PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU LATIHAN AYO GLADHEN NYERAT AKSARA JAWA DI KELAS IV SD N ADISUCIPTO I.

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU LATIHAN AYO GLADHEN NYERAT AKSARA JAWA DI KELAS IV SD N ADISUCIPTO I

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Imroatul Hasanah NIM 12108241081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

"Lawan Sastra Ngesti Mulya (Dengan Ilmu Kita Menuju Kemuliaan)" (Ki Hajar Dewantara)

“Orang-orang kreatif adalah pemberani. Ia lampaui kebosanan.” (Anies Baswedan)

“Aksara Jawa merupakan harta karun bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan oleh kami para generasi muda.”


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, karya ini penulis persembahkan kepada: 1. Kedua Orang tua yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat. 2. Keluarga besar Akhman Sugianto yang juga memberikan dukungan material

maupun spiritual.

3. Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menjadi tempat menuntut ilmu. 4. Nusa, Bangsa, dan Agama.


(7)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU LATIHAN AYO GLADHEN NYERAT AKSARA JAWA DI KELAS IV SD N ADISUCIPTO I

Oleh Imroatul Hasanah NIM 12108241081

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran buku latihan menulis aksara Jawa yang berjudul Ayo Nyerat Aksara Jawa yang layak digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jawa materi aksara Jawa bagi siswa kelas IV.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and

development) yang mengacu pada model pengembangan Borg dan Gall. Penelitian

dilakukan di SD Negeri Adisucipto 1 pada bulan November 2016. Media yang dikembangkan merupakan buku latihan yang disusun sesuai dengan kebutuhan siswa serta memperhatikan pedoman dan prinsip-prinsip penyusunan buku latihan yang berkualitas. Media yang dikembangkan divalidasi oleh ahli materi dan ahli media sebelum dilakukan uji coba kepada subjek penelitian. Subjek uji coba penelitian ini berjumlah 35 siswa dengan rincian uji coba lapangan awal 3 siswa, uji coba lapangan utama 11 siswa, dan uji coba lapangan operasional 21 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket uji kelayakan ahli materi, angket uji kelayakan ahli media, dan angket uji kelayakan pengguna. Data tingkat validitas dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) validasi ahli materi memperoleh skor rata-rata 4,84 dengan kriteria sangat baik, 2) validasi ahli media memperoleh skor rata-rata 4,94 dengan kriteria sangat baik, 3) hasil uji coba lapangan awal memperoleh skor rata-rata 4,29 dengan kriteria sangat baik, 4) hasil uji coba lapangan utama memperoleh skor rata-rata 4,58 dengan kriteria sangat baik, dan 5) hasil uji coba lapangan operasional memperoleh skor rata-rata 4,40 dengan kriteria sangat baik. Setelah melalui serangkaian proses uji kelayakan tersebut media pembelajaran buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa untuk kelas IV layak digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jawa materi aksara Jawa.

Kata kunci : pengembangan media, media pembelajaran, buku latihan, aksara Jawa


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Buku Latihan Ayo Gladi Aksara Jawa di Kelas IV SD N Adisucipto 1 dengan lancar. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd. MA, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan.

2. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin serta kemudahan sehingga penulisan skripsi berjalan lancar.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Supartinah, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini serta memberikan motivasi dan amanah.

5. Ibu Siti Mulyani, M. Hum. Pengkaji materi yang telah memberikan saran dan kritik terhadap media pembelajaran buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa.


(9)

6. Bapak Sungkono, M. Pd. Pengkaji media yang telah bersedia memberikan saran dan kritik terhadap media pembelajaran buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa.

7. Bapak Daryono selaku Kepala SD N Adisucipto 1 yang telah memberikan izin untuk mengambil data penelitian ini.

8. Bapak Muhammad Ali Ridho selaku wali kelas IV A yang telah bekerja sama dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Ibu Sri Indah Fitri selaku wali kelas IV B yang telah bekerja sama dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

10. Siswa kelas IV SD N Adisucipto 1 yang telah bersedia menjadi subjek dalam pelaksanaan penelitian.

11. Bapak dan Ibu yang telah memberikan banyak semangat dan dukungan dalam penyusunan skripsi.

12. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian proposal skripsi ini. Semoga amal dan budinya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis berharap semoga karya ini dapat memberi manfaat bagi dunia pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 20 Desember 2016 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... .ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR . ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL. ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN. ... Xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Spesifikasi Produk ... 8

H. Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa Jawa SD ... 12

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Jawa ... 12


(11)

B. Pembelajaran Menulis Aksara Jawa SD ... 16

C. Karakteristik Siswa SD ... 24

D. Media Pembelajaran ... 26

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 26

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 28

3. Klasifikasi Media ... 31

4. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran ... 33

E. Media Cetak Dua Dimensi ... 36

F. Pengembangan Buku Latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa ... 46

G. Penelitian yang Relevan ... 48

H. Kerangka Pikir ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 52

B. Prosedur Pengembangan ... 52

C. Validasi dan Uji Coba Produk ... 56

D. Setting dan Subjek Penelitian ... 57

E. Jenis dan Sumber Data ... 57

F. Instrumen Pengumpulan data ... 58

G. Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63

B. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk ... 104

C. Pembahasan ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Hasil Penelitian ... 108

B. Saran... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110


(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. KI dan KD Mulok Bahasa Jawa kelas IV SD di DIY ... 18

Tabel 2. Aksara Jawa Legena ... 19

Tabel 3. Kisi Instrumen Validasi Ahli Materi ... 58

Tabel 4. Kisi Instrumen Validasi Ahli Media ... 59

Tabel 5. Kisi Instrumen Respon Subjek Uji Coba ... 60

Tabel 6. Pedoman Pemberian Skor ... 61

Tabel 7. Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif Berskala 5 ... 61

Tabel 8. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap I ... 69

Tabel 9. Contoh kalimat pada bab sandhangan swara ... 76

Tabel 10. Contoh kalimat pada bab sandhangan panyigeging wanda ... 76

Tabel 11. Perubahan kalimat perintah pada soal latihan ... 78

Tabel 12. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap II ... 79

Tabel 13. Hasil validasi Ahli Media Tahap I ... 81

Tabel 14. Hasil Validasi Ahli Media Tahap II ... 93

Tabel 15. Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 96

Tabel 16. Hasil Uji Coba Lapangan Utama ... 99

Tabel 17. Hasil Uji Coba Lapangan Operasional ... 102


(13)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Software CorelDraw X7 ... 65

Gambar 2. Judul buku pada sampul sebelum revisi ... 72

Gambar 3. Judul buku pada sampul setelah revisi ... 72

Gambar 4. Simbol bunyi [e] sebelum revisi ... 73

Gambar 5. Simbol bunyi [e] setelah revisi menjadi [ǝ] ... 75

Gambar 6. Kata Pa Cerek sebelum revisi ... 75

Gambar 7. Kata Pa Cerek setelah revisi menjadi Pa Ceret ... 75

Gambar 8. Soal latihan menulis aksara Jawa carakan dengan sandhangan swara ... 77

Gambar 9. Soal latihan menulis aksara Jawa carakan dengan sandhangan swara dan payigeg ... 77

Gambar 10. Lirik lagu Suwe Ora Jamu sebelum revisi ... 78

Gambar 11. Lirik lagu Suwe Ora Jamu setelah revisi ... 79

Gambar 12. Sampul depan dan belakang sebelum revisi ... 84

Gambar 13. Sampul depan dan belakang setelah revisi ... 85

Gambar 14. Identitas buku sebelum revisi ... 86

Gambar 15. Identitas buku setelah revisi ... 86

Gambar 16. Tampilan halaman awal bab Aksara Jawa Legena sebelum revisi ... 87

Gambar 17. Tampilan halaman awal bab Aksara Jawa Legena setelah revisi ... 88

Gambar 18. Kata dan ilustrasi gahana sebelum revisi ... 88

Gambar 19. Kata dan ilustrasi caraka sebelum revisi ... 88

Gambar 20. Kata dan ilustrasi pada sebelum revisi ... 89

Gambar 21. Kata dan ilustrasi nyawa sebelum revisi ... 89

Gambar 22. Kata dan ilustrasi mata sebelum revisi ... 89

Gambar 23. Kata dan ilustrasi gahana direvisi menjadi hawa dan gambar udara dari kipas angin ... 90

Gambar 24. Kata dan ilustrasi caraka direvisi menjadi kaca dan gambar cermin ... 90


(14)

