Universitas Sumatera Utara BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Indikator  kesehatan  dan  kesejahteraan  suatu  masyarakat  di  suatu  negara  dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB di negara
tersebut.  Indonesia  menjadi  salah  satu  negara  di  Association  of  South  East  Asian Nation  ASEAN  yang  memiliki  AKI  yang  tinggi.  Menurut  data  Survei  Demografi
dan  Kesehatan  Indonesia  SDKI    tahun  2007  AKI  di  Indonesia  mencapai 228100.000 kelahiran  hidup. Tidak  hanya  AKI saja  yang tinggi,  AKB di Indonesia
juga masih sangat tinggi  yaitu sebanyak 35 bayi per seribu kelahiran hidup.  Dengan jumlah  penduduk  Indonesia  yang  mencapai    225.642.000  jiwa,  ada  9.774  ibu
meninggal  per  tahun  atau  1  orang  ibu  meninggal  per  jam  dan  17  orang  bayi meninggal  per  jam  yang  berkaitan  dengan  kehamilan,  persalinan  dan  nifas
Riskesdas, 2010. Perhatian dunia terhadap kematian ibu dan bayi tergolong sangat besar. Dalam
komitmen internasional Millenium Development Goals MDGs, penurunan AKI dan AKB  menjadi  dua  poin  dari  delapan  tujuan  goals  yang  dirumuskan.  Dalam
kesepakatan  MDGs,    ditargetkan  pada  tahun  2015  AKI  dan  AKB  dapat  menurun sebesar  tiga  perempatnya  dalam  kurun  waktu  1990
–2015.  Indonesia  mempunyai komitmen  untuk  menurunkan  AKI  menjadi  102  per  100  ribu  kelahiran  hidup,  dan
AKB  menjadi  23  per  1.000  kelahiran  hidup.  Masalah  kesehatan  ibu  dan  bayi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
merupakan  masalah  nasional  yang  perlu  mendapat  prioritas  utama,  karena  sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang.
Pemerintah  telah  menggalakkan  Program  Safe  Motherhood  sejak  tahun  1988 dengan  keterlibatan  berbagai  pihak  baik  pemerintah  maupun  organisasi  non
pemerintah, masyarakat dan dukungan dari berbagai lembaga internasional. Upaya ini berhasil menurunkan AKI dari 450 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1985 menjadi
334 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 Depkes RI, 2001. Walaupun sudah menunjukkan  penurunan  yang  signifikan,  namun  jika  dibandingkan  dengan  negara
ASEAN  lainnya,  AKI  di  Indonesia  masih  cukup  tinggi.  Oleh  karena  itu  untuk mencapai  target  MDGs  2015  yaitu  AKI  sebesar  102  per  100  ribu  kelahiran  hidup
diperlukan upaya yang lebih keras dan strategis Kemenkes, 2012. Dalam  rangka  akselerasi  penurunan  AKI  dan  AKB  di  Indonesia,  pemerintah
menetapkan program kebijakan penempatan bidan desa dengan surat edaran Direktur Jenderal Pembinaan  Kesehatan Masyarakat Nomor 429BinkesmasDJIII.89 tanggal
29  Maret  1989  Depkes  RI,  1999.  Bidan  desa  adalah  bidan  yang  ditempatkan, diwajibkan  tinggal  serta  bertugas  melayani  masyarakat  dalam  pencapaian  target
derajat  kesehatan  di  wilayah  kerjanya  yang  meliputi  satu  sampai  dua  desa.  Dalam melaksanakan  tugasnya  bidan  desa  bertanggung  jawab  langsung  kepada  kepala
puskesmas setempat dan bekerja sama dengan perangkat desa Leimena, 1994. Adapun tugas pokok bidan desa adalah sebagai berikut: Depkes RI, 2002
1. Melaksanakan kegiatan di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas
masalah  kesehatan  yang  dihadapi  sesuai  dengan  kewenangan  yang  dimiliki dan diberikan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Menyelenggarakan dan  membantu  masyarakat desa di wilayah kerjanya agar
berperilaku sehat. Fungsi bidan desa adalah : Depkes RI, 2002
1. Memberikan  pelayanan  kesehatan  kepada  masyarakat  di  rumah-rumah,
menangani persalinan, pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang  kesehatan
yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat. 3.
Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi. 4.
Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan. 5.
Membina  kerja  sama  lintas  program,  lintas  sektoral  dan  lembaga  swadaya masyarakat.
6. Melakukan  rujukan  medis  maupun  rujukan  kesehatan  kepada  Puskesmas
kecuali dalam keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya. 7.
