c. Arah, sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi;
d. lntegrasi. Tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi;
e. Dukungan dari manajemen. Tingkat sejauh mana para manajer memberi komunikasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka;
f. Kontrol. Jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai;
g. ldentitas, Tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu
atau dengan bidang keahlian profesional; h. Sistem imbalan. Tingkat sejauh mana alokasi imbalan misal, kenaikan gaji,
promosi didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya;
i. Toleransi terhadap konflik. Tingkat sejauh mana para pegawai di dorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka;
j. Pola-pola komunikasi. Tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal.
1.4. Karakteristik Budaya Organisasi
Stepen P. Robins dalam Matondang 2008 menjelaskan ada 7 karakteristik budaya organisasi, yaitu : a Inovasi dan keberanian mengambil risiko Inovation and
risk taking; b Perhatian terhadap detail Attention to detail; c berorientasi kepada hasil Outcome orientation; d Berorientasi kepada manusia People orientation; f
Agrasif Aggresifness; g Stabil Stability.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Dimensi Budaya Organisasi
Denison 2005, Denison et al, 2003 dalam Casida, 2008 menjelaskan bahwa empat ciri efektifitas organisasi yaitu adaptasi adaptability, keterlibatan
involvement, konsistensi consistency, dan Misi mission. Sejalan dengan Sutrisno 2010 dalam bukunya menyebutkan ada aspek dari budaya organisasi dalam peningkatan
kinerja yaitu keterlibatan, konsistensi, adaptabilitas, serta penghayatan misi.
1. Keterlibatan
Anggota organisasi memiliki komitmen dan rasa kepemilikan yang kuat terhadap pekerjaan, tiap anggota memiliki beberapa masukan yang akan mempengaruhi pekerjaan
mereka serta merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan sejalan dengan tujuan organisasi Denison et al, 2006.
Indikator keterlibatan adalah: 1 pemberdayaan individu mempunyai otoritas kewenangan, inisiatif, dan kemampuan untuk mengatur pekerjaannya sendiri sehingga
menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab pada organisasi; 2 orientasi tim organisasi bergantung pada usaha tim untuk menyelesaikan pekerjaan ke arah tujuan
bersama namun masing-masing karyawan saling bertanggung jawab; dan 3 pengembangan kemampuan organisasi menginvestasikan dananya pada pengembangan
kemampuan keterampilan karyawannya agar tetap kompetitif dalam memenuhi tantangan bisnis Denison et al, 2006 dan Sutrisno, 2010.
Perusahaan dengan sifat keterlibatannya mengikutsertakan, melibatkan, dan mengajak karyawannya berpartisipasi untuk menciptakan sense of ownership dan
tanggung jawab sehingga timbul komitmen yang lebih besar pada organisasi dan sistem pengontrolan yang lebih rendah Sutrisno, 2010.
Cho 2006, dalam Ariyanti, 2012 menyatakan bahwa staf yang memiliki perasaan terlibat dalam organisasi akan merasa menjadi bagian dalam organisasi, dan
Universitas Sumatera Utara
pendapat serta tindakan yang mereka lakukan akan terhubung langsung dengan tujuan organisasi.
2. Konsistensi
Organisasi mengembangkan suatu pola pikir dan menciptakan sistem organisasi yang membangun sistem pengelolaan internal berdasarkan dukungan konsensus Denison
et al, 2006. Sejalan dengan itu, Sutrisno 2010 menjelaskan perusahaan dengan sifat konsistensinya menanamkan sistem kepercayaan, nilai, dan simbol yang dihayati dan
dipahami oleh para anggota organisasi agar terbentuk tindakan atau perilaku terkoordinasi berdasarkan dukungan konsensus.
Indikator konsistensi adalah: 1 nilai-nilai inti para anggota organisasi berbagai sejumlah nilai yang menciptakan rasa identitas yang kuat dan sejumlah harapan yang
jelas; 2 kesepakatan organisasi mampu mencapai kesepakatan mengenai masalah isu penting, yang mencakup tingkat kesepakatan utama dan kemampuan untuk
merekonsiliasi perbedaan-perbedaan yang terjadi; serta 3 koordinasi dan integrasi unit-unit kerja yang berbeda dalam organisasi bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama Denison et al, 2006 dan Sutrisno, 2010. Sifat konsistensi dan keterlibatan dibutuhkan untuk membenahi masalah-masalah internal atau memperkuat sistem dan
prosedur yang sudah berjalan Sutrisno, 2010.
