memiliki aktivitas penghambatan yang optimum terhadap RNA helikase HCV, yaitu sebesar 81,2.
4.3 Ekstrak Polisakarida Mikroalga BTM 11
Teknik ekstraksi polisakarida yang digunakan mengacu kepada metode Wang et al. 2004. Ekstraksi bertujuan untuk memisahkan satu atau lebih
senyawa yang diinginkan dalam suatu larutan atau padatan yang mengandung campuran senyawa-senyawa tersebut. Ekstraksi dilakukan terhadap BTM 11 yang
sudah dalam bentuk serbuk, dengan tujuan untuk mempermudah kontak antara sampel dengan pelarut. Ekstraksi polisakarida dilakukan dengan cara maserasi
pada suhu ruang, sehingga dapat dihindari terjadinya penguraian zat aktif yang terkandung dalam sampel oleh pemanasan. Maserasi dilakukan secara bertingkat
dengan menggunakan pelarut yang berbeda tingkat kepolaran secara bergantian polar dan semi polar. Pelarut yang digunakan secara berurutan adalah etanol,
aseton dan air garam. Penggunaan etanol dapat melarutkan senyawa-senyawa selain polisakarida
yang memiliki tingkat kepolaran sama dengan etanol. Polisakarida cenderung tidak larut terhadap etanol, dikarenakan terjadinya interaksi secara kovalen antar
monomer penyusunnya yang menyebabkan terbentuknya konformasi ikatan yang lebih rigid dan kompleks sehingga pada beberapa kasus, polisakarida akan
mengendap sebagai presipitat Varki et al. 1999; Shi et al. 2007. Penggunaan aseton pada tingkat ekstraksi selanjutnya akan melarutkan senyawa selain
polisakarida yang pada proses sebelumnya tidak larut terhadap etanol dikarenakan tingkat kepolaran yang berbeda. Rianudo 2006 menjelaskan bahwa penggunaan
larutan garam 0,9 NaCl akan melarutkan polisakarida dikarenakan penambahan garam tidak jenuh dengan konsentrasi rendah menyebabkan molekul
polisakarida menjadi bermuatan sehingga terjadi interaksi ionik antara molekul polisakarida dengan garam.
Hasil metabolit yang telah larut dibersihkan dari protein dengan menggunakan TCA. Ekstrak kasar polisakarida diperoleh dengan cara pemekatan
konsentrasi sampel menggunakan freeze dryer. Pemekatan konsentrasi dengan freeze dryer dapat mengurangi perubahan kimiawi dari senyawa target
dikarenakan proses berlangsung pada suhu rendah. Hasil ekstraksi dari 2 g biomassa kering menghasilkan 50 mg ekstrak polisakarida. Ekstrak kasar
polisakarida inhibitor kemudian diuji aktivitas penghambatannya menggunakan uji ATPase. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak kasar polisakarida BTM 11
dapat menghambat aktivitas ATPase dari RNA helikase HCV sebesar 64,65. Nilai ini menunjukkan bahwa inhibitor menghambat sebesar 64,65 aktivitas
enzim per 1 molekul RNA helikase dalam menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik. Aktivitas inhibisi dari ekstrak kasar polisakarida BTM 11 dapat
dilihat pada Tabel 3. Tabel 3Aktivitas inhibisi dari ekstrak polisakarida
No. Tahapan
Aktivitas inhibisi 1
2 3
Maserasi akhir Deproteinasi TCA
Pemekatan menggunakan freeze dryer 103,4
35,1 64,6
Aktivitas inhibisi Tabel 2 fluktuatif selama proses ekstraksi polisakarida. Hasil maserasi tahap akhir oleh NaCl 0,9 memiliki aktivitas penghambatan
terhadap RNA helikase lebih besar dari 100, hal ini dikarenakan masih terdapatnya banyak senyawa yang dalam aktivitasnya secara in vitro dapat
menghambat aktivitas RNA helikase. Pada tahap selanjutnya, yaitu deproteinasi menggunakan TCA 10 menunjukkan aktivitas penghambatan yang lebih rendah
dari sebelumnya, hal ini dapat terjadi karena sebagian senyawa terendapkan oleh TCA sehingga filtrat hasil presipitasi tersebut memiliki aktivitas yang rendah.
Ye et al. 2008 menjelaskan bahwa penambahan TCA dapat menghilangkan protein yang terkandung dalam sampel.
Ekstrak kasar polisakarida memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan hasil deproteinasi. Hal ini dikarenakan pemekatan oleh freeze dry
dari hasil deproteinasi yang menyebabkan konsentrasi ekstrak meningkat sehingga aktivitas penghambatan terhadap RNA helikase pun ikut meningkat karena
minimnya pengaruh dari pelarut. Zhang et al. 2012 menjelaskan bahwa pelarut dapat mempengaruhi nilai aktivitas antivirus, sehingga pelarut harus dihilangkan
agar dapat diketahui besarnya aktivitas penghambatan yang murni dimiliki oleh inhibitor.
Ekstrak kasar polisakarida yang dihasilkan memiliki aktivitas inhibisi yang lebih rendah dari penelitian sebelumnya. Mustopa et al. 2010 menjelaskan
bahwa ekstrak kasar mikroalga BTM 11 memiliki aktivitas penghambatan terhadap RNA helikase sebesar 80 dilusi 5x. Perbedaan ini karena penggunaan
metode ekstraksi bertingkat pada penelitian ini menyebabkan banyak senyawa yang dapat berperan sebagai inhibitor ikut hilang selama proses ekstraksi. Namun
ekstrak kasar polisakarida yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki aktivitas inhibisi yang lebih tinggi dari mikroalga jenis lain. Mustopa et al. 2010 juga
menjelaskan bahwa beberapa jenis mikroalga yang diisolasi dari perairan Ciater Jawa Barat memiliki aktivitas penghambatan terhadap RNA helikase HCV
kurang dari 50.
4.4 Pemurnian Polisakarida Inhibitor RNA Helikase