tiga huruf dalam kata/frasa Jika lancar mengucap kan dua huruf dalam kata/frasa Jika lancar mengucap kan satu huruf dalam kata/frasa

Menurut Eko Putro Widoyoko (2016: 146) skor akhir peserta tes dihitung dengan rumus sebagai berikut.

SA = � x SP

Dengan ketentuan:

SA = Skor Akhir peserta tes PS = Perolehan Skor

ST = Skor Tertinggi SP = Skala Penilaian


(70)

54

Penilaian bisa menggunakan skala 4, 5, 10, maupun 100. Tergantung kebijakan maupun aturan yang berlaku. Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah 100.

b. Pedoman Observasi

Pedoman observasi memuat jenis tingkah laku siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati dari siswa berkatan dengan: (1) respon siswa dalam menerima pembelajaran, (2) keterampilan membaca aksara Jawa, dan (3) respon siswa dalam penggunaan media kertu gladhen aksara Jawa. Sedangkan aspek yang diamati dari guru berkaitan dengan: (1) penyampaian materi, (2) pembimbingan siswa saat pembelajaran berlangsung, dan (3) penggunaan media kertu gladhen aksara Jawa pada pembelajaran aksara Jawa.

Tabel 8. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa

No Uraian No. Butir Jumlah Butir

1 Respon siswa dalam menerima pembelajaran

1, 2, 3, 4, 5 5

2 Keterampilan membaca aksara Jawa

1,2 2

3 Penggunaan media kertu gladhen aksara Jawa

1, 2, 3, 4 4

Jumlah 11

Tabel 9. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru

No Uraian No. Butir Jumlah Butir

1 Penyampaian materi 1, 2, 3, 4, 5 5

2 Pembimbingan siswa saat pembelajaran berlangsung

1, 2, 3 3

3 Penggunaan media kertu gladhen aksara Jawa

1, 2, 3 3


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)