3. Adaptasi
Denison 2005, dalam casida 2008 menyatakan organisasi dengan sifat adaptasi yang dominan memungkinkan anggota organisasi untuk mengatasi tuntutan perubahan.
Sutrisno 2010 menjelaskan prusahaan dengan sifat adaptabilitas memiliki kemampuan untuk tanggap akan lingkungan eksternal, pelanggan internal dan pelanggan eksternal,
dengan cara menerjemahkan permintaan lingkungan bisnis menjadi tindakan agar
Universitas Sumatera Utara
perusahaan bertahan, bertumbuh, dan berkembang. Sifat adaptabilitas dan keterlibatan membantu perusahaan lebih fleksibel dalam melakukan perubahan-perubahan yang sesuai
agar lebih kompetitif. Indikator adaptasi adalah : 1 membuat perubahan organisasi mampu
menciptakan cara yang adaptif dalam memenuhi tutntutan perubahan kebutuhan sehingga bisa membaca situasi dan bereaksi cepat terhadap tren saat ini serta mengantisipasi
perubahan di masa yang akan datang; 2 fokus pada pelanggan organisasi memahami dan bereaksi terhadapa pelanggan mereka serta mengantisipasi kebutuhan masa depan
mereka; 3 organizational learning organisasi menerima, menterjemahkan serta meninterpretasikan sinyal dari lingkungan menjadi peluang untuk berinovasi,
mendapatkan pengetahuan, dan mengembangkan kemampuan Denison et al, 2006.
4. Misi
Misi memberikan tujuan dan makna dengan menetapkan peran sosial serta tujuan eksternal bagi organisasi sehingga memberikan tujuan dan arah yang jelas bagi anggota
organisasi dalam menentukan tindakan Denison et al, 2006. Sutrisno 2010 menjelaskan bahwa perusahaan dengan sifat penghayatan misi mempunyai kemampuan
untuk memahami arah jangka panjang yang bermanafaat bagi organisasi. Indikator penghayatan misi adalah: 1 arah dan tujuan strategis yang jelas
membawa manfaat bagi organisasi sehingga memperjelas bagaimana setiap karyawan dapat memberi kontribusi dan membuat organisasinya terkenal dalam industrinya; 2
tujuan dan sasaran tujuan dan sasaran yang jelas dapat dihubungkan dengan misi, visi dan strategi, serta menentukan arah yang jelas dalam melakukan pekerjaannya; serta 3
pemahaman visi organisasi mempunyai pandangan bersama mengenai masa depan yang diinginkan, yang mencakup nilai-nilai inti serta menangkap pokok dan pikiran para
Universitas Sumatera Utara
anggota organisasinya sehingga dapat menjadi panduan dan arah dalam berkarya Denison et al, 2006 dan Sutrisno, 2010.
Organisasi dengan sifat misi yang dominan dominant mission trait mempunyai karyawan dengan pemahaman yang jelas terhadap tujuan jangka panjang organisasi
Denison, 2005 dalam Casida 2008. Sementara Sutrisno 2010 menjelaskan sifat adaptabilitas dan penghayatan misi sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan
eksternal yang semakin kompleks. Sutrisno menambahkan bahwa sifat penghayatan misi dan konsistensi mewujudkan stabilitas bagi para karyawan dalam menjalankan
pekerjaannya yang sesuai dengan strategi bisnis agar visi dan misi perusahaan tercapai.
2. Kinerja 2.1. Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya Mulyadi,
2007. Selanjutnya Wibowo 2007 menjelaskan bahwa kinerja merupakan suatu proses terkait dengan bagaimana pekerjaan berlangsung untuk mencapai hasil kerja. Dalam
keperawatan, proses keperawatan merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk sutu tindakan keperawatan pemberian asuhan keperawatan Potter Perry, 2005.
Miner 1990, dalam Sutrisno, 2010 mengemukakan bahwa terdapat empat aspek dari kinerja yaitu : kualitas yang dihasilkan, kuantitas yang dihasilkan, waktu kerja,
dan kerja sama. a. Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu, dan
ketepatan dalam melakukan tugas. b. Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan berapa jumlah produk atau jasa
yang dapat dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
c. Waktu kerja, menerangkan akan berapa jumlah absen, keterlambatan, serta masa kerja yang telah dijalani individu pegawai tersebut.
d. Kerja sama, menerangkan akan bagaimana individu membantu atau menghambat usaha dari teman sekerjanya.