Gambar 25. Kata dan ilustrasi pada direvisi menjadi bapa dan gambar

Bapak ... 90

Gambar 26. Revisi ilustrasi nyawa... 90

Gambar 27. Revisi ilustrasi mata ... 90

Gambar 28. Ilustrasi kali (sungai) sebelum revisi ... 91

Gambar 29. Ilustrasi rega dan lenga sebelum revisi ... 91

Gambar 30. Ilustrasi kali setelah revisi ... 91

Gambar 31. Ilustrasi rega dan lenga setelah revisi ... 91

Gambar 32. Ilustrasi sapi dan tangi sebelum revisi ... 92

Gambar 33. Ilustrasi sapi dan tangi setelah revisi ... 92

Gambar 34. Gambar wayang, petir, dan dhalang sebelum revisi ... 93

Gambar 35. Gambar wayang, petir, dan dhalang setelah revisi ... 93

Gambar 36. Kegiatan siswa pada saat uji coba lapangan awal ... 95

Gambar 37. Kata kopi luwak sebelum revisi ... 98

Gambar 38. Kata topi lulu setelah revisi ... 98

Gambar 39. Kegiatan Uji Coba Lapangan Utama ... 99


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Isi Buku ... 115

Lampiran 2. Hasil Validasi Materi Tahap I ... 122

Lampiran 3. Hasil Validasi Materi Tahap II ... 126

Lampiran 4. Hasil Validasi Media Tahap I ... 131

Lampiran 5. Hasil Validasi Media Tahap II ... 134

Lampiran 6. Data Angket Uji Coba Lapangan Awal ... 137

Lampiran 7. Data Angket Uji Coba Lapangan Utama ... 140

Lampiran 8. Data Angket Uji Coba Lapangan Operasional ... 143

Lampiran 9. Soal Evaluasi Siswa ... 146

Lampiran 10. Rekap Nilai Angket Siswa Uji Coba Lapangan Awal ... 147

Lampiran 11. Rekap Nilai Angket Siswa Uji Coba Lapangan Utama ... 148

Lampiran 12. Rekap Nilai Angket Siswa Uji Coba Lapangan Operasional .. 149

Lampiran 13. Dokumentasi ... 151

Lampiran 14. Kelengkapan Surat Ijin ... 154


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang paling penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Bahasa sebagai sarana memberi dan menerima pesan dari orang lain baik secara lisan maupun tulisan. Indonesia memiliki ribuan bahasa. Bahasa yang berlaku di Indonesia terdiri dari tiga macam yaitu bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa asing. Bahasa nasional yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, sementara itu bahasa daerah digunakan sesuai dengan masing-masing daerah di Indonesia. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang dipergunakan oleh masyarakat suku Jawa yang tinggal di Pulau Jawa khususnya di Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bahasa Jawa memiliki peranan penting dalam kebudayaan masyarakat Jawa sehingga diperlukan suatu upaya pelestarian agar Bahasa Jawa tidak mengalami kemunduran seperti dilupakan atau punah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menjadikan muatan lokal sebagai salah satu mata pelajaran wajib di jenjang sekolah dasar dan menengah. Hal tersebut telah diatur pemerintah dalam UU No 20 tahun 2003 Sisdiknas Pasal 37. Kompetensi dalam muatan lokal dapat berupa bahasa daerah, adat istiadat, kesenian daerah, dan hal-hal lainnya yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah masing-masing. Mata pelajaran bahasa Jawa adalah muatan lokal yang dipilih oleh wilayah


(17)

Kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran Bahasa, Sastra, dan budaya Jawa kelas I s.d VI di SD/MI mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa, sastra, dan budaya Jawa yang telah disusun oleh Tim Pengembang Kurikulum. Mata pelajaran Bahasa Jawa memuat empat aspek keterampilan yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam aspek membaca meliputi keterampilan membaca sastra dan keterampilan membaca aksara Jawa sedangkan dalam aspek menulis meliputi keterampilan menulis huruf latin dan keterampilan menulis aksara Jawa.

Aksara Jawa di SD diajarkan mulai di bangku kelas IV sejak semester 1. Sesuai dengan kompetensi dasar kelas IV siswa diajarkan untuk menulis kata dan kalimat beraksara Jawa Nglegena. Aksara legena berupa 20 huruf dasar dalam aksara Jawa yang bersifat silabik (suku kataan) yaitu: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, tha, nga. Setelah siswa mampu menulis kata dan kalimat dalam aksara legena siswa dapat menuliskan kata dan kalimat beraksara Jawa yang menggunakan sandhangan swara dan panyigeg. Aksara Jawa memiliki huruf yang berbeda dengan huruf latin sehingga seringkali siswa kesulitan membaca dan menulis aksara Jawa. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 108) menyatakan bahwa kegiatan menulis bagi anak lebih sulit daripada kegiatan membaca. Kesulitan ini menjadikan minat belajar aksara Jawa menjadi rendah. Apalagi dalam kehidupan sehari-hari aksara Jawa tidak banyak dipergunakan.

Keberhasilan dalam pembelajaran merupakan tujuan utama seorang guru. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya dengan menggunakan metode dan strategi yang tepat sehingga membantu siswa dalam


(18)

menguasai aksara Jawa. Selain itu, keberhasilan juga ditentukan oleh kemauan berlatih siswa secara bertahap dan terus-menerus. Menulis merupakan suatu keterampilan bahasa yang digunakan untuk komunikasi tidak langsung dan didapatkan sejak lahir namun keterampilan ini memerlukan latihan dan praktik agar menjadi terampil. Begitu juga dalam menulis kata atau kalimat menggunakan huruf Jawa perlu dilakukan secara bertahap dan latihan terus-menerus agar menjadi mahir, sehingga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Penggunaan media pembelajaran yang inovatif juga tentunya akan membantu dalam ketercapaian tujuan dari pembelajaran aksara Jawa. Menurut Wina Sanjaya (2011:209) penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat. Di dalam pembelajaran keterampilan menulis aksara Jawa penggunaan media yang tepat dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga siswa dapat menguasai kemampuan tersebut.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di kelas IV SD N Adisucipto 1 pada pembelajaran Bahasa Jawa materi Aksara Jawa, dapat diperoleh data bahwa materi aksara Jawa merupakan materi yang belum dikuasai siswa dengan baik. Menurut guru hanya sebagian kecil siswa di kelas yang mampu membaca dan menulis aksara Jawa dengan baik, bahkan ada beberapa siswa yang belum bisa menulis aksara Jawa. Beberapa siswa yang belum mampu menulis aksara Jawa berasal dari luar Jawa dan di daerah asal mereka tidak mempelajari bahasa Jawa. Pengamatan yang dilakukan dilapangan juga


(19)

berpusat pada guru. Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru tentang aksara Jawa. Guru menuliskan aksara Jawa dengan membuat tabel aksara Jawa yaitu, tabel yang berisi susunan 20 huruf aksara legena. Siswa menyalin tabel aksara Jawa tersebut ke dalam buku catatan. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk berlatih menulis dengan menyalin kata berhuruf latin ke dalam aksara Jawa. Selain itu guru juga meminta siswa membuat kartu aksara Jawa namun menurut guru media tersebut belum memberikan hasil optimal dalam meningkatkan kemampuan belajar aksara Jawa.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan bapak Muhammad Ridho, S.Pd. selaku wali kelas 4A dan ibu Fitri selaku wali kelas 4B diketahui sebagian besar siswa kelas 4 tidak menguasai materi aksara Jawa dengan baik. Siswa mengalami kesulitan dalam menulis aksara Jawa sehingga banyak siswa yang salah dalam menjawab soal menulis aksara Jawa. Nilai keterampilan menulis siswa juga masih belum memenuhi standar ketuntasan minimal. Menurut siswa aksara Jawa memiliki bentuk yang hampir sama antar setiap huruf aksara Jawa sehingga mereka sering keliru dalam menulis huruf aksara Jawa. Siswa juga mengalami kebingungan saat menulis aksara Jawa menggunakan sandhangan swara dan sandhangan panyigeg wanda. Siswa juga kurang rapi dalam menulis aksara Jawa sehingga tulisan aksara Jawa mereka susah dibaca.

Buku yang dikhususkan untuk materi aksara Jawa jumlahnya sangat terbatas. Buku yang digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran aksara Jawa biasanya hanya buku teks, LKS, dan Pepak Basa Jawa. Materi aksara Jawa dalam buku teks dan LKS tersebut disajikan dengan tabel aksara Jawa yaitu


(20)

berupa tabel yang berisi kedua puluh huruf aksara legena. Terdapat juga soal-soal latihan untuk menulis aksara Jawa berupa menyalin kata dan kalimat dari huruf latin ke huruf aksara jawa serta sebaliknya. Tampilan pada kedua buku tersebut juga kurang menarik dan tidak bervariasi. Buku pegangan siswa yang lain yaitu buku pepak basa Jawa yang menampilkan materi aksara Jawa berupa tabel-tabel aksara Jawa legena, sandhangan, pasangan dan angka-angka Jawa. Materi dan latihan soal dalam buku pegangan sangat terbatas. Seharusnya ada buku yang dikhususkan untuk belajar menulis aksara Jawa mengingat buku latihan menulis huruf latin dan huruf asing banyak ditemukan di toko-toko, sedangkan buku latihan menulis aksara Jawa sangat jarang ditemukan. Mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah juga hanya diberikan waktu dua jam dalam seminggu dan materi yang diberikan tidak hanya aksara Jawa tetapi banyak materi yang lainnya. Waktu belajar aksara Jawa sangat kurang sehingga siswa dapat belajar tidak hanya di sekolah tetapi dapat mempelajari sendiri di rumah. Kegiatan belajar di luar sekolah membutuhkan buku yang mudah dipahami dan dipelajari oleh siswa. Buku tersebut juga harus dapat membantu guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Materi ajar dalam buku hendaknya bersifat memandu siswa dan disajikan secara rinci dari pengenalan aksara Jawa sampai latihan-latihan menulis aksara Jawa.

