Latar Belakang Pengaruh Karakteristik Individu dn Motivasi terhadap Kinerja Bidan Desa dalam Program KIA di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indikator kesehatan dan kesejahteraan suatu masyarakat di suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB di negara tersebut. Indonesia menjadi salah satu negara di Association of South East Asian Nation ASEAN yang memiliki AKI yang tinggi. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2007 AKI di Indonesia mencapai 228100.000 kelahiran hidup. Tidak hanya AKI saja yang tinggi, AKB di Indonesia juga masih sangat tinggi yaitu sebanyak 35 bayi per seribu kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 225.642.000 jiwa, ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 orang ibu meninggal per jam dan 17 orang bayi meninggal per jam yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas Riskesdas, 2010. Perhatian dunia terhadap kematian ibu dan bayi tergolong sangat besar. Dalam komitmen internasional Millenium Development Goals MDGs, penurunan AKI dan AKB menjadi dua poin dari delapan tujuan goals yang dirumuskan. Dalam kesepakatan MDGs, ditargetkan pada tahun 2015 AKI dan AKB dapat menurun sebesar tiga perempatnya dalam kurun waktu 1990 –2015. Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKI menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup, dan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Masalah kesehatan ibu dan bayi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Pemerintah telah menggalakkan Program Safe Motherhood sejak tahun 1988 dengan keterlibatan berbagai pihak baik pemerintah maupun organisasi non pemerintah, masyarakat dan dukungan dari berbagai lembaga internasional. Upaya ini berhasil menurunkan AKI dari 450 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1985 menjadi 334 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 Depkes RI, 2001. Walaupun sudah menunjukkan penurunan yang signifikan, namun jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, AKI di Indonesia masih cukup tinggi. Oleh karena itu untuk mencapai target MDGs 2015 yaitu AKI sebesar 102 per 100 ribu kelahiran hidup diperlukan upaya yang lebih keras dan strategis Kemenkes, 2012. Dalam rangka akselerasi penurunan AKI dan AKB di Indonesia, pemerintah menetapkan program kebijakan penempatan bidan desa dengan surat edaran Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Nomor 429BinkesmasDJIII.89 tanggal 29 Maret 1989 Depkes RI, 1999. Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat dalam pencapaian target derajat kesehatan di wilayah kerjanya yang meliputi satu sampai dua desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan desa bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas setempat dan bekerja sama dengan perangkat desa Leimena, 1994. Adapun tugas pokok bidan desa adalah sebagai berikut: Depkes RI, 2002 1. Melaksanakan kegiatan di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2. Menyelenggarakan dan membantu masyarakat desa di wilayah kerjanya agar berperilaku sehat. Fungsi bidan desa adalah : Depkes RI, 2002 1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani persalinan, pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis kontrasepsi. 2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat. 3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi. 4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan. 5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat. 6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada Puskesmas kecuali dalam keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya. 7. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan. Tugas pokok bidan desa adalah melaksanakan pelayanan KIA, khususnya dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas, pelayanan kesehatan bayi dan anak balita, serta pelayanan Keluarga Berencana KB Depkes RI,2001. Bidan desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di desa diharapkan dapat membantu percepatan penurunan AKI dan AKB di Indonesia dengan meningkatkan cakupan kunjungan pertama ibu hamil K1, kunjungan keempat ibu hamil K4, semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, semua komplikasi obstetri ditangani dengan pelayanan rujukan yang adekuat Sujudi, 2010. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Bidan desa merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat sehingga diharapkan bidan desa yang paling mengetahui keadaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi di desa. Indonesia melalui Program Making Pregnancy Safer MPS yang merupakan bagian dari Program Safe Motherhood telah menetapkan target untuk pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak KIA yaitu untuk meningkatkan kunjungan ibu hamil pertama kali K1 sebesar 95, kunjungan keempat ibu hamil sebesar 90, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 85, deteksi dini resiko tinggi ibu hamil oleh tenaga kesehatan sebesar 20 dari seluruh ibu hamil, kunjungan pertama neonatal pada umur 0-7 hari KN1 sebesar 90, dan kunjungan kedua neonatal pada umur 8-28 hari KN II sebesar 90 Depkes RI,2001. Walaupun kebijakan penempatan bidan di desa telah berjalan lebih dari sepuluh tahun, namun hasil yang dicapai masih belum optimal. Masih tingginya AKI dan AKB di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah belum optimalnya kinerja bidan terutama di wilayah pedesaan. Provinsi Sumatera Utara termasuk ke dalam enam provinsi penyumbang AKI dan AKB terbesar di Indonesia pada tahun 2012. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik BPS Sumatera Utara, AKB di Sumatera Utara mengalami penurunan yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, menurun menjadi 25,6 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008, hingga mencapai 22 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Angka Kematian Ibu di Sumatera Utara juga mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu 373 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 1995, mengalami penurunan menjadi 315 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2006, menurun menjadi 268 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2010, hingga mencapai 260 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2011. Angka ini walaupun terus mengalami penurunan, tetapi masih jauh dari target MDG’s yakni 102 per 100 ribu kelahiran hidup di tahun 2015 BPS Sumatera Utara, 2011. Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat telah melaksanakan upaya penurunan AKI dan AKB dengan menempatkan 487 orang bidan desa di 273 desa yang ada di Kabupaten Langkat, namun upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari AKI dan AKB yang masih tinggi. Jumlah AKI di Kabupaten Langkat cenderung meningkat dalam tiga tahun 2009-2011 , dimana dari 25.991 kelahiran hidup pada tahun 2009 terdapat 20 kematian ibu dan 187 kematian bayi. Setelah dikonversi diperoleh AKI sebesar 77 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB sebesar 7 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009. Pada tahun 2010, dari 20.477 kelahiran hidup terdapat 17 kematian ibu dan 127 kematian bayi. Setelah dikonversi diperoleh AKI sebesar 83 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB sebesar 6 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2011, dari 20.447 kelahiran hidup terdapat 23 kematian ibu dan 110 kematian bayi. Setelah dikonversi diperoleh AKI sebesar 112 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB sebesar 5 per 1.000 kelahiran hidup. BPS Kabupaten Langkat , 2011 . Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011, dari 30 Puskesmas yang tersebar di 23 Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat, tercatat bahwa AKI dan AKB tertinggi terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Secanggang Kecamatan Secanggang dengan jumlah AKI sebesar 619 per 100 ribu kelahiran hidup Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan AKB sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup. Data tentang angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Kecamatan di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel. 1.1 berikut : Tabel 1.1 Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB pada Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Langkat Tahun 2011 Kecamatan Puskesmas Jmlh Klhiran Hdp Jmlh Kmatian Ibu AKI per 100ribu klh Jumlah Kematian Bayi AKB per 1000 klh 1. Bahorok 1. Bahorok 2. Bukit Lawang 559 237 1 1 2 4 2. Serapit 1. Serapit 238 3. Salapian 1.Tanjung Langkat 533 4. Kutambaru 1. Marike 298 1 336 5. Sei Bingei 1. Namu Ukur 2. Namu Trasi 433 465 1 215 4 9 6. Kuala 1. Kuala 821 7. Selesai 1. Selesai 1313 2 152 7 5 8. Binjai 1. Sambirejo 839 11 13 9. Stabat 1. Stabat 2. Karang Rejo 864 873 3 1 347 114 5 6 10.Wampu 1. Stabat Lama 983 4 407 8 8 11. Secanggang 1. Hinai Kiri 2. Desa Teluk 3. Secanggang 355 642 323 1 2 282 619 10 2 13 28 3 40 12. Hinai 1. Tanjung Beringin 1043 4 4 13. Padang Tualang 1. Tanjung Selamat 941 1 106 14. Batang Serangan 1. Sei Bamban 921 1 1 15. Sawit Seberang 1. Sawit Seberang 571 2 350 3 5 16. Tanjung Pura 1. Pantai Cermin 1444 1 69 19 13 17. Gebang 1.Gebang 923 2 217 5 5 18. Babalan 1. Securai 2. Pangkalan Brandan 512 980 4 8 19. Sei Lepan 1. Desa Lama 1061 20. Brandan Barat 1. Tangkahan Durian 455 21. Pangkalan Susu 1. Pangkalan Susu 2. Beras Basah 475 492 1 203 3 2 6 4 22. Besitang 1. Besitang 795 1 1 23. Pematang Jaya 1. Pematang Jaya 258 1 388 6 23 JUMLAH 20447 23 112 110 5 Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011 yang telah diolah. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak KIA di Kabupaten Langkat menurut Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Langkat mencapai 95,75 ; Cakupan pemeriksaan kehamilan dengan kunjungan pertama ibu hamil K1 mencapai 96,90 dan kunjungan keempat ibu hamil K4 mencapai 91,81 ; Pelayanan ibu nifas mencapai 91,36 ; Kunjungan neonatal mencapai 92,11 ; Cakupan ibu hamil resiko tinggikomplikasi ditangani sebesar 69,54; dan Cakupan neonatal resiko tinggikomplikasi ditangani sebesar 68,90 . Cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Langkat yang belum mencapai target adalah cakupan ibu hamil resiko tinggikomplikasi ditangani sebesar 69,54; dan cakupan neonatal resiko tinggikomplikasi ditangani sebesar 68,90 , dimana target yang harus dicapai adalah 80. Jika dibandingkan dengan Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan; Cakupan K1 dan K4; Cakupan pelayanan ibu nifas dan kunjungan neonatal yang sudah mencapai target, maka seharusnya tingkat kematian ibu maupun bayi di Kabupaten Langkat masih dapat diturunkan, namun kenyataannya kematian ibu di Kabupaten Langkat dari Tahun 2009 sampai Tahun 2011 terus mengalami kenaikan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011. Data tentang cakupan pelayanan KIA disajikan dalam tabel 1.2 dan 1.3 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 1.