2.2. Kinerja dalam Asuhan Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa merupakan pelayanan keperawatan profesional yang berdasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan proses psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan mesalah kesehatan jiwa klien Susilawati, dkk, 2005 dan Dalami, 2010.
Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, perawat menggunakan proses keperawatan sebagai alat untuk melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien Hidayat, 2004. Perawat memberiakan asuhan keperawatan jiwa secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan
diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan keperawatan Susilawati, dkk, 2005.
Asuhan keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan langsung ataupun tidak langsung kepada sistem klien
di sarana dan tatanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan PPNI, 2005.
2.3. Standar Praktik Keperawatan Jiwa 2.3.1.
Standar Praktik Keperawatan Jiwa Menurut Depkes RI
Universitas Sumatera Utara
Depkes RI tahun 2006 menjelaskan standar praktik keperawatan jiwa terdiri dari lima yaitu : Standar I : Pengkajian, Standar II : Diagnosa
Keperawatan, Standar III : Perencanaan, Standar IV : Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, dan Standar V : Evaluasi.
STANDAR I : PENGKAJIAN Pernyataan
Perawat mengumpulkan data spesifik tentang kesehatan jiwa pasien yang diperoleh dari berbagai sumber data dengan menggunakan berbagai metode
pengkajian.
Rasional
Pengkajian yang terfokus memudahkan perawat membuat keputusan klinik diagnosa keperawatan dan membuat perencanaan intervensi keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Kriteria struktur
1. Ada kebijakan pemberlakuan SAK dan SOP 2. Adanya petunjuk teknis
3. Tersedianya format pengkajian
Kriteria proses
1. Melakukan kontrak dengan pasienkeluargamasyarakat 2. Mengkaji keluhan utama pasien dan data penunjang lain dengan berbagai
metode pengkajian dan dari berbagai sumber
Universitas Sumatera Utara
3. Mengelompokkan data yang diperoleh secara sistimatis 4. Memvalidasi data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai metode
validasi 5. Mendokumentasi seluruh data yang diperoleh dalam format pengkajian
Kriteria hasil
1. Diperolehnya keluhan utama dan data dasar pasien; yang dikelompokkan dan didokumentasikan pada format pengkajian yang telah ditetapkan
2. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengumpulan data
STANDAR II : DIAGNOSA KEPERAWATAN Pernyataan
Perawat menganalisa data hasil pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan jiwa. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan merupakan
keputusan klinis perawat tentang respons individu, keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa yang aktual maupun resiko.
Rasional
Melalui diagnosis keperawatan yang ditegakkan, perawat memperlihatkan kemampuan melakukan justifikasi ilmiah dalam membuat
keputusan klinik
Kriteria struktur
1. Adanya daftar diagnosa keperawatan 2. Kebijakan SAK
Universitas Sumatera Utara
Kriteria proses
1. Menganalisa data pasien 2. Mengidentifikasi masalah keperawatan pasien
3. Mendokumentasikan masalah keperawatan pasien
Kriteria hasil
Diperoleh serangkaian masalah keperawatan yang aktual maupun resiko sesuai dengan kondisi pasien.
STANDAR III: PERENCANAAN Pernyataan
Perawat mengembangkan serangkaian langkah-langkah penyelesaian masalah kesehatan pasien dan keluarga yang terencana dan terorganisir dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain. Perencanaan menggambarkan intervensi yang mengarah pada kriteria hasil yang diharapkan.
Rasional
Rencana tindakan keperawatan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan yang terapeutik, sistematis dan efektif untuk mencapai hasil
yang diharapkan
Kriteria struktur
1. Adanya kebijakan SAK 2. Adanya format rencana keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Kriteria proses
1. Memprioritaskan masalah keperawatan 2. Merumuskan tujuan keperawatan
3. Menetapkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah pasien
4. Memvalidasi kesesuaian rencana keperawatan dengan kondisi pasien terkini 5. Mendokumentasikan rencana keperawatan
Kriteria hasil
Adanya dokumentasi rencana keperawatan yang berfokus pada kemampuan kognitif, afektif, psikomotor pasien dan keluarga
STANDAR IV : PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Pernyataan
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan sesuai dengan kewenangan.
Rasional
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan upaya mencegah munculnya masalah kesehatan jiwa, mempertahankan dan mengembalikan
kesehatan pasien.