Mendeteksi  secara  dini  adanya  efek  samping  dan  komplikasi  pemakaian kontrasepsi  serta  adanya  penyakit-penyakit  dan  berusaha  mengatasi  sesuai
dengan kemampuan. Tugas  pokok  bidan    desa  adalah  melaksanakan  pelayanan  KIA,  khususnya
dalam  mendukung  pelayanan  kesehatan  ibu  hamil,  bersalin  dan  nifas,  pelayanan kesehatan  bayi  dan  anak  balita,  serta  pelayanan  Keluarga  Berencana  KB  Depkes
RI,2001. Bidan desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di desa diharapkan dapat  membantu  percepatan  penurunan  AKI  dan  AKB  di  Indonesia  dengan
meningkatkan  cakupan  kunjungan  pertama  ibu  hamil  K1,  kunjungan  keempat  ibu hamil  K4,  semua  persalinan  harus  ditolong  oleh  tenaga  kesehatan  terlatih,  semua
komplikasi obstetri ditangani dengan pelayanan rujukan yang adekuat Sujudi, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Bidan desa merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat sehingga  diharapkan  bidan  desa  yang  paling  mengetahui  keadaan  kesehatan  ibu
hamil,  ibu bersalin dan  bayi di desa. Indonesia  melalui  Program Making  Pregnancy Safer  MPS  yang  merupakan  bagian  dari  Program  Safe  Motherhood  telah
menetapkan  target  untuk  pelayanan  Kesehatan  Ibu  dan  Anak  KIA  yaitu  untuk meningkatkan  kunjungan  ibu  hamil  pertama  kali  K1  sebesar  95,  kunjungan
keempat  ibu  hamil  sebesar  90,  pertolongan  persalinan  oleh  tenaga  kesehatan sebesar 85, deteksi dini resiko tinggi ibu hamil oleh tenaga kesehatan sebesar 20
dari  seluruh  ibu  hamil,  kunjungan  pertama  neonatal  pada  umur  0-7  hari  KN1 sebesar  90,  dan  kunjungan  kedua  neonatal  pada  umur  8-28  hari  KN  II  sebesar
90 Depkes RI,2001. Walaupun kebijakan penempatan bidan di desa telah berjalan lebih  dari  sepuluh  tahun,  namun  hasil  yang  dicapai  masih  belum  optimal.  Masih
tingginya  AKI dan  AKB di Indonesia disebabkan oleh  banyak  faktor, salah  satunya adalah belum optimalnya kinerja bidan terutama di wilayah pedesaan.
Provinsi  Sumatera  Utara  termasuk  ke  dalam  enam  provinsi  penyumbang  AKI dan AKB terbesar di Indonesia pada tahun 2012. Berdasarkan data yang dikeluarkan
oleh  Badan  Pusat  Statistik  BPS  Sumatera  Utara,  AKB  di  Sumatera  Utara mengalami penurunan yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, menurun
menjadi  25,6  per  1.000  kelahiran  hidup  pada  tahun  2008,  hingga  mencapai  22  per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Angka Kematian Ibu di Sumatera Utara juga
mengalami  penurunan  dari  tahun  ke  tahun  yaitu  373  per  100  ribu  kelahiran  hidup pada  tahun  1995,  mengalami  penurunan  menjadi  315  per  100  ribu  kelahiran  hidup
pada  tahun  2006,    menurun  menjadi  268  per  100  ribu  kelahiran  hidup  pada  tahun
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2010, hingga mencapai 260 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2011.  Angka ini walaupun  terus  mengalami  penurunan,  tetapi  masih  jauh  dari  target
MDG’s    yakni 102 per 100 ribu kelahiran hidup di tahun 2015 BPS Sumatera Utara, 2011.
Kabupaten  Langkat  merupakan  salah  satu  kabupaten  yang  ada  di  Provinsi Sumatera  Utara.  Pemerintah  Daerah  Kabupaten  Langkat  melalui  Dinas  Kesehatan
Kabupaten  Langkat  telah  melaksanakan  upaya  penurunan  AKI  dan  AKB  dengan menempatkan  487  orang  bidan  desa  di  273  desa  yang  ada  di  Kabupaten  Langkat,
namun  upaya  tersebut  belum  menunjukkan  hasil  yang  optimal.  Hal  ini  dapat  dilihat dari AKI dan AKB yang masih tinggi. Jumlah AKI di Kabupaten Langkat cenderung
meningkat dalam tiga tahun 2009-2011 , dimana dari 25.991 kelahiran  hidup pada tahun  2009  terdapat  20  kematian  ibu  dan  187  kematian  bayi.  Setelah  dikonversi
diperoleh AKI sebesar 77 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB sebesar 7 per 1.000 kelahiran  hidup  pada  tahun  2009.  Pada  tahun  2010,  dari  20.477  kelahiran  hidup
terdapat 17 kematian  ibu dan 127 kematian  bayi.  Setelah dikonversi diperoleh  AKI sebesar  83  per  100  ribu  kelahiran  hidup  dan  AKB  sebesar  6  per  1.000  kelahiran
hidup.  Pada  tahun  2011,  dari    20.447  kelahiran  hidup  terdapat  23  kematian  ibu  dan 110  kematian  bayi.  Setelah  dikonversi  diperoleh  AKI  sebesar  112  per  100  ribu
kelahiran  hidup  dan  AKB  sebesar  5  per  1.000  kelahiran  hidup.  BPS  Kabupaten Langkat , 2011 .