Keterbatasan media yang digunakan serta penggunaan metode yang kurang variatif memberikan dampak bagi motivasi dan prestasi belajar bahasa Jawa siswa kelas IV khususnya pada materi aksara Jawa. Oleh karena itu, diperlukan suatu


(21)

pengembangan buku latihan. Buku latihan merupakan salah satu bentuk media cetak yang berisi latihan-latihan guna meningkatkan kemampuan atau keterampilan penggunanya dan digunakan secara periodik. Menurut Azhar Arsyad (2011:38) media cetak seperti buku memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu siswa dapat belajar sesuai kemampuannya masing-masing dan dapat mengulang materi secara mandiri. Buku latihan memberikan siswa keleluasan berlatih secara mandiri dalam meningkatkan keterampilan siswa. Penggunaan buku latihan sangat fleksibel dan dapat digunakan dimana saja dan kapanpun.

Berdasarkan uraian diatas dan permasalahan yang ada, maka peneliti bermaksud untuk mengembangkan media yang layak digunakan dalam pembelajaran aksara Jawa. Pengembangan buku latihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa yang disesuaikan dengan kurikulum, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa. Peneliti mengembangkan produk dari buku latihan menulis huruf alfabet dan arab dengan metode menebalkan titik-titik sehingga membentuk huruf atau aksara. Buku yang dikembangkan dengan judul Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa untuk siswa SD kelas IV ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan keterampilan siswa dalam menulis aksara Jawa. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Buku Latihan Ayo

Gladhen Nyerat Aksara Jawa untuk Kelas IV SD N Adisucipto 1”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut.


(22)

1. Semangat dan minat belajar aksara Jawa yang rendah karena materi aksara yang dianggap sulit oleh sebagian siswa.

2. Bentuk huruf yang hampir sama dalam aksara Jawa membuat siswa mengalami kesulitan dalam menulis aksara Jawa.

3. Waktu yang dimiliki guru untuk mengajarkan aksara Jawa sangat terbatas sehingga siswa membutuhkan sumber belajar lain untuk berlatih di rumah secara mandiri.

4. Terbatasnya media yang digunakan dan penggunaan metode yang kurang variatif. Khususnya penggunaan media buku yang menyajikan materi dan latihan menulis aksara Jawa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian difokuskan pada masalah keterbatasan sumber belajar menulis aksara Jawa dengan melakukan pengembangan buku latihan menulis aksara Jawa yang digunakan di kelas IV.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut “Bagaimana menghasilkan produk media pembelajaran yang layak digunakan oleh siswa kelas IV Sekolah Dasar dalam belajar menulis aksara Jawa?”

E. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan produk media pembelajaran buku latihan menulis aksara Jawa


(23)

pembelajaran menulis aksara Jawa bagi siswa kelas VI SD N Adisucipto I Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini memberi masukan sekaligus menambah pengetahuan serta wawasan tentang pengembangan media pembelajaran Ayo Gladhi Aksara Jawaterhadap pembelajaran keterampilan menulis aksara Jawa . 2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru SD

Sebagai alternative media pembelajaran untuk menyampaikan materi dan memberikan siswa latihan menulis aksara Jawa pada mata pelajaran Bahasa Jawa.

b. Bagi Siswa

Mempermudah siswa dalam berlatih menulis aksara Jawa dan menarik minat siswa dalam belajar menulis aksara Jawa.

c. Bagi Sekolah

Menambah sumber belajar bagi siswa dan meningkatkan motivasi sekolah untuk selalu menyediakan media pembelajaran yang inovatif. G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.


(24)

1. Media pembelajaran ini berupa buku latihan yang berisi materi aksara Jawa legena, sandhangan swara, dan sandhangan panyigeg untuk kelas IV SD yang sesuai dengan kurikulum 2013.

2. Terdapat petunjuk penggunaan buku, dengan tujuan siswa dapat memahami penggunaan buku Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa.

3. Disertai kompetensi dasar dan indikator dengan tujuan siswa dapat mengetahui kompetensi yang harus dicapai.

4. Terdapat petunjuk kerja di setiap latihan-latihan yang disajikan dalam buku.

5. Terdapat cerita mengenai asal mula aksara Jawa dalam cerita “Ajisaka” yang disertai gambar ilustrasi.

6. Terdapat tabel aksara Jawa legena sebagai pengenalan awal aksara Jawa. 7. Latihan pertama, yaitu menghubungkan titik-titik yang akan membentuk

huruf-huruf dalam aksara Jawa dengan tujuan siswa dapat secara perlahan belajar menuliskan huruf aksara Jawa yang baik. Di setiap latihan ini terdapat kata dalam aksara Jawa dan latinnya yang awalannya berasal dari huruf yang dipelajari serta terdapat ilustrasi dari kata tersebut.

8. Membahas sandhangan swara dengan disertasi contoh dan ilustrasi. Dihalaman selanjutnya disajikan latihan selanjutnya yaitu menyalin kalimat dari latin ke aksara Jawa yang menggunakan sandhangan swara. 9. Membahas sandhangan panyigeg dengan disertasi contoh dan ilustrasi.


(25)

kalimat dari latin ke aksara Jawa yang menggunakan sandhangan panyigeg.

10.Latihan-latihan yang berikutnya, yaitu menjodohkan gambar dengan kata atau kalimat beraksara Jawa, melengkapi aksara Jawa Legena, dan teka-teki silang aksara Jawa.

11.Terdapat banyak latihan menulis kata dan kalimat dalam aksara Jawa guna mengukur pemahaman siswa dalam menulis aksara Jawa.

12.Media pembelajaran berupa buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara

Jawa didesain menggunakan CorelDRAW X7.

13.Media pembelajaran berbentuk media cetak dengan ukuran kertas A4. Kertas yang digunakan adalah AP 120gr dan HVS 80gr.

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari timbulnya kesalahan persepsi terhadap istilah-istilah pokok dalam penelitian ini maka perlu diberi batasan istilah sebagai berikut:

1. Pengembangan penelitian bertujuan mengembangkan dan menghasilkan produk berupa buku latihan guna melatih menulis aksara Jawa yang berjudul Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa.

2. Buku latihan “Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa” untuk siswa SD kelas 4 adalah media pembelajaran yang dibuat dengan menggunakan CorelDRAW X7 dan berbentuk buku latihan berukuran A5 sehingga mudah untuk dibawa. Media ini berisi materi latihan menulis aksara Jawa untuk siswa SD kelas 4 yang digunakan secara periodik dan mandiri agar siswa memiliki keterampilan menulis aksara Jawa.


(26)

3. Mata pelajaran Bahasa Jawa merupakan bahan informasi yang berisi muatan keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pengembangan buku latihan yang dilakukan fokus pada ketrampilan menulis dengan materi pokok terbatas pada materi pengenalan 20 huruf aksara Jawa legena, sandhangan swara, dan sandhangan panyigeg.


(27)

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa Jawa SD

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Jawa

Sebagian besar perkembangan siswa dicapai melalui belajar. Belajar dapat melalui guru ataupun tanpa guru dan dapat dilakukan dimanapun. Kegiatan yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar disebut juga dengan pembelajaran. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pembelajaran diartikan sebagai sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Zaenal Arifin (2013:10) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses aktif peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya. Peserta didik dilibatkan ke dalam kegiatan menyenangkan yang dapat mendorong terjadinya proses terbentuknya pengalaman. Pembelajaran tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan, teori-teori, dan konsep-konsep tetapi juga dapat mengembangkan potensi, kecakapan dan kepribadian siswa.

Menurut Mudhofir dalam buku yang ditulis tim pengembang MKDP (2011 : 129) terdapat empat pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu dalam bentuk alat peraga. Pola ini sangat tergantung dengan kemampuan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa secara lisan. Kedua, pola guru menggunakan alat bantu dalam menjelaskan dan memperagakan suatu pesan yang bersifat absrak. Ketiga, pola


(28)

guru dalam memanfaatkan media pembelajaran sebagai sumber belajar. Keempat, pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau baha pembelajaran yang telah disiapkan. Peran guru dalam pembelajaran bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga harus mampu membuat variasi pada pola pembelajaran serta bahan pembelajaran.

Masyarakat Jawa menggunakan bahasa Jawa selain sebagai alat komunikasi dalam komunitas tetapi juga sebagai bahasa ibu yang sarat akan nilai-nilai tatakrama yang memberikan sumbangan bagi pembentukan generasi penerus bangsa. Bahasa Jawa telah digunakan sejak dulu sehingga menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Bahasa Jawa diajarkan sejak dini agar tidak punah serta sebagai bentuk pelestarian budaya. Pemerintah turut ambil bagian dalam pelestarian bahasa Jawa melalui jalur pendidikan. Bahasa Jawa di sekolah/madrasah diberikan selama 2 jam dalam satu minggu dan termasuk ke dalam mata pelajaran muatan lokal wajib. Pembelajaran bahasa Jawa diterapkan sejak dibangku kelas I sekolah dasar/madrasah. Pembelajaran bahasa Jawa diajarkan secara pragmatik, atraktif, rekreatif, dan menyenangkan, serta berguna bagi kehidupan peserta didik/ siswa dan bersumber dari Tata Nilai Budaya Istimewa Indonesia.