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan, dan Cakupan Pelayanan Ibu Nifas pada Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Langkat Tahun 2011 Kecamatan Puskesmas K1 K4 Persalinan oleh Nakes Pelaya nan Ibu Nifas 1. Bahorok 1. Bahorok 2.Bukit Lawang 98,9 101,28 88,3 98,3 95,37 94,64 95,14 88,79 2. Serapit 1. Serapit 81,25 80,0 71,17 67,33 3. Salapian 1.Tanjung Langkat 99,40 98,6 97,94 94,68 4.Kutambaru 1. Marike 108,13 104,8 105,68 71,19 5. Sei Bingei 1. Namu Ukur 2. Namu Trasi 85,24 101,54 87,5 88,33 76,18 104,16 76,72 81,84 6. Kuala 1. Kuala 101,33 91,06 99,87 101,06 7. Selesai 1. Selesai 95,58 88,29 90,51 89,66 8. Binjai 1. Sambirejo 95,81 89,58 94,19 93,52 9. Stabat 1. Stabat 2. Karang Rejo 97,91 94,84 82,48 86,07 89,74 88,81 94,01 69,75 10.Wampu 1. Stabat Lama 103,86 89,76 116,27 103,09 11.Secanggang 1. Hinai Kiri 2. Desa Teluk 3. Secanggang 76,09 82,47 100,00 72,24 81,87 83,86 98,66 82,40 100,00 72,03 86,44 100,00 12. Hinai 1. Tanjung Beringin 102,07 100,69 104,00 85,90 13.Padang Tualang 1. Tanjung Selamat 103,95 97,11 95,96 100,77 14.Batang Serangan 1. Sei Bamban 99,28 94,03 92,99 110,39 15. Sawit Seberang 1. Sawit Seberang 109,98 100,16 107,94 101,36 16. Tanjung Pura 1. Pantai Cermin 98,10 95,36 106,92 111,22 17. Gebang 1.Gebang 101,45 84,72 103,34 97,55 18. Babalan 1. Securai 2. Pangkalan Brandan 90,15 99,45 83,38 96,28 77,1 93,79 79,86 103,34 19. Sei Lepan 1. Desa Lama 103,02 95,51 107,87 104,08 20.Brandan Barat 1. Tangkahan Durian 96,11 89,88 98,78 82,87 21.Pangkalan Susu 1. Pangkalan Susu 2. Beras Basah 94,81 99,23 84,12 97,45 100,00 96,52 85,81 105,06 22. Besitang 1. Besitang 95,59 98,82 85,97 88,65 23. Pematang Jaya 1. Pematang Jaya 99,37 89,31 95,72 98,62 RATA-RATA 96,90 91,81 95,75 91,36 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 1.3 Cakupan Kunjungan Neonatal, Cakupan Bumil Risti Komplikasi Ditangani, dan Cakupan Neonatal RistiKomplikasi Ditangani pada Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Langkat Tahun 2011 Kecamatan Puskesmas Kunjung- an Neonatal Bumil Risti Kompli kasi Ditangani Neonatal Risti Kompli- kasi Ditangani 1. Bahorok 1. Bahorok 2.Bukit Lawang 98,82 100,0 59,15 102,13 73,94 73,14 2. Serapit 1. Serapit 97,9 61,20 78,43 3. Salapian 1.Tanjung Langkat 99,81 64,86 63,79 4. Kutambaru 1. Marike 92,95 57,23 71,59 5. Sei Bingei 1. Namu Ukur 2. Namu Trasi 97,23 99,56 54,69 83,70 78,52 60,22 6. Kuala 1. Kuala 100,0 56,76 77,95 7. Selesai 1. Selesai 99,7 80,76 55,85 8. Binjai 1. Sambirejo 97,56 56,06 61,18 9. Stabat 1. Stabat 2. Karang Rejo 91,00 97,03 84,46 85,83 33,18 73,30 10.Wampu 1. Stabat Lama 97,06 55,68 62,39 11. Secanggang 1. Hinai Kiri 2. Desa Teluk 3. Secanggang 97,4 100,00 62,1 104,11 64,64 27,78 71,36 73,73 52,70 12. Hinai 1. Tanjung Beringin 99,62 67,55 77,34 13. Padang Tualang 1. Tanjung Selamat 100,00 53,51 70,85 14. Batang Serangan 1. Sei Bamban 85,09 82,44 80,35 15. Sawit Seberang 1. Sawit Seberang 97,72 58,78 81,73 16. Tanjung Pura 1. Pantai Cermin 59,79 57,52 66,48 17. Gebang 1.Gebang 56,05 73,98 76,56 18. Babalan 1. Securai 2.Pangkalan Brandan 99,41 68,37 67,69 83,45 76,82 60,54 19. Sei Lepan 1. Desa Lama 99,31 63,47 69,75 20. Brandan Barat 1. Tangkahan Durian 98,02 78,79 68,86 21. Pangkalan Susu 1. Pangkalan Susu 2. Beras Basah 98,11 78,06 58,96 119,90 77,19 70,46 22. Besitang 1. Besitang 98,36 59,76 72,12 23. Pematang Jaya 1. Pematang Jaya 97,29 61,32 56,85 RATA-RATA 92,11 69,54 68,90 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 1.2 dan 1.3 di atas diketahui bahwa cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terendah berada pada wilayah kerja Puskesmas Serapit Kecamatan Serapit yaitu 71,17 ; cakupan K1 dan K4 terendah berada pada wilayah kerja Puskesmas Hinai Kiri Kecamatan Secanggang yaitu 76,29 dan 72,24 ; cakupan ibu hamil dan neonatal resiko tinggi yang ditangani terendah