Berdasarkan  Profil  Dinas  Kesehatan  Kabupaten  Langkat  Tahun  2011,  dari  30 Puskesmas yang tersebar di 23 Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat,  tercatat
bahwa  AKI  dan  AKB  tertinggi  terdapat  pada  wilayah  kerja  Puskesmas  Secanggang Kecamatan Secanggang dengan jumlah AKI sebesar 619 per 100 ribu kelahiran hidup
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dan AKB sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup. Data tentang angka kematian ibu dan angka  kematian  bayi  di  Kecamatan  di  Kabupaten  Langkat  dapat  dilihat  pada  Tabel.
1.1 berikut :
Tabel 1.1  Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB  pada Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Langkat Tahun 2011
Kecamatan Puskesmas
Jmlh Klhiran
Hdp
Jmlh Kmatian
Ibu AKI
per 100ribu
klh Jumlah
Kematian Bayi
AKB per
1000 klh
1. Bahorok 1. Bahorok
2. Bukit Lawang 559
237 1
1 2
4 2. Serapit
1. Serapit 238
3. Salapian 1.Tanjung Langkat
533 4. Kutambaru
1. Marike 298
1 336
5. Sei Bingei 1. Namu Ukur
2. Namu Trasi 433
465 1
215 4
9 6. Kuala
1. Kuala 821
7. Selesai 1. Selesai
1313 2
152 7
5 8. Binjai
1. Sambirejo 839
11 13
9. Stabat 1. Stabat
2. Karang Rejo 864
873 3
1 347
114 5
6 10.Wampu
1. Stabat Lama 983
4 407
8 8
11. Secanggang 1. Hinai Kiri
2. Desa Teluk 3. Secanggang
355 642
323 1
2 282
619 10
2 13
28 3
40
12. Hinai 1. Tanjung Beringin
1043 4
4 13. Padang Tualang
1. Tanjung Selamat 941
1 106
14. Batang Serangan 1. Sei Bamban
921 1
1 15. Sawit Seberang
1. Sawit Seberang 571
2 350
3 5
16. Tanjung Pura 1. Pantai Cermin
1444 1
69 19
13 17. Gebang
1.Gebang 923
2 217
5 5
18. Babalan 1. Securai
2. Pangkalan Brandan 512
980 4
8 19. Sei Lepan
1. Desa Lama 1061
20. Brandan Barat 1. Tangkahan Durian
455 21. Pangkalan Susu
1. Pangkalan Susu 2. Beras Basah
475 492
1 203
3 2
6 4
22. Besitang 1. Besitang
795 1
1 23. Pematang Jaya
1. Pematang Jaya 258
1 388
6 23
JUMLAH 20447
23 112
110 5
Sumber:  Profil  Dinas  Kesehatan  Kabupaten  Langkat  Tahun  2011  yang  telah diolah.
Cakupan  Pelayanan  Kesehatan  Ibu  dan  Anak  KIA  di  Kabupaten  Langkat menurut  Profil  Dinas  Kesehatan  Kabupaten  Langkat  Tahun  2011  sebagai  berikut  :
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Cakupan  pertolongan  persalinan  oleh  tenaga  kesehatan  di  Kabupaten  Langkat mencapai 95,75 ; Cakupan pemeriksaan kehamilan dengan kunjungan pertama ibu
hamil  K1  mencapai  96,90  dan  kunjungan  keempat  ibu  hamil  K4  mencapai 91,81    ;  Pelayanan  ibu  nifas  mencapai  91,36  ;  Kunjungan  neonatal  mencapai
92,11  ; Cakupan ibu hamil resiko tinggikomplikasi ditangani sebesar 69,54; dan Cakupan  neonatal  resiko  tinggikomplikasi  ditangani  sebesar  68,90  .  Cakupan
pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Langkat yang belum mencapai target adalah  cakupan  ibu  hamil  resiko  tinggikomplikasi  ditangani  sebesar  69,54;  dan
cakupan neonatal resiko tinggikomplikasi ditangani sebesar 68,90 , dimana target yang harus dicapai adalah 80.