Dalam penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran bahasa Jawa merupakan segala upaya yang diciptakan oleh guru agar siswa dapat belajar mengenai bahasa, sastra, dan budaya Jawa sebagai bentuk pelestarian bahasa Jawa dengan penyampaian yang sesuai kompetensi.


(29)

2. Fungsi Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Bahasa Jawa sebagai muatan lokal merupakan upaya pemerintah dalam melakukan pengenalan dan pelestarian budaya Jawa kepada peserta didik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Guberbur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 64 Tahun 2013. Menurut Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 64 Tahun 2013 tentang mata pelajaran bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib di sekolah/madrasah memiliki fungsi sebagai wahana untuk menyemaikan nilai-nilai pendidikan etika, estetika, moral, spiritual, dan karakter. Penelitian ini mengacu pada ketiga fungsi dari pembelajaran bahasa Jawa tersebut dan merupakan salah satu upaya melestarikan budaya Jawa khususnya aksara Jawa.

3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Tujuan bahasa Jawa tertuang pada dengan Peraturan Guberbur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 64 Tahun 2013 pasal 6 yang bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagi berikut.

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dan tata bahasa yang baik dan benar.

b. Menghargai dan menggunakan Bahasa Jawa sebagai saran berkomunikasi, lambang kebanggan dan identifikasi sejarah.

c. Menggunakan bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan sosial.

d. Memanfaatkan dan menikmati karya satra dan budaya Jawa untuk memperhalus budi pekerti dan meningkatkan pengetahuan.


(30)

e. Menghargai bahasa dan sastra Jawa sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Pada pembelajaran Bahasa Jawa di SD dengan beragam fungsi tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Jawa di SD dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pembelajaran bahasa Jawa memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan peserta didik karena dalam pembelajaran bahasa Jawa syarat akan pembelajaran sopan santun serta bagaimana siswa akan bertindak dalam kehidupan di masyarakat. Diharapkan pula siswa dapat berperan sebagai pelestari dari kebuyaan lokal Jawa yang diajarkan dalam pembelajaran bahasa Jawa ini.

4. Kurikulum Bahasa Jawa SD

Kurikulum muatan lokal bahasa Jawa yang disusun oleh Pemprov DIY merumuskan tujuan pembelajaran bahasa Jawa yang telah dipaparkan sebelumnya ke dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Kompetensi inti dan kompetensi dasar tersebut merupakan penentuan kompetensi siswa yang harus dicapai. Kompetensi siswa yang harus dicapai berupa kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

Kompetensi dasar dalam pembelajaran bahasa Jawa mencakup komponen kemampuan berbahasa, bersastra, dan berkemampuan budaya yang meliputi 4 keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai keempat keterampilan tersebut.


(31)

a. Menyimak, meliputi kompetensi memahami wacana lisan sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya Jawa seperti dongeng berbagai tema, cangkriman, paribasan, tembung entar, dan parikan.

b. Berbicara, meliputi kompetensi mengungkapkan gagasan wacana lisan sastra dan nonsastra, seperti memperkenalkan diri, mengucapkan salam, menyampaikan terimakasih, bertanya, menjawab pertanyaan, menyampaikan ajakan, melakukan praktik bertamu yang dilakukan dengan unggah-ungguh yang tepat, serta menceritakan berbagai tokoh wayang.

c. Membaca, meliputi kompetensi memahami wacana tulis sastra dan nonsastra, yaitu memahami wacana tulis dengan berbagai tema, melagukan berbagai tembang dolanan dan macapat, serta membaca aksara Jawa.

d. Menulis, meliputi kompetensi mengungkapkan gagasan wacana tulis sastra dan nonsastra seperti menulis kata, kalimat, membuat karangan dengan berbagai tema, serta menulis dengan aksara Jawa.

Media Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa yang dikembangkan dalam penelitian ini digunakan untuk meningkatkan kompetensi dalam pembelajaran bahasa Jawa khususnya keterampilan menulis aksara Jawa di kelas IV sekolah dasar

B. Pembelajaran Menulis Aksara Jawa SD

Keterampilan bahasa Jawa mempunyai empat komponen yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan-keterampilan ini


(32)

saling berhubungan satu sama lain. Keterampilan hanya dapat duperoleh dan dikuasai melalui latihan dan praktik. Menurut Tarigan (1982 : 4) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk komunikasi tidak langsung karena tidak melalui tatap muka. Keterampilan menulis tidak didapat sejak lahir atau secara otomatis namun memerlukan latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu (1) pengenalan huruf dan (2) latihan. Kegiatan pengenalan huruf diajarkan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Kegiatan pengenalan huruf ditekankan pada pengenalan bentuk tulisan dan pelafalan huruf. Fungsi dari kegiatan ini adalah untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan. Pada proses pemberian latihan, kegiatan dilaksanakan dengan prinsip dari yang mudah ke yang sulit, dari latihan yang sederhana ke latihan yang kompleks. Beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat diterapkan pada pembelajaran menulis aksara Jawa, yaitu sebagai berikut.

a. Latihan mengeblat dengan menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindih tulisan yang telah ada.


(33)

d. Latihan dikte atau imla, yaitu mendengarkan ucapan guru dan memindahkan ke dalam wujud huruf dengan benar.

e. Latihan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang dihilangkan secara sengaja.

Aksara Jawa merupakan salah satu kebudayaan Jawa. Aksara Jawa memiliki bentuk yang berbeda dengan huruf latin, setiap huruf dalam aksara Jawa bersifat silabik dimana satu huruf aksara Jawa memiliki dua atau lebih huruf latin. Dalam menuliskan huruf-huruf aksara Jawa dibutuhkan latihan serta praktik agar tulisan dapat dibaca dan dipahami. Supartinah (2007: 98) mengemukakan bahwa keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar adalah keterampilan mengungkapkan sebuah gagasan dengan jelas, logis, serta tertata rapi dengan konteks serta suasananya.

Aksara Jawa diajarkan di sekolah dasar sejak kelas IV. Berdasarkan Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 64 Tahun 2013 tentang Mata Pelajaran Bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib di sekolah, kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran aksara Jawa kelas IV SD adalah sebagai berikut.

Tabel 1. KI dan KD Mulok Bahasa Jawa kelas IV SD di DIY

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

5. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

4.5 Menulis kata dan kalimat beraksara Jawa nglegena, dan yang menggunakan sandhangan swara, lan panyigeg.


(34)

Berdasarkan KI dan KD di atas pembelajaran bahasa Jawa di kelas IV SD khususnya aksara Jawa yaitu menulis kata dan kalimat beraksara Jawa nglegena dan sandhangan swara lan panyigeg kemudian dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan isi materi pada media pembelajaran yang dikembangkan.

Adapun materi pembelajaran membaca aksara Jawa di kelas IV SD adalah sebagai berikut.

a. Aksara Legena

Aksara legena merupakan aksara Jawa pokok yang berjumlah 20 buah

huruf aksara yang diawali huruf (ha) sampai huruf terakhir (nga). Tabel 2. Aksara Jawa Legena

Ha Na Ca Ra Ka

Da Ta Sa Wa La

Pa Dha Ja Ya Nya

Ma Ga Ba Tha Nga

Contoh :


(35)

b. Sandhangan Swara

Sandhangan adalah tanda yang memiliki fungsi sebagai pengubah bunyi aksara Jawa. Sandhangan swara ada 5 yaitu : wulu, pepet, suku, taling, dan taling-tarung.

1) Sandhangan Wulu (.…...)

Sandhangan wuludipakai untuk melambangkan vokal “i” dalam

suatu suku kata. Sandhangan wulu berbentuk bulatan kecil yang dituliskan di atas bagian akhir aksara.

Contoh :

Siji “Satu”

Kali “Sungai”

2) Sandhangan Suku(.…...)

Sandhangan sukudipakai untuk melambangkan vokal “u” dalam

suatu suku kata. Sandhangan suku ditulis menyambung dengan bagian akhir aksara.

Contoh :

Tugu “Tugu”

Guru “Guru”

3) Sandhangan Pepet(.…...)

a) Sandhangan Pepet dipakai untuk melambangkan suara vokal


(36)

bulatan yang berukuran lebih besar daripada Sandhangan suku dan ditulis di atas bagian akhir aksara. Ada

Contoh :

Pelem “Mangga”

Geni “Api”

b) Sandhangan Pepet tidak dipakai dalam menulis suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan karena re dan le yang bukan

pasangan dilambangkan dengan ( ) dan ( ) ditulis di atas aksara yang mendapat pasangan.

Contoh :

Rega “Harga”

Legi “Manis”

4) Sandhangan Taling ( ...)

Sandhangan taling dipakai untuk melambangkan suara vokal “é” di dalam suatu suku kata. Sandhangan taling ditulis di depan aksara yang melambangkan suku kata bersuara é.

Contoh :

Gedhé “Besar”

Désa “Desa”


(37)

Sandhangan taling tarung dipakai untuk melambangkan vocal “o” di dalam suku kata. Sandhangan taling tarung ditulis di depan dan di belakang (mengapit) aksara Jawa.