Kriteria struktur
1. Adanya kebijakan SAK dan SOP
Universitas Sumatera Utara
2. Tersedia pedoman pelaksanaan tindakan
Kriteria proses
1. Melakukan tindakan keperawatan mengacu pada strategi pelaksanaan dengan pendekatan hubungan terpeutik
2. Melibatkan pasien keluarga dan profesi lain dalam melaksanakan tindakan 3. Melakukan modifikasi tindakan berdasarkan perkembangan kesehatan
pasien 4. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
Kriteria hasil Tindakan keperawatan dan respon pasien terdokumentasikan
Tindakan Perawatan Pasien Gangguan Jiwa Purba, dkk., 2012
Tindakan keperawatan pasien harga diri rendah
1. Mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yangdimiliki pasien 2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien untuk menetapkanmemilih kegiatan sesuai kemampuan 4. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan
5. Penkes pada keluarga serta mengajarkan keluarga cara memotivasi pasien dan menamati perkembangan perubahan perilaku pasien
Tindakan keperawatan pasien defisit perawatan diri 1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
2. Melatih pasien berhiasberdandan 3. Melatih pasien makan secara mandiri
4. Mengajarkan pasien melakukan BABBAK secara mandiri
Universitas Sumatera Utara
5. Penkes pada keluarga serta mengajarkan cara perawatan pasien di rumah Tindakan keperawatan pasien isolasi sosial
1. Membina hubungan saling percaya 2. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial
3. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap 4. Penkes pada keluarga serta melatih keluarga merawat pasien di rumah
Tindakan keperawatan pasien halusinasi
1. Membantu pasien mengenali halusinasi 2. Melatih pasien mengontrol halusinasi
3. Penkes pada keluarga serta mengajarkan cara perawatan pasien di rumah Tindakan keperawatan pasien waham
1. Membina hubungan saling percaya 2. Tidak mendukung atau membantah waham pasien
3. Yakinkan pasien berada dalarn keadaan aman 4. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
5. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
mernbicarakannya 6. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi persien sesuai dengan realitas
7. Diskusikan dengan pasien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang lalu dan saat ini
8. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya
Universitas Sumatera Utara
9. Diskusikan kebutuhan psikologisernosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbuikan kecemasan, rasa takut, dan marah.
10. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien 11. Berbicara dalam konteks realitas
12. Bila pasien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya berikan pujian yang sesuai
13. Jelaskan pada pasien tentang program pengobaternnya manfaat, dosis obat, jenis, dan efek sarnping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar
14. Diskusikan akibat yang terjadi bila pasien berhenti minum obat tanpa konsultasi 15. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
16. Diskusikan dengan keluarga tentang: Cara merawat pasien waham di rumah,follow up dan keteraturan pengobatan, lingkungan yang tepat untuk pasien
17. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien nana obat, dosis, frekuensi, efek sanrping, akibat penghentian obat
18. Diskusikan dengan heluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera Tindakan keperawatan pasien perilaku kekerasan
1. Mmembina hubungan saling percaya 2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3. Diskusikun perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan a Disktrsikan tanda dan gejala perilaku kekerasan sccara fisik
b Diskirsikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis c Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual e Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
Universitas Sumatera Utara
4. Diskusikan bersarna pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara: sosialverbal, terhadap orang lain, terhadap diri sendiri, terhadap
lingkungan, 5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersarna pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara: fisik pukul kasur dan batal, tarik napas dalam, obat, sosialverbal, spiritual
sholatberdoa 7. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan penyebab, tanda dan
gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut 8. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
b. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
9. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien. yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul bendaorang lain
Tindakan keperawatan pasien risiko bunuh diri Pasien dengan isyarat bunuh diri
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman
2. Meningkatkan harga diri pasien 3. Meningkatkan kemampuan pasien menyelesaikan masalah
4. Penkes pada keluarga dan mengajarkan cara merawat pasien di rumah
Universitas Sumatera Utara
Pasien dengan ancaman dan percobaan bunuh diri 1. Melindungi pasien dari ancaman atau percobaan bunuh diri
2. Melibatkan keluarga untuk mengawasi pasien secara ketat
STANDAR V : EVALUASI Pernyataan :
Perawat melakukan evaluasi perkembangan kondisi kesehatan pasien untuk menilai pencapaian tujuan
Rasional
Evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan.