berada pada wilayah kerja Puskesmas Secanggang Kecamatan Secanggang yaitu 27,78 dan 52,70. Berdasarkan data yang dilaporkan pada Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011 diketahui bahwa dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat, AKI dan AKB tertinggi berada pada Kecamatan Secanggang. Di Kecamatan Secanggang terdapat tiga Puskesmas, yaitu Puskesmas Hinai Kiri, Puskesmas Desa Teluk, dan Puskesmas Secanggang. Jumlah desa di Kecamatan Secanggang sebanyak 17 desa dengan jumlah bidan desa yang ada sebanyak 37 orang. Dari segi kuantitas, jumlah bidan desa di Kecamatan Secanggang ini sudah memadai. Namun AKI dan AKB di Kecamatan ini masih tinggi. Melihat masih adanya masalah kematian ibu dan bayi yang merupakan tanggung jawab yang dipikul oleh bidan desa tentunya menuntut bidan memiliki kinerja yang lebih baik lagi dalam memberi pelayanannya. Tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah Kabupaten Kota adalah berdasarkan Permenkes RI No 741MENKESPERVII2008 yang disebut Standar Pelayanan Minimal SPM bidang kesehatan pelayanan kesehatan dasar yang berhubungan dengan pelayanan KIA meliputi beberapa indikator kinerja tahun 2010 – 2015 yaitu : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara a. Cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 adalah 95 pada tahun 2015 b. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi bidan adalah 90 pada tahun 2015 c. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah 80 pada tahun 2015 d. Cakupan pelayanan nifas 90 pada tahun 2015; e. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80 pada tahun 2010; Cakupan kunjungan neonatus 90, pada tahun 2010; Cakupan pelayanan KIA di tiga puskesmas di Kecamatan Secanggang sebagai disajikan pada Tabel 1.4 berikut : Tabel 1.4 Cakupan Pelayanan KIA pada Puskesmas di Kecamatan Secanggang Tahun 2011 Puskesmas K1 K4 Persalinan oleh Nakes Pelayanan Ibu Nifas Kunju ngan Neona tal Bumil Risti Ditangani Neona- tal Risti Dita- ngani 1. Hinai Kiri 76,09 72,24 98,66 72,03 97,4 104,11 71,36 2. Desa Teluk 82,47 81,87 82,40 86,44 100,0 64,64 73,73 3. Secanggang 100,0 83,86 100,0 100,0 62,1 27,78 52,70 Target 95 95 90 90 90 80 80 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2011 Berdasarkan Tabel 1.4 diatas diketahui bahwa cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2011 adalah 98,66 di Puskesmas Hinai Kiri, 82,40 di Puskesmas Desa Teluk, dan 100,00 di Puskesmas Secanggang, target untuk persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 90, dari ketiga Puskesmas tersebut hanya Puskesmas Desa Teluk yang belum mencapai target. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Cakupan K1 ibu hamil adalah 76,09 di Puskesmas Hinai Kiri, 82,47 di Puskesmas Desa Teluk, dan 100 di Puskesmas Secanggang; Cakupan K4 ibu hamil adalah 72,24 di Puskesmas Hinai Kiri, 81,87 di Puskesmas Desa Teluk, dan 83,86 di Puskesmas Secanggang, sedangkan target yang ditetapkan untuk K1 dan K4 adalah 95 ; Cakupan bumil ristikomplikasi yang ditangani adalah 104,11 di Puskesmas Hinai Kiri, 64,64 di Puskesmas Desa Teluk dan 27,78 di Puskesmas Secanggang, sedangkan target yang ditetapkan adalah 80; Cakupan neonatal ristikomplikasi yang ditangani adalah 71,36 di Puskesmas Hinai Kiri, 73,73 di Puskesmas Desa Teluk dan 52,70 di Puskesmas Secanggang, sedangkan target yang ditetapkan adalah 80 Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2011. Kematian ibu dan bayi masih menjadi permasalahan di Kecamatan Secanggang. Selain itu beberapa cakupan pelayanan KIA di wilayah ini juga masih ada yang dibawah target standar pelayanan minimal. Hal ini menuntut bidan desa untuk meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan KIA. Kinerja merujuk pada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik Donnelly, Gibson and Ivancevich, 2000. Menurut Rivai 2005 kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Hasibuan 2007 menyatakan kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap karyawan atau organisasi. Bernardin dan Russel, 1998 menyatakan kinerja adalah catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kegiatan selama satu periode pekerjaan tertentu. Menurut Sedarmayanti 2004 kinerja adalah hasil kerja seseorang yang dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur, tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya pelaku yang terdapat pada organisasi tersebut. Menurut Gibson 1997 dalam Ilyas 2001, ada tiga variabel yang memengaruhi kinerja individu yaitu karakteristik individu, karakteristik organisasi dan karakteristik psikologis. Karakteristik individu meliputi : kemampuan dan keterampilan mental dan fisik ; Latar belakang misalnya : keluarga, tingkat sosial, pengalaman, lama kerja ; dan Demografis misalnya : umur, etnis dan jenis kelamin. Karakteristik organisasi meliputi : sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan. Karakteristik psikologis meliputi : persepsi , sikap , kepribadian, belajar, dan motivasi. Sedangkan menurut Rivai 2005, kinerja adalah ditentukan oleh: kebutuhan yang dibuat pekerja, tujuan yang khusus , kemampuan , kompleksitas , komitmen , umpan balik , situasi , pembatasan , perhatian pada setiap kegiatan , usaha, ketekunan , ketaatan , kesediaan untuk berkorban dan adanya standar kerja yang jelas. Bidan desa sebagai petugas kesehatan diharapkan mampu meningkatkan cakupan pelayanan KIA untuk mendukung program akselerasi penurunan AKI dan AKB , namun terdapat banyak faktor yang memengaruhi kinerja bidan desa tersebut di antaranya adalah faktor individu internal terdiri atas : 1 Kemampuan, 2 Pengalaman, 3 Motivasi, 4 Pembelajaran, 5 Motivasi, 6 Sikap dan faktor lingkungan kerja organisasi eksternal terdiri atas imbalanpenghargaan, saranaperalatan, beban kerja Mangkunegara, 2006. Hasil penelitian terdahulu yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh Achadi 1996, menyimpulkan sebagian bidan desa tinggal diluar desa yang menjadi tanggung jawabnya dan bidan yang telah kawin sering meninggalkan tempat bekerjanya daripada bidan yang belum kawin. Faktor karakteristik seperti umur, lama kerja, pengetahuan merupakan variabel yang berhubungan dengan peningkatan kinerja bidan. Dalam penelitian Riyadi Kusnanto 2006 di Sumenep Madura menyebutkan bahwa dengan bertambah umur seseorang maka variasi kegiatan, perasaan, kebutuhan, hubungan sosial semakin bertambah. Demikian halnya dengan petugas kesehatan, semakin dewasa petugas kesehatan maka semakin tinggi kinerjanya. Penelitian Yani dkk 2007 di Tanjung Pinang juga menunjukkan bahwa secara statistik umur berpengaruh terhadap kinerja. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa semakin tua usia bidan, semakin bertambah pengalaman sehingga dapat meningkatkan kinerja bidan dalam upaya pencapaian program KIA. Sebagian masyarakat menganggap faktor usia merupakan daya tarik tersendiri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena kebanyakan ibu- ibu hamil adalah usia muda secara psikis merasa lebih nyaman jika berinteraksi dengan bidan yang usianya lebih tua atau lebih senior jika dibanding dengan bidan yang masih muda, karena bidan usia lebih tua emosinya stabil dan lebih sabar dalam memberikan pelayanan . Faktor lama kerja menurut Yani dkk 2007 juga berpengaruh pada kinerja. Dijelaskan bahwa semakin lama bekerja maka seseorang akan memiliki pengalamam yang lebih banyak. Pengalaman adalah guru yang paling baik. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani oleh bidan, maka bidan tersebut semakin mahir dan terampil dalam menyelesaikan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Kepercayaan masyarakat lebih cenderung kepada bidan yang telah lama bekerja, karena mereka menganggap bidan yang lama kerja sudah memiliki pengalaman. Penelitian lain menunjukkan adanya pengaruh karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja, seperti penelitian Muchin 2003, yang meneliti pengaruh karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja dokter PTT di puskesmas di Kota Banda Aceh yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja dokter PTT . Basri 2008 yang meneliti kinerja bidan desa di Kabupaten Aceh Tenggara juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja bidan. Selain karakteristik individu dan organisasi, faktor motivasi seperti insentif juga merupakan salah satu yang faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan. Berdasarkan hasil penelitian Salamuk dan Kusnanto 2006 di Puskesmas Kabupaten Puncak Jaya menunjukkan bahwa insentif yang diberikan kepada bidan bertujuan untuk meningkatkan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. Ketika seorang sudah dipenuhi haknya dalam mendapatkan insentif, maka akan mendorong seseorang untuk merasakan kepuasan atas apa yang ia kerjakan. Penelitian yang lain berkaitan dengan motivasi bidan dilakukan oleh Sunarcahaya 2008 di Kabupaten Alor NTT yang menyimpulkan bahwa faktor motivasi kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja bidan, karena faktor motivasi telah memberi semangat kerja bidan baik dari dalam maupun dari luar sehingga dapat meningkatkan kinerja bidan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dalam bentuk wawancara pada Tanggal 7 Mei 2013 kepada bidan koordinator dan bidan desa di Kecamatan Secanggang diperoleh informasi bahwa dari 15 bidan desa yang diwawancarai hanya 3 bidan desa yang tinggal di desa tempat bertugas. Bidan desa tersebut mengatakan bahwa tidak semua bidan desa disediakan tempat tinggal di desa, hanya sebagian saja yang diberi fasilitas tinggal di polindespustu, sebagian bidan desa yang lain harus mencari rumah sewa sendiri. Berdasarkan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan kinerja bidan desa dalam melaksanakan Program KIA khususnya yang berkaitan dengan pencapaian cakupan, antara lain: bidan desa merasa kurang diperhatikan dan dihargai, sehingga semangat kerja bidan desa menjadi berkurang. Dari segi imbalan, pemberian imbalan berupa uang, baik gaji bulanan, maupun insentif dari puskesmas dirasakan sangat perlu untuk mendukung kerja bidan desa. Selama ini pemberian imbalan dari puskesmas terkadang tidak menentu dan jumlahnya dirasakan masih kurang. Kendala lain yang dihadapi oleh bidan desa adalah masyarakat cenderung lebih percaya kepada bidan yang sudah tua karena masyarakat beranggapan bahwa bidan yang sudah tua sudah lebih berpengalaman, sedangkan kebanyakan bidan desa yang ada masih muda dan sebagian besar adalah bidan PTT yang baru diangkat dan ditempatkan di desa. Selain itu belum adanya kepastian mengenai bagaimana nasib bidan PTT setelah masa kerjanya berakhir juga memengaruhi semangat kerja yang pada akhirnya akan memengaruhi kinerja bidan desa. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh karakteristik individu umur, pendidikan, lama kerja, tempat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tinggal, status perkawinan, dan pelatihan , dan motivasi intrinsik dan ekstrinsik terhadap kinerja bidan desa dalam program Kesehatan Ibu dan Anak KIA di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

1.2 Perumusan Masalah