Contoh :

Loro “Dua”

toko “Toko”

c. Sandhangan Panyigeg Wanda

Sandhangan panyigeg atau sandhangan konsonan mati terdiri dari empat macam yaitu : wigyan, layar, cecak, dan pangkon.

1) Wigyan ( ... )

Sandhangan wigyan dipakai untuk melambangkan konsonan “h”

sebagai penutup suku kata dan dituliskan di belakang aksara Contoh :

Sawah “Sawah”

Omah “Rumah”

2) Layar ( ... )

Sandhangan layar dipakai untuk melambangkan konsonan “r” sebagai

penutup suku kata dan ditulis di atas bagian akhir aksara. Contoh :

Pager “Pagar”


(38)

3) Cecak ( … )

a) Sandhangan cecak dipakai untuk melambangkan konsonan “ng”

(sebagai penutup suatu suku kata). Sandangan cecak ditulis di atas bagian akhir aksara.

Contoh :

Wayang “Wayang”

Kakang “Kakak”

b) Sandhangan cecak ditulis di belakang sandhangan wulu dalam suku kata yang bersuara “i”.

Contoh :

Wingking “Belakang”

Kuping “Telinga”

c) Sandhangan cecak ditulis di dalam sandhangan pepet dalam suku kata yang bersuara vocal “e”

Contoh :

Sugeng “Selamat”

Ageng “Besar”

4) Pangkon ( … )

a. Sandhangan pangkon dipakai untuk menyatakan konsonan mati/ penutup dalam suatu suku kata. Sandhangan pangkon ditulis


(39)

Dalan “Jalan”

Bocah cilik “Anak kecil”

b. Selain mematikan konsonan, sandhangan pangkon dapat berfungsi sebagai batas bagian kalimat atau rincian yang belum selesai.

Contoh:

Saka dolan, aku terus sinau

“Setelah bermain, aku langsung belajar” C. Karakteristik Siswa SD

Siswa kelas IV sekolah dasar rata-rata berusia 9-10 tahun. Siswa kelas IV sekolah dasar menurut para ahli termasuk ke dalam masa kanak-kanak akhir. Siswa kelas IV sekolah dasar termasuk ke dalam kelas tinggi sekolah dasar. Masa kelas-kelas tinggi berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya berada di kelas 4, 5 dan 6. Adapun ciri-ciri anak masa-masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008 : 117) adalah sebagai berikut.

1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari 2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.

3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

5. anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompok bersama.

Menurut Piaget dalam Rita Eka Izzaty, dkk (2008 : 105) masa kanak-kanak akhir ini berada pada tahap operasional konkret dalam berfikir. Konsep yang pada


(40)

awalnya tidak jelas atau samar-samar bagi anak sekarang menjadi lebih konkret dan jelas. Anak mampu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan sistem matematis secara logis. Anak mengerti perubahan-perubahan dan proses dari kejadian yang lebih kompleks serta saling berhubungan.

Kemampuan berbahasa semakin membaik pada masa ini, anak mampu untuk memahami dan menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Perkembangan bahasa nampak pada perbendaharaan kata dan tata bahasa. Usia-usia anak sekolah adalah periode yang sangat kreatif dalam perkembangan bahasa. Penekanan perkembangan bahasa berubah dari bentuk bahasa sampai ke isi dan penggunaan bahasa. Bahasa kreatif anak-anak usia sekolah dapat didengar dalam bentuk nyanyian, sajak, dan dolanan atau dalam buku otobiografi. Kreativitas dapat mencerminkan dalam keseluruhan perkembangan bahasa.

Usia sekolah adalah suatu masa pertumbuhan pemahaman kata dan hubungannya yang berlangsung secara terus-menerus. Dengan demikian mereka memperkaya perbendaharaan kata lebih banyak melalui bacaan-bacaan yang sifatnya konstektual. Peningkatan bahasa lebih terlihat setelah kelas IV SD.

Belajar membaca dan menulis memudahkan anak dalam berkomunikasi langsung. Bagi anak menulis merupakan tugas yang lebih sulit daripada membaca. Cara belajar menulis dilakukan secara bertahap dengan latihan dan seiring dengan perkembangan membaca. Proses menulis berkaitan sangat erat dengan kegiatan menggambarkan yang menunjukkan simbolisasi, sehingga anak yang kemampuan melukisnya bagus cenderung memiliki kemampuan menulis yang bagus. Anak


(41)

Selanjutnya menduduki kelas tiga dan empat cenderung mengalami perubahan dalam kemampuan menulisnya, dari yang berfokus pada egosentrik ke yang berfokus pada reaksi pembaca. Pada masa ini anak sebagai penulis sudah dapat melakukan revisi sendiri yng didasarkan pada kemampuannya menangkap persepsi orang lain. Selain membaca dan menulis, anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain karena berbicara merupakan alat komunikasi yang penting dalam berkelompok.

Kebutuhan setiap siswa bervariasi sesuai dengan tahapan perkembangannya, meski pada umumnya meliputi kebutuhan fisik, kognitif, emosi, sosial dan intelektual. Hal ini akan menentukan bagaimana siswa dalam masing-masing tahapan akan belajar dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Tugas guru atau pendidik salah satunya yaitu perlu memahami dan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, bahasa, moral, emosi serta sosial dalam diri siswa.

Terkait dengan pembelajaran aksara Jawa menggunakan media pembelajaran buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa, dalam pemilihan tema, tampilan serta materi harus disesuaikan dengan karakteristik siswa terutama pada perkembangan kognitif dan bahasa.

D. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang berarti perantara atau pengantar. Media merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber kepada penerima. Dalam dunia pendidikan yang


(42)

berperan sebagai sumber pemberi informasi adalah guru dan penerima informasi adalah siswa. Pesan atau informasi yang disampaikan berupa sejumlah keterampilan yang harus dikuasai. Menurut Briggs dalam Wina Sanjaya (2008 : 204) media merupakan alat yang digunakan untuk memberi rangsangan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Media menjadi salah satu komponen yang mendukung dalam proses belajar-mengajar. Penggunaan media pembelajaran akan memudahkan guru dalam menyampaikan pesan atau informasi berupa materi pembelajaran. Heinich dkk (Azhar Arsyad, 2006:4) mengemukakan bahwa media sebagai perantara yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan atau mengandung maksud-maksud pembelajaran antara sumber dan penerima disebut dengan media pembelajaran.

Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran,yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder,film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Media adalah komponen sumber belajar yang mengandung materi pembelajaran di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk merangsang atau meningkatkan pemahaman siswa terhadap penguasaan keterampilan. Diharapkan media yang dikembangkan mampu merangsang serta meningkatkan kemampuan siswa khususnya pada pembelajaran menulis aksara Jawa di kelas IV SD.


(43)

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Pengetahuan yang diperoleh siswa secara verbal bersifat abstrak. Siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa mengetahui makna yang terkandung dalam kata tersebut. Penyampaian informasi secara verbal juga membuat semangat siswa menjadi berkurang karena siswa kurang memahami informasi yang disampaikan. Peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dapat menggunakan bermacam-macam media yang sesuai dengan informasi yang akan disampaikan. Melalui media pembelajaran hal yang bersifat abstrak akan menjadi lebih konkret.

Fungsi utama media pembelajaran menurut Azhar Arsyad (2006:15) adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Levied an Lentz (Azhar Arsyad, 2006:16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran khususnya media visual, yaitu sebagai berikut.

a. Fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran.

b. Fungsi afektif yaitu menggugah emosi dan sikap siswa melalui media yang ditampilkan.

c. Fungsi kognitif yaitu memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam media. d. Fungsi kompensatoris yaitu membantu siswa yang lemah dan lambat

menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau lisan.


(44)

Media pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa. Menurut Wina Sanjaya (2008:208) media pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut.

a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu. b. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu. c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

d. Media pembelajaran memiliki nilai praktis

Media pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan dan menarik sehingga motivasi belajar siswa serta pemahaman siswa terhadap materi pelajaran semakin meningkat. Kemp dan Dayton (Cecep K. dan Bambang S., 2013:21) mengemukakan beberapa dampak positif dari penggunaan media, yaitu sebagai berikut.

a. Penyampaian pelajaran tidak kaku. b. Pembelajaran bisa lebih menarik. c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif. d. Menyingkat waktu pembelajaran. e. Kualitas hasil belajar meningkat.

f. Pembelajaran dapat diberikan dimanapun dan kapanpun, terutama jika media didesain untuk penggunaan individu.

g. Meningkatkan sikap positif siswa terhadap bahan pembelajaran. h. Peran guru menjadi lebih positif.


(45)

Sementara Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (2012 : 2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam poses belajar siswa, yaitu sebagai berikut.