Kriteria struktur
Adanya SOP dan instrumen
Kriteria proses
1. Menilai kesesuaian respons pasien dan kriteria hasil 2. Memodifikasi rencana keperawatan sesuai kebutuhan
3. Melibatkan pasien dan keluarga
Kriteria hasil
1. Hasil evaluasi tindakan terdokumentasikan 2. Perubahan data pasien terdokumentasikan
3. Perubahan pada masalah keperawatan pasien terdokumentasikan 4. Modifikasi pada rencana keperawatan terdokumentasikan
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Standar Praktik Keperawatan Jiwa Menurut Videbeck
Sheila L. Videbeck 2008 dalam bukunya menjelaskan standar praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa terdiri dari : Standar I. Pengkajian,
Standar II. Diagnosis, Standar III. Identifikasi Hasil, Standar IV. Perencanaan, Standar V. Implementasi Standar VI. Evaluasi.
Standar I. Pengkajian : perawat kesehatan jiwa mengumpulkan data kesehatan klien, standar II. Diagnosis : perawat kesehatan jiwa menganalisis data
untuk menetapkan diagnosis, standar III. Identifikasi Hasil : perawat kesehatan jiwa mengidentifikasi hasil yang diharapkan pada setiap klien, standar IV.
Perencanaan : perawat kesehatan jiwa mengembangkan rencana asuhan yang menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan, standar V.
Implementasi : perawat kesehatan jiwa mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi pada rencana asuhan, standar VI. Evaluasi : perawat kesehatan jiwa
mengevaluasi kemajuan klien dalam mencapai hasil yang diharapkan. Standar V. Implementasi terdiri dari :
1. Standar Va. Konseling : Perawat kesehatan jiwa melakukan intervensi untuk mambantu klien meningkatkan atau memperoleh kembali
kemampuan koping mereka, memelihara kesehatan jiwa, dan mencegah gangguan jiwa serta disabilitas.
2. Standar Vb. Terapi Lingkungan : Perawat kesehatan jiwa membersihkan, membentuk, dan mempertahankan lingkungan terapeutik dalam
berkolaborasi dengan klien dan pemberi perawatan kesehatan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
3. Standar Vc. Aktivitas Perawatan Diri : Perawat kesehatan jiwa menyusun intervensi yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan klien sehari-hari
untuk meningkatkan perawatan diri serta kesejahteraan fisik dan jiwa. 4. Standar Vd. Intervensi Psikbiologis : Perawat kesehatan jiwa
menggunakan pengetahuan tentang intervensi psikobiologis dan menerapkan keterampilan klinis untuk memulihkan kesehatan klien dan
mencegah disabilitas lebih lanjut. 5. Standar Ve. Penyuluhan Kesehatan : Perawat kesehatan jiwa, melalui
penyuluhan kesehatan membantu klien mencapai hidup sehat, memuaskan dan produktif.
6. Standar Vf. Manajemen Kasus : Perawat kesehatan jiwa melaksanankan manajemen kasus untuk mengoordinasi pelayanan kesehatan yang
komprehensif dan memeastikan kontinuitas asuhan. 7. Standar Vg. Promosi dan Pemeliharaan Kesehatan : Perawat kesehatan
jiwa menggunakan strategi dan intevensi untuk meningkatkan memelihara kesehatan jiwa serta mencegah gangguan jiwa.
8. Standar Vh-Vj : merupakan intervensi praktik keperawatan lanjutan dan hanya dapat dilakukan oleh perawat spesialis bersertifikat dalam
keperawatan kesehatan jiwa.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada tinjauan kepustakaan, maka peneliti bermaksud untuk melihat bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perawat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu budaya organisasi,
peneliti menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Denison 2005, Denison et al, 2003 dalam Casida, 2008 bahwa budaya organisasi terdiri dari empat dimensi yaitu
keterlibatan, konsistensi, adaptasi, dan kejelasan misi. Sedangkan untuk variabel dependen yakni kinerja pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi
peneliti menngembangkan berdasarkan standar praktik keperawatan jiwa menurut Depkes RI 2006 dan literatur terkait lainnya. Berdasarkan tujuan penelitian dan
tinjauan pustaka maka kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Budaya Organisasi dengan Kinerja Perawat
Variabel Dependen Kinerja perawat :
- Pengkajian
- Diagnosa
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Evaluasi
Variabel Independen Budaya Organisasi :
- Keterlibatan
- Konsistensi
- Adaptasi
- Misi
Universitas Sumatera Utara