Sumber Kontaminasi Cronobacter spp.

4 menempel pada permukaan dan membentuk biofilm yang bersifat sangat resisten terhadap bahan pembersih dan desinfektan.

2. Sumber Kontaminasi Cronobacter spp.

Cronobacter spp. pertama kali diisolasi dari jaringan otak dan cairan cerebrospinal bayi yang terserang meningitis di Osterhills Hospital, Inggris Urmenyi dan Franklin1961. Setelah penemuan tersebut, Cronobacter spp. telah diisolasi dari berbagai sumber seperti bahan pangan, sumber klinis, dan juga lingkungan. Joker et al. 1965 telah mengisolasi Cronobacter spp. dari cairan spinal bayi yang terserang meningitis di Hospital of Odense, Denmark. Farmer et al. 1980 juga menemukan Cronobacter spp. pada darah, tenggorokan, hidung, usus, kulit, luka, sumsum tulang, mata, dan telinga. Selain dari sumber klinis Cronobacter spp. telah ditemukan di lingkungan pabrik makanan 8 dari 9 pabrik makanan Kandhai et al. 2004. Skladal et al. 1993 juga menemukan Cronobacter spp. di lingkungan pabrik produksi susu UHT. Kemudian Farmer et al. 1980 juga telah mengisolasi Cronobacter spp. dari peralatan makan rumah sakit dan stetoskop dokter. Pada bahan pangan, Cronobacter spp. telah banyak diisolasi dari susu formula di berbagai negara. Cronobacter spp. telah diisolasi dari susu formula yang berasal dari 35 negara dengan hasil survey menunjukkan bahwa 20 dari 141 sampel susu formula mengandung Cronobacter spp. dengan tingkat kontaminasi 0.36-66 cfu100 g Muytjens et al. 1988. Kemudian Simmons et al. 1989 juga telah mengisolasi Cronobacter spp. dari susu formula di USA. Biering et al. 1989 juga menemukan Cronobacter spp. pada susu formula yang dikonsumsi bayi di National University Hospital, Islandia. Kemudian menurut Nazarowec-White dan Farber 1997b, survei susu formula di wilayah Kanada menunjukkan bahwa 8 dari 120 6.7 positif mengandung Cronobacter spp. Estuningsih 2006 juga mengidentifikasi dari 74 sampel makanan bayi, 35 sampel 47 di antaranya yang beredar di Indonesia dan Malaysia positif mengandung Enterobacteriacea dan 10 sampel 13.5 positif mengandung Cronobacter spp. Meutia 2008 juga mengisolasi Cronobacter spp. 6 sampel dari 25 sampel dari susu formula dan makanan bayi yang beredar di Indonesia. Kemudian Gitapratiwi 2011 juga menemukan Cronobacter spp. dengan persentase 20 pada makanan bayi n=16. Selain dari susu formula dan makanan bayi, Cronobacter spp. juga telah diisolasi dari bahan pangan lain seperti keju, roti, tofu, teh, dan sosis. Cronobacter spp. ditemukan pada roti karena bakteri ini merupakan bagian dari flora permukaan biji sorgum Gassem 1999. Selain itu, Cronobacter spp. juga telah diisolasi dari beras Cottyn et al. 2001. Kemudian FAO-WHO 2004 pernah melakukan survey terhadap ingridien yang digunakan dalam pembuatan susu formula dan hasilnya menunjukkan bahwa Cronobacter spp. berhasil ditemukan pada pati-patian 40 dari 1389 sampel, laktosa 2 dari 2219 sampel, pisang serbukflake 1 dari 105 sampel, jeruk serbukflake 1 dari 61 sampel, dan lesitin 1 dari 136 sampel. Gitapratiwi 2011 juga menemukan Cronobacter spp. dengan persentase 11.8 pada pati-patian n=15 dan 6.3 pada produk pangan kering lainnya n=17. Kontaminasi Cronobacter spp. pada pati-patian juga berhasil ditemukan oleh Hamdani 2012, yaitu 1 sampel pati singkong tapioka dari 3 sampel pati-patian. Senzani 2011 juga berhasil mengisolasi Cronobacter spp. dari sayuran, yaitu kubis. Meskipun Cronobacter spp. ditemukan di banyak sumber, hanya kontaminasi pada susu formula yang dilaporkan berasosiasi secara epidemiologi dengan sejumlah wabah penyakit meningitis di sejumlah negara Farmer et al. 1980. Menurut CAC 2008, Cronobacter spp. dapat masuk ke dalam susu formula melalui kontaminasi dari lingkungan proses pada tahapan tetentu selama pengeringan, kontaminasi susu formula setelah kemasan dibuka, dan kontaminasi 5 selama atau setelah proses rekonstitusi. FAO-WHO 2004 juga menambahkan bahwa Cronobacter spp. yang mencemari produk susu bubuk termasuk susu formula dapat berasal dari ingridien yang ditambahkan selama proses pembuatan susu formula.

3. Ketahanan terhadap antibiotik