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Makna dari bahan pelajaran menjadi lebih jelas sehingga siswa dapat lebih memahami dan menguasai serta dapat mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar menjadi lebih bervariasi dan menghindarkan siswa dari rasa bosan.

d. Siswa dapat melakukan lebih banyak kegiatan karena tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Berdasarkan kajian para ahli mengenai fungsi dan manfaat media pembelajaran, maka dapat diperoleh fungsi dan manfaat media yang akan dikembangkan dalam pembelajaran menulis aksara Jawa adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran menulis aksara Jawa menjadi lebih menarik.

b. Pembelajaran dapat diberikan kapanpun dan dimanapun karena penggunaannya secara individu.

c. Meningkatkan sikap positif siswa dalam belajar menulis aksara Jawa. d. Peran guru menjadi lebih positif karena guru tidak harus menempatkan


(46)

3. Klasifikasi Media

Wina Sanjaya (2008 : 211) berpendapat bahwa media pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga sudut. Berdasarkan sifatnya, media dapat dikelompokkan ke dalam.

a. Media auditif. Media ini hanya dapat didengar suaranya saja, seperti, radio dan rekaman suara.

b. Media visual. Media yang hanya dapat dilihat saja dan tidak bersuara, seperti film slide, foto, gambar, dan berbagai bahan yang dicetak seperti media grafis.

c. Media audiovisual. Jenis media yang mengandung unsur suara dan gambar, seperti film, slide suara dan lain sebagainya.

Berdasarkan kemampuan jangkauannya, media dapat dikelompokkan ke dalam.

a. Media yang memiliki daya liput luas dan serentak seperti radio dan televisi.

b. Media yang memiliki daya liput terbatas ruang dan waktu seperti film dan video.

Berdasarkan cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dikelompokka ke dalam.

a. Media yang diproyeksikan, seperti film, slide danOHP.

b. Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan sebagainya


(47)

Berdasarkan perkembangan teknologi menurut Azhar Arsyad (2006:29) media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Leshin, Pollock, dan Reigeluth (Azhar Arsyad, 2006:36) mengelompokkan media ke dalam lima kelompok, yaitu (1) media berbasis manusia (guru, main-peran, kegiatan kelompok, dan field-trip); (2) media berbasis cetak (buku, modul, buku latihan, alat bantu kerja, dan lembaran lepas); (3) media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slide); (4) media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi); dan (5) media berbasis komputer (pengajaran dengan computer, interaktif video, hypertext).

Sementara itu Andi Prastowo (2011:40) mengelompokkan media menurut bentuknya ke dalam empat macam, yaitu media cetak, audio, audiovisual, dan media interaktif. Berikut penjabaran keempat macam media tersebut.

a. Media cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang berfungsi sebagai penyampaian informasi dan keperluan pembelajaran. Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket.

b. Media audio merupakan suatu sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya, kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.


(48)

c. Media audiovisual yaitu media yang dapat dilihat dan didengar dimana segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan film.

d. Media interaktif merupakan media dengan kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan/atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya proyektor.

Berdasarkan klasifikasi media yang dikelompokkan oleh para ahli tersebut, maka media yang akan dikembangkan yaitu Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa termasuk ke dalam kategori media cetak karena melalui proses pencetakan dalam kertas dengan sejumlah bahan yang berisi informasi dan jika dikelompokkan berdasarkan sifat dan dimensinya maka termasuk ke dalam media dua dimensi. 4. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran

Baik buruknya suatu media pembelajaran tidak diukur dari tampilan medianya saja tetapi perlu diketahui seberapa efektifnya media itu dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Soeparno (1980 : 13) berpendapat bahwa dalam memilih media terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan.

a. Kita perlu mengetahui karakteristik media sehingga mengetahui keunggulan dan kekurangan media yang akan digunakan.


(49)

c. Media yang digunakan sesuai dengan metode dan strategi yang digunakan saat kegiatan belajar mengajar.

d. Media yang digunakan sesuai dengan karakteristik siswa.

e. Media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat media akan dipergunakan.

Menurut Azhar Arsyad (2006:72) dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut.

a. Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sehingga di dalam media harus terkandung informasi yang memiliki perlakuan memotivasi.

b. Perbedaan individual. Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda sehingga tingkat penyajian informasi melalui media harus berdasarkan pada tingkat pemahaman.

c. Tujuan pembelajaran. Tujuan akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran. d. Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur yang

akan dipelajari diatur ke dalam urutan yang bermakna.

e. Persiapan sebelum belajar. Ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.


(50)

g. Partisipasi. Pentingnya partisipasi aktif siswa dalam penggunaan media akan meningkatkan kemampuan untuk memahami dan mengingat pelajaran.

h. Umpan balik. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar berkelanjutan.

i. Penguatan. Pemelajaran yang didorong oleh keberhasilan dapat membangun kepercayaan diri siswa.

j. Latihan dan pengulangan. Pengetahuan serta keterampilan harus sering diulangi dan dilatih agar pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian dari kompetensi.

k. Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan hasil belajar pada masalah dan situasi baru.

Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan media adalah sebagai berikut.

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum yang mengacu pada satu atau gabungan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,

prinsip, atau generalisasi. Media harus sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.


(51)

c. Praktis, luwes dan bertahan. Media yang digunakan sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.

d. Guru terampil dalam menggunakannya. Apapun media yang digunakan guru harus mampu menggunakan dalam proses pembelajaran.

e. Pengelompokan sasaran. Menentukan media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. f. Mutu teknis. Media yang digunakan harus memenuhi syarat teknis

tertentu.

Media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran hendaknya diseleksi terlebih dahulu. Dalam memilih media guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan media agar sesuai dengan isi serta tujuan pembelajaran. Pengembangan media menulis Aksara Jawa dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan pembelajaran menulis aksara Jawa.

E. Media Cetak Dua Dimensi

Media cetak menurut Eric Barnow (Sudarwan Danim, 1995:7) adalah segala barang yang dicetak yang ditujukan untuk umum atau untuk suatu publik tertentu. Media cetak merupakan sebuah media yang menggunakan bahan dasar kertas untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Unsur-unsur utama dalam media cetak adalah tulisan (teks), gambar visualisasi atau keduanya. Media cetak dapat digunakan sebagai alat komunikasi dalam menginformasikan sesuatu.


(52)

Azhar Arsyad (2011:38) mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran media cetak memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut.

1. Siswa dapat maju dan belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing karena materi pelajaran dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa. 2. Melalui media cetak siswa dapat mengulang materi dan mampu mengikuti

urutan pikir secara logis.

3. Perpaduan teks dan gambar akan menambah daya tarik siswa serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan secara verbal dan visual. 4. Siswa dapat berpartisipasi aktif karena harus memberi respon terhadap

pertanyaan dan latihan yang disusun. Siswa dapat segera mengetahui jawabannya salah atau benar.

5. Media cetak dapat mengikuti perkembangan jaman. Proses revisi produk lebih ekonomis dan dapat didistribusikan dengan mudah.

Terdapat beberapa bentuk media di antaranya yaitu handout, buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchart, dan foto/gambar. Berikut adalah pengertian dan struktur dari masing-masing media cetak menurut para ahli.

1. Handout. Handout merupakan bahan tertulis yang disiapkan oelh guru untuk memperdalam pengetahuan siswa. Struktur handout sangat sederhana, hanya terdiri dari dua komponen, yaitu judul dan informasi pendukung.

2. Buku. Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan yang berasal dari buah pikiran dari pengarang. Struktur buku terdiri dari empat komponen, yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi


(53)

3. Modul. Modul adalah sebuah buku yang ditulis bertujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Struktur pada modul terdiri atas tujuh komponen, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja, dan penilaian.

4. Lembar kegiatan siswa. LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Struktur LKS lebih sederhana daripada modul, namun lebih kompleks daripada buku, yaitu terdiri dari enam kompenen yang meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian.

5. Brosur. Brosur merupakan bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid. Struktur brosur hanya ada empat komponen yang meliputi judul, materi pokok, informasi pendukung, dan penilaian. 6. Leaflet. Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat dan

berisi ilustrasi yang menarik. Struktur leaflet terdiri dari empat komponen seperti pada brosur, yaitu judul, materi pokok, informasi pendukung, dan penilaian.

7. Wallchart. Wallchart adalah bahan cetak berupa siklus atau grafik yang menunjukkan posisi tertentu. Struktur wallchart meliputi empat komponen dengan komponen berisi judul yang tercantum pada bahan dan ketiga komponen lainnya (materi pokok, informasi pendukung, dan penilaian) terdapat pada lembaran kertas yang lain.


(54)

8. Foto/gambar. Struktur foto atau gambar memiliki lima komponen yang hampir mirip dengan wallchart. Komponen yang tercantum pada bahan hanya judul sedangkan empat komponen lainnya (kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian) terdapat pada lembaran kertas lain.

Buku menurut Puwono (2008:1) dapat didefinisikan sebagai kumpulan lembaran kertas empat persegi panjang yang satu sisinya dijilid bersama-sama, bagian depan dan belakang lembar-lembar kertas dilindungi oleh sampul yang terbuat dari bahan yang lebih terhadap gesekan, kelembaban, dan frekuensi pemakaian yang tinggi. Buku ialah suatu karya tulis baik dalam bentuk naskah atau dalam bentuk cetakan yang cukup tebal dan panjang. Menurut Paulo Friere (Puwono, 2008:3) buku diibaratkan seperti lentera yang memberi cahaya kehidupan dan membebaskan manusia dan kebutuhan ilmu pengetahuan. Buku juga merupakan bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan atau buah pikir dari pengarangnya secara sistematis. Isi buku didapat pengarang melalui berbagai cara, misalnya dari hasil penelitian, pengamatan, aktualisasi pengalaman, atau imajinasi seseorang yang disebut fiksi (Andi Prastowo, 2011:166).

