Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan draft mode
l harmonisasi HAM perspektif Islam dan peraturan perundangan tentang HAM di Indonesia
.
Untuk melakukan semua kegiatan dan tahapan tersebut diperlukan dana sebagaimana pada tahun pertama. Luaran yang akan dihasilkan penelitian ini ialah artikel dimuat di Jurnal
Nasional terakreditasi.
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pembahasan mengenai hak asasi manusia perspektif Islam dan peraturan perundangan tentang hak asasi manusia di Indonesia dapat disimpulkan hal-hal berikut:
1. Hingga hari ini ada tiga dokumen penting dan mendasar yang membahas
tentang HAM menurut pandangan Islam. Dokumen pertama dibuat pada era Nabi Muhammad SAW lebih dari empat belas abad yang lalu sekitar tahun
622M. Dokumen kedua diadopsi oleh Dewan Islam Eropa tahun 1981M di Paris. Sedang dokumen ketiga dibuat dan ditandatangani oleh negara-negara
anggota Organisasi Konferensi Islam OKI pada tahun 1990M. 2.
Instrumen Nasional Pokok Hak Asasi Manusia di Indonesia dan perkembangan pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia dapat dikategorikan menjadi lima:
Pertama
, Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca amandemen;
Kedua
, Perundang-undangan Nasional Hak Asasi Manusia dan hubungannya dengan ratifikasi Perjanjian
Internasional;
Ketiga,
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
Keempat
, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia; dan
Kelima
, beberapa pengaturan “sektoral” di bidang Hak Asasi Manusia seperti Keppres No.50 Tahun 1993 KOMNAS
HAM, UU No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak.
Dan berdasarkan temuan-temuan di atas disarankan beberapa hal berikut: 1.
Perlu kajian yang lebih mendalam terhadap tiga dokumen penting dan mendasar yang membahas tentang HAM menurut pandangan Islam, yaitu
dokumen pertama yang dibuat pada era Nabi Muhammad SAW lebih dari empat belas abad yang lalu sekitar tahun 622M. Dokumen kedua yang diadopsi
oleh Dewan Islam Eropa tahun 1981M di Paris. Dan dokumen ketiga yang dibuat dan ditandatangani oleh negara-negara anggota Organisasi Konferensi
Islam OKI pada tahun 1990M. 2.
Instrumen Nasional Pokok Hak Asasi Manusia di Indonesia dan pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia perlu dikaji lebih mendalam agar dapat
diharmonisasikan dengan tiga dokumen penting tentang HAM menurut perspektif Islam. Dan saran inilah yang akan dilakukan pada tahun kedua
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Aryeh Neier,
Apa yang harus dilakukan terhadap orang yang bersalah?,
dalam:
Dignitas, Jurnal Hak Asasi Ma nusia
I1, 2003. Bhatara Ibnu Reza,
Yurisdiksi Universal: Praktek, Prinsip dan Realitas
, dalam:
Jurnal HAM, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
II22004. Emilie M. Hafner
–Burton Kiyoteru Tsutsui,
Hak Asasi Manusia di Dunia Yang Terglobalisasi: Paradoks Janji-Janji Kosong,
dalam:
Jurnal HAM, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
IV2007. Evie Fitriani,
HAM di Eropa
, dalam:
Global, Jurnal Politik Internasional
VI2000. Heiner Bielefeldt,
Hak Asasi Manusis: Benturan antara Barat dan Islam,
dalam:
Wacana
VIII2001. Hikmahanto Juwana,
Beberapa Masalah Hukum Internasional dari dugaan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Timor Timur
, dalam:
Mimbar Hukum
II342000.
Human Rights Review
United Kingdom: Oxford University Press, April-June 2005.
International Journal on Minority and Group Rights
Leiden: Martinus Nijhoff Publishers, 2007.