Konsep Dasar HAM TINJAUAN PUSTAKA

Pembacaan terhadap Universal Declaration of Human Rights, dalam pasal yang mengatur mengenai hak-hak dasar dan kebebasan menunjukkan bahwa pengaturan hak asasi manusia di dalam konstitusi modern terhadap hak-hak dasar dan kebebasan mendasarkan pada kebebasan freedom, persamaan equality, dan keadilan justice Ketiga hal tersebut merupakan pengakuan yang bersifat fundamental atas suatu hak asasi manusia. Kamali, 1999: 1-2.

C. Instrumen Internasional HAM

Instrumen internasional HAM di bidang yang ada saat ini diawali dengan pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada tahun 1945 dan Komisi Kerja Hak Asasi Manusia PBB suatu komisi fungsional di bawah dewan Ekonomi dan Sosial PBB dalam merumuskan tabulasi hukum dan kebebasan dasar manusia yang dapat diterima. Latar belakang terbentuknya PBB adalah adanya Perang Dunia II yang telah membawa penderitaan kepada jutaan orang, sehingga PBB tumbuh dari perasaan yang dalam dari setiap orang saat itu bahwa di dunia harus tidak lagi terjadi peperangan dan bangsa-bangsa harus dapat bekerjasama untuk memelihara perdamaian dunia. Ide seperti itu terutama dinyatakan oleh dua orang tokoh dunia pada tanggal 14 Agustus Tahun 1941 di atas kapal tempur yang sedang berlayar di lautan atlantik, yakni Franklin Dealino Roosevelt Presiden AS dan Winston Churchill Perdana Menteri Britania Raya. Kedua pembicaraan tokoh ini kemudian dikenal sebagai “Piagam Atlantik” Atlantic Charter, sebuah piagam yang dimaksudkan untuk membantu semua orang di seluruh dunia bebas dari segala keinginan dan bebas dari rasa ketakutan Lavinia Dobler, 1981: 8 Bebas dari segala rasa takut dan bebas untuk semua keinginan ini kemudian menandai munculnya generasi pertama HAM. Atau dapat dikatakan bahwa generasi pertama HAM ditandai dengan kata- kata “ Freedom from ...”. Adalah Karel Vasak, seorang ahli hukum dari Perancis yang membantu kita untuk memahami dengan lebih baik perkembangan substansi hak-hak yang terkandung dalam konsep Hak Asasi Manusia. Vasak membagi perkembangan HAM ini menjadi 3 tiga generasi. Istilah “Generasi” untuk menunjuk pada substansi dan ruang lingkup hak-hak yang diprioritaskan pada suatu kurun waktu tertentu. Sedangkan hak-hak yang muncul pada generasi ke dua diwakili oleh perlindungan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Hak-hak ini muncul dari tuntutan agar negara menyediakan pemenuhan terhadap kebutuhan dasar setiap orang mulai dari makan sampai pada kesehatan. Generasi kedua ini ditandai dengan kata- kata “ Right to ...”. Pemenuhan kebutuhan mendasar pada hak-hak ini membutuhkan pera aktif negara. Adapun generasi ketiga HAM adalah “Hak Solidaritas” Hak Bersama. Hak-hak ini muncul dari tuntutan gigih dari negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang adil. Contoh dari hak-hak ini adalah Hak atas pembangunan, hak atas perdamaian, hak atas lingkungan hidup yang baik, hak atas warisan budaya sendiri. Meskipun terjadi sedikit pertentangan tentang hak-hak tersebut di atas, namun satu yang pasti bahwa pelaksanaan hak-hak semacam itu akan bergantung pada kerjasama internasional dan bukan sekedar tanggung jawab suatu negara Knut D Asplund, 2008: 15-16. C. De Rover dalam bukunya To Serve and To Protect mengatakan : “Selama rancangan Piagam PBB ada diskusi hebat mengenai seberapa banyak hak asasi manusia yang akan dinyatakan dan dalam bentuk apa. Semangat awal untuk memasukkan Bill of Rights lengkap dalam piagam dihapuskan dengan segera untuk memasukkan pernyataan umum hak asasi manusia saja, dan bahkan kompromi bukannya tidak diperdebatkan oleh beberapa negara sekutu utama. International Bill of Human Rights sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk acuan kolektif terhadap tiga instrumen pokok hak-hak asasi manusia dan protokol opsinya yakni: Universal Declaration of Human Rights UDHR, International Covenant and Civil and Political Rights ICCPR, The International Covenant on economics, Social and Cultural Rights ICESCR dan Protocol Opsi Pertama pada ICCPR. Kemampuan lobi LSM meminta perhatian yang lebih tegas dan luas terhadap hak asasi manusia maupun peranan PBB dalam menghadapai penyalahgunaan Hak Asasi Manusia berpengaruh dalam membujuk negara-negara yang enggan memasukkan hak-hak tersebut ke dalam Piagam PBB. Pasal Piagam berbunyi: “Tujuan dari piagam adalah untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional....untuk kerjasama internasional dalam memecahkan masalah- masalah internasional yang bersifat ekonomi, sosial, budaya dan kemanusiaan, dan menggalakkan serta meningkatkan penghormatan bagi hak asasi manusia dan kebebasan fundamental bagi semua orang tanpa pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama..” Adapun kewajiban hak asasi manusia yang pokok dari semua negara anggota PBB dapat ditemukan dasarnya dalam Pasal 55 dan 56 Piagam PBB. Pernyataan sejagat Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human RightsUDHR dewasa ini merupakan satu-satunya instrumen hak asasi manusia