Buku dapat dikatakan sebagai gudang ilmu, dimana kita akan mendapatkan semua ilmu yang kita butuhkan melalui buku yaitu dengan mempelajari isi buku tersebut. Buku dapat mempengaruhi perilaku masyarakat di dunia. Dalam dunia pendidikan, buku merupakan bagian penting dari kelangsungan pendidikan. Melalui buku manusia mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan


(55)

dapat disimpan, dan dibawa kemana-mana. Guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien melalui sarana buku. Ika Lestari (2013:6) mengemukakan bahwa, buku adalah bahan tertulis yang berupa lembaran dan dijilid yang berisi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum yang berlaku untuk kemudian digunakan oleh siswa. Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya.

Buku yang digunakan dalam bidang pendidikan sangat beragam. Pusat perbukuan Depdiknas (2004:4) mengelompokkan buku menjadi dua berdasarkan ruang lingkupnya yaitu buku teks pelajaran dan buku non teks pelajaran (buku pengayaan, buku referensi, dan buku panduan pendidik). Buku teks pelajaran merupakan buku yang dipakai untuk mempelajari dan mendalami suatu pengetahuan bidang studi yang mengandung penyajian asas-asas tentang subjek tersebut. Buku nonteks pelajaran merupakan buku-buku yang tidak digunakan secara langsung sebagai buku untuk mempelajari salah satu bidang studi. Berikut adalah ciri-ciri buku nonteks pelajaran menurut pusat perbukuan Depdiknas. a. Dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan, namun bukan

merupakan buku acuan wajib bagi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.


(56)

b. Menyajikan materi untuk memperkaya buku teks pelajaran, atau sebagai informasi tentang ipsteks secara dalam dan luas atau buku panduan bagi pembaca.

c. Tidak harus diterbitkan secara berseri berdasarkan tingkatan kelas atau jenjang pendidikan.

d. Tidak terkait langsung dengan sebagian atau salah satu Kompetensi namun memiliki keterhubungan dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.

e. Materi atau isi buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan dari semua jenjang pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas pembaca.

f. Penyajian buku bersifat longgar, kreatif, dan inovatif sehingga tidak terikat pada ketentuan-ketentuan proses dan sistematika belajar.

Berdasarkan ciri-ciri buku nonteks tersebut maka dapat dinyatakan bahwa buku nonteks pelajaran adalah buku-buku yang berisi materi pendukung, pelengkap, dan penunjang buku teks pelajaran. Buku nonteks pelajaran memiliki fungsi sebagai bahan pengayaan, referensi, atau panduan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan penyajian yang longgar, kreatif, dan inovatif. Prinsip-prinsip pembelajaran tentang materi pokok dari salah satu mata pelajaran dapat dituangkan dalam buku nonteks sebagai upaya pengembangan kualitas pendidikan. Berdasarkan fungsinya sebagai bahan pengayaan, bukunonteks pelajaran dapat memperkaya peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Fungsi sebagai referensi, buku nonteks pelajaran


(57)

tentang sesuatu hal secara rinci dan komprehensif yang dapat dicari dengan cepat. Fungsi sebagai panduan, buku nonteks pelajaran dapat menjadi tuntunan yang dapat digunakan oleh pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Buku yang dipergunakan dalam proses pembelajaran hendaknya memiliki sifat positif. Buku menurut Masnur Muslich (2010:20) mempunyai syarat positif apabila mengandung hal-hal sebagai berikut.

1. Dapat memperluas wawasan anak. Apabila buku tersebut berisi informasi aktual, deskriptif, atau naratif yang belum menjadi perhatian anak.

2. Dapat menambah pengetahuan baru. Apabila buku tersebut menjelaskan tentang pengetahuan dan keilmuan sederhana yang belum diketahui anak. 3. Dapat membimbing berpikir konstruktif. Apabila buku tersebut berisi uraian

dan penjelasan yang dapat merangsang anak untuk berpikir secara rasional. 4. Dapat mengarahkan kreativitas. Apabila buku berisi tentang petunjuk atau

pedoman praktis yang dapat diterapkan oleh anak dalam kehidupan

5. Dapat menumbuhkan sikap moral, sosial, dan agama yang baik. Apabila buku tsb berisi ceerita faktual atau fiksi yang melibatkan tokoh-tokoh idola yang dipakai sebgai cermin atau kehidupan anak.

6. Dapat menuntut ke arah kehidupan mandiri. Apabila buku tersebut berisi cerita tentang solusi atau permasalahan hidup.

Andi Prastowo (2011: 167) secara umum membedakan buku menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut.


(58)

1. Buku sumber, yaitu buku yang dijadikan rujukan, sumber referensi, dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu lengkap.

2. Buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi sebagai bahan bacaan saja, misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya.

3. Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar dalam melaksanakan proses pengajaran.

4. Buku bahan ajar, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran, dan berisi bahan-bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan.

Sementara itu, Masnur Muslich (2010:24) membedakan buku menjadi tujuh jenis apabila dilihat dari segi isi dan fungsinya, yaitu sebagai berikut.

1. Buku acuan, yaitu buku yang berisi informasi dasar tentang bidang tertentu. Informasi dasar atau pokok dapat dijadikan referensi oleh guru untuk memahami masalah secara teoritis.

2. Buku pegangan, yaitu buku yang berisi urauan rinci dan teknis tentang bidang tertentu. Buku ini digunakan sebagai pegangan guru untuk memecahkan, menganalisis, dan menyikapi permasalahan yang akan diajarkan kepada siswa.

3. Buku teks atau buku pelajaran, yaitu buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk diasimilasikan. Buku ini dipakai sebagai sarana belajar dalam


(59)

4. Buku latihan, yaitu buku yang berisi bahan-bahan latihan untuk memperoleh kemampuan dan keterampilan tertentu. Buku ini dipakai oleh siswa secara periodik agar yang bersangkutan memiliki kemahiran dalam bidang tertentu. 5. Buku kerja atau buku kegiatan, yaitu buku yang difungsikan siswa untuk

menuliskan hasil pekerjaan atau hasil tugas yang diberikan guru. Tugas-tugas ini dapat ditulis dibuku kerja tersebut atau secara lepas.

6. Buku catatan, yaitu buku yang difungsikan untuk mencatat informasi atau hal-hal yang diperlukan dalam studinya. Lewat buku catatan siswa dapat mendalami dan memahami kembali dengan cara membaca ulang pada kesempatan lain.

7. Buku bacaan, yaitu buku yang memuat kumpulan bacaan, informasi, atau uraian yang memperluas pengetahuan siswa dibidang tertentu. Buku ini dapat menunjang bidang studi tertentu dalam memberikan wawasan kepada siswa.

Buku yang dikembangkan oleh peneliti dapat dikategorikan sebagai buku latihan karena berisi lebih banyak bahan-bahan untuk melatih kemampuan dan keterampilan menulis aksara Jawa yang disusun sistematis agar dapat digunakan siswa secara periodik. Sesuai dengan pusat perbukuan Depdiknas buku latihan memuat materi yang dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dasar siswa dalam rangka meningkatkan aktivitas praktis dan mandiri.

Penyusunan media cetak berupa buku sebagai media pembelajaran harus memperhatikan beberapa ketentuan yang digunakan sebagai pedoman agar didapat buku yang memiliki kualitas yang baik. Beberapa pedoman buku


(60)

berkualitas baik seperti yang dikemukakan oleh Andi Prastowo (2010:73), adalah sebagai berikut.

1. Judul atau materi yang disajikan sesuai kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dicapai siswa serta dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa. 2. Susunan tampilannya harus jelas dan menarik.

3. Bahasa yang digunakan mudah dipahami siswa dan menggunakan kata atau kalimat yang jelas dan tidak terlalu panjang.

4. Mampu menguji pemahaman siswa.

5. Tampilan huruf yang tidak terlalu kecil dan enak dibaca serta urutan teks yang terstruktur dan mudah dibaca.

6. Pemilihan teks, bahan kajian, dan lembar kerja sesuai dengan tujuan intruksional.

Selain memperhatikan ketentuan pedoman pembuatan buku berkualitas baik tersebut dalam menyusun buku latihan harus memperhatikan tahapan-tahapan penulisan sebagai berikut, yaitu: (1) menyiapkan konsep dasar tulisan; (2) memperhatikan proses kreatif; (3) menetapkan aspek yang akan dikembangkan; dan (4) menyesuaikan dengan kemampuan berpikir pengguna. Apabila dalam menyusun buku memperhatikan ketentuan serta tahapan-tahapan tersebut tentu akan dihasilkan buku yang layak digunakan dan memiliki kualitas yang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media yang akan dikembangkan merupakan buku yang memuat lebih banyak latihan yang berguna untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa, khususnya dalam


(61)

dapat digunakan siswa secara periodik. Buku yang dikembangkan ini dapat disebut sebagai buku latihan. Melalui buku latihan siswa akan lebih mudah berlatih menulis aksara Jawa. Penyusunan buku latihan yang digunakan juga dengan memperhatikan ketentuan yang digunakan sebagai pedoman serta kriteria kualitas buku latihan yang baik. Sehingga menghasilkan buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa yang layak digunakan oleh siswa serta mampu meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa siswa.

F. Pengembangan Buku Latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa

Media pembelajaran yang dikembangkan dengan judul Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa yang dalam bahasa Indonesia berarti ayo berlatih menulis aksara Jawa ini termasuk ke dalam jenis media cetak buku yang memuat lebih banyak latihan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa khususnya keterampilan menulis aksara Jawa dan disusun sistematis agar dapat digunakan siswa secara periodik. Buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar masing-masing. Keterampilan menurut Nana Syaodih (2004:34) adalah suatu kemampuan dasar yang ada dan dikembangkan dari potensi individu untuk diterapkan dalam aktivitas hidup sehari-hari ataupun aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat praktis.

Pemberian latihan yang berulang akan meningkatkan kemampuan motorik siswa dalam menulis aksara Jawa. Latihan menurut Murti Kusuma Warti (Sungkono, 2003:18) adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa setelah membaca uraian sebelumnya. Gunanya untuk


(62)

memantapkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan agar siswa benar-benar belajar secara aktif dan akhirnya menguasai konsep yang dibahas dalam kegiatan belajar.

Pemberian latihan dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (1) relevan dengan materi yang disajikan, (2) sesuai dengan kemampuan siswa, (3) bentuknya bervariasi, (4) memiliki manfaat, (5) menantang siswa untuk berfikir dan bersikap kritis, dan (6) penyajiannya sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Latihan yang diberikan menerapkan metode drill and practise yaitu suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan menyempurnakan suatu keterampilan khususnya keterampilan menulis aksara Jawa agar permanen.

Buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa dikembangkan dari tahapan-tahapan latihan menulis permulaan, diantaranya yaitu latihan menghubungkan titik-titik menjadi suatu tulisan, mengeblat dengan menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindih tulisan yang telah ada, menyalin tulisan dari huruf latin ke huruf aksara Jawa, dan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang dihilangkan secara sengaja. Terdapat beberapa permainan yang menjadi acuan dalam mengembangkan media pembelajaran ini, salah satunya yaitu permainan mencocokkan kata dan gambar. Teknik permainan mencocokkan ini dapat menjadi latihan siswa untuk dapat mengenali dan membedakan aksara Jawa. Buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa juga dikembangkan dengan


(63)

memperhatikan aspek-aspek serta syarat-syarat penyusunan buku latihan yang baik.

Desain dari media pembelajaran ini juga dibuat agar pembelajaran aksara Jawa menjadi lebih menarik dan tidak monoton dengan memadukan teks dengan gambar. Siswa akan berpartisipasi aktif karena memberikan respon terhadap pertanyaan dan latihan. Terdapat petunjuk pelafalan aksara Jawa agar siswa tidak salah dalam mengenali huruf-huruf aksara Jawa. Dengan mengikuti prosedur pada buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa siswa dapat meningkatkan pemahaman secara bertahap dari hal yang paling sederhana ke yang paling rumit. G. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fuad Novianto yang berjudul “Damel Buku Sinau Maos Saha Nyerat Aksara Jawa Kanthi Irah-irahan

“CARAKA” Kangge Siswa SMP” tahun 2014.

Penelitian ini mengumpulkan data dengan menggunakan cara angket. Penelitian yang dilakukan ini menghasilkan (1) penilaian dari dosen ahli materi tentang kualitas media pembelajaran mendapat presentasi nilai 97,04% dengan kategori “sangat baik”, (2) penilaian dari dosen ahli media tentang kualitas media pembelajaran mendapat presentase nilai 79,63% dengan kategori “baik”, (3) penilaian dari guru bahasa Jawa tentang kualitas media mendapat presentase nilai 99,35% dengan kategori “sangat baik”, serta (4) penilaian dari subjek penelitian yaitu siswa tentang kualitas media pembelajaran mendapatkan presentase nilai 93,85% dengan kategori “sangat baik”. Hasil dari penilaian kualitas media pembelajaran dari dosen ahli


(64)

materi, dosen ahli media, dan guru bahasa Jawa media pembelajaran yang dikembangkan peneliti termasuk ke dalam kategori “sangat bagus”. Sehingga media pembelajaran yang dikembangkan dengan judul CARAKA layak digunakan siswa dalam proses pembelajaran materi aksara Jawa.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fuad memiliki kesamaan dengan peneliti, yaitu sama-sama menggunakan materi aksara Jawa, metode penelitian R&D, dan mengembangkan buku ajar aksara Jawa. Adapun perbedaan dari penelitian ini adalah produk yang dibuat, Muhammad Fuad membuat buku saku latihan membaca dan menulis aksara Jawa untuk siswa SMP, sedangkan peneliti membuat buku latihan menulis aksara Jawa untuk siswa SD.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Evi Yuliana yang berjudul “Pengembangan Buku Gladhen Aksara Jawa untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Aksara Jawa Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” tahun 2015.

Penelitian Evi Yuliana ini membuat produk buku latihan membaca aksara Jawa untuk siswa SD. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan peneliti yaitu sama-sama menggunakan materi aksara Jawa, metode penelitian R & D, dan mengembangkan buku latihan. Adapun perbedaan antara peneliti adalah buku latihan yang dikembangkan Evi Yuliani lebih fokus pada peningkatan keterampilan membaca aksara Jawa sementara peneliti lebih fokus pada peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa. Subjek penelitian Evi Yuliani adalah siswa kelas IV SD N Sidamulya 02


(65)

data dilakukan dengan cara pemberian angket dan wawancara kepada ahli materi, ahli media, guru, dan siswa. Penelitian ini menghasilkan buku yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dan siswa.

H. Kerangka Pikir

Pembelajaran bahasa Jawa merupakan upaya yang diciptakan oleh pemerintah agar siswa dapat belajar mengenai bahasa, sastra, dan budaya Jawa sebagai bentuk pelestarian bahasa Jawa dengan penyampaian yang sesuai kompetensi. Di sekolah pembelajaran bahasa Jawa termasuk ke dalam mata pelajaran muatan lokal wajib di DIY. Salah satu materi dalam pembelajaran bahasa Jawa adalah aksara Jawa. Berdasarkan KI dan KD pembelajaran aksara Jawa diajarkan di kelas IV SD yaitu menulis kata dan kalimat sederhana beraksara Jawa nglegena dan sandhangan swara lan panyigeg. Pembelajaran menulis aksara di SD/MI diarahkan pada bentuk tulisan, kecepatan, dan ketepatan menulis. Siswa dapat dikatakan terampil menulis aksara Jawa dengan baik apabila mampu mengubah tulisan latin ke aksara Jawa dengan tepat.

Pembelajaran menulis aksara Jawa membutuhkan penggunaan media yang tepat. Penggunaan media ini akan membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dari isi pembelajaran. Media pembelajaran yang dikembangkan salah satunya adalah buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa. Buku latihan menulis aksara Jawa ini merupakan media yang berisi materi serta latihan-latihan menulis aksara Jawa yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa secara periodik. Media pembelajaran yang


(66)

dikembangkan berbentuk buku latihan berukuran A5 yang dicetak di atas kertas ArtPaper 120 gram dan HVS 80 gram sehingga media ini ringan dan mudah dibawa.

Media ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa dan bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam mempelajari aksara Jawa. Media ini membantu siswa agar dapat mengenali dan menulis aksara Jawa yang dikemas melalui berbagai latihan serta permainan. Penyajian materi dalam buku latihan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Setiap contoh kata atau kalimat diberi gambar yang akan membuat materi menjadi lebih konkret

Penyusunan buku latihan menyesuaikan dengan pedoman serta prinsip-prinsip buku berkualitas agar dihasilkan buku latihan yang layak dipergunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa pada materi aksara Jawa. Diharapkan media pembelajaran buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa dapat mengatasi permasalahan pada pembelajaran bahasa Jawa yaitu keterampilan menulis aksara Jawa dan dapat membuat pelajaran aksara Jawa menjadi menyenangkan dan menarik.


(1)

Lampiran 15. Dokumentasi

Kegiatan Uji Coba Lapangan Awal

Siswa mengerjakan buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa

Siswa membaca materi pada buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa

Siswa mengerjakan soal latihan pada bab sandhangan swara

Siswa mengerjakan soal latihan pada bab sandhangan swara


(2)

Kegiatan Uji Coba Lapangan Utama

Peneliti menjelaskan penggunaan buku latihan Ayo Gladhen Nyerat Aksara Jawa

Suasana kelas saat uji coba berlangsung

Siswa menebalkan titik-titik hingga membentuk aksara

Peneliti mengamati siswa dalam mengerjakan buku latihan

Siswa membaca materi pada buku latihan Siswa saling berinteraksi dengan teman sebangkunya


(3)

Kegiatan Uji Coba Lapangan Operasional

Siswa mengerjakan buku latihan Ayo GladhenNyerat Aksara Jawa

Siswa mengerjakan buku latihan Ayo GladhenNyerat Aksara Jawa

Siswa menebalkan titik-titik aksara legena Siswa mengurutkan aksara Jawa


(4)

(5)

(6)