Jika  dibandingkan  dengan  Cakupan  pertolongan  persalinan  oleh  tenaga kesehatan;  Cakupan  K1  dan  K4;  Cakupan  pelayanan  ibu  nifas  dan  kunjungan
neonatal yang sudah mencapai target, maka seharusnya tingkat kematian ibu maupun bayi  di  Kabupaten  Langkat  masih  dapat  diturunkan,  namun  kenyataannya  kematian
ibu  di  Kabupaten  Langkat  dari  Tahun  2009  sampai  Tahun  2011  terus  mengalami kenaikan  Profil  Dinas  Kesehatan  Kabupaten  Langkat  Tahun  2011.  Data  tentang
cakupan pelayanan KIA disajikan dalam tabel 1.2 dan 1.3 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Tabel 1.2
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan,  dan  Cakupan  Pelayanan  Ibu  Nifas  pada  Kecamatan
dan Puskesmas di Kabupaten Langkat  Tahun 2011
Kecamatan Puskesmas
K1 K4
Persalinan oleh Nakes
Pelaya nan
Ibu Nifas
1. Bahorok 1. Bahorok
2.Bukit Lawang 98,9
101,28 88,3
98,3 95,37
94,64 95,14
88,79 2. Serapit
1. Serapit 81,25
80,0 71,17
67,33 3. Salapian
1.Tanjung Langkat 99,40
98,6 97,94
94,68 4.Kutambaru
1. Marike 108,13
104,8 105,68
71,19 5. Sei Bingei
1. Namu Ukur 2. Namu Trasi
85,24 101,54
87,5 88,33
76,18 104,16
76,72 81,84
6. Kuala 1. Kuala
101,33 91,06
99,87 101,06
7. Selesai 1. Selesai
95,58 88,29
90,51 89,66
8. Binjai 1. Sambirejo
95,81 89,58
94,19 93,52
9. Stabat 1. Stabat
2. Karang Rejo 97,91
94,84 82,48
86,07 89,74
88,81 94,01
69,75 10.Wampu
1. Stabat Lama 103,86
89,76 116,27
103,09 11.Secanggang
1. Hinai Kiri 2. Desa Teluk
3. Secanggang 76,09
82,47 100,00
72,24 81,87
83,86 98,66
82,40 100,00
72,03 86,44
100,00 12. Hinai
1. Tanjung Beringin 102,07
100,69 104,00
85,90 13.Padang Tualang
1. Tanjung Selamat 103,95
97,11 95,96
100,77 14.Batang Serangan
1. Sei Bamban 99,28
94,03 92,99
110,39 15. Sawit Seberang
1. Sawit Seberang 109,98
100,16 107,94
101,36 16. Tanjung Pura
1. Pantai Cermin 98,10
95,36 106,92
111,22 17. Gebang
1.Gebang 101,45
84,72 103,34
97,55 18. Babalan
1. Securai 2. Pangkalan Brandan
90,15 99,45
83,38 96,28
77,1 93,79
79,86 103,34
19. Sei Lepan 1. Desa Lama
103,02 95,51
107,87 104,08
20.Brandan Barat 1. Tangkahan Durian
96,11 89,88
98,78 82,87
21.Pangkalan Susu 1. Pangkalan Susu
2. Beras Basah 94,81
99,23 84,12
97,45 100,00
96,52 85,81
105,06 22. Besitang
1. Besitang 95,59
98,82 85,97
88,65 23. Pematang Jaya
1. Pematang Jaya 99,37
89,31 95,72
98,62 RATA-RATA
96,90 91,81
95,75 91,36
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Tabel 1.3
Cakupan Kunjungan Neonatal, Cakupan Bumil Risti Komplikasi Ditangani, dan Cakupan Neonatal RistiKomplikasi Ditangani
pada Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten   Langkat  Tahun 2011
Kecamatan Puskesmas
Kunjung- an
Neonatal
Bumil Risti
Kompli kasi
Ditangani Neonatal
Risti Kompli-
kasi Ditangani
1. Bahorok 1. Bahorok
2.Bukit Lawang 98,82
100,0 59,15
102,13 73,94
73,14 2. Serapit
1. Serapit 97,9
61,20 78,43
3. Salapian 1.Tanjung Langkat
99,81 64,86
63,79 4. Kutambaru
1. Marike 92,95
57,23 71,59
5. Sei Bingei 1. Namu Ukur
2. Namu Trasi 97,23
99,56 54,69
83,70 78,52
60,22 6. Kuala
1. Kuala 100,0
56,76 77,95
7. Selesai 1. Selesai
99,7 80,76
55,85 8. Binjai
1. Sambirejo 97,56
56,06 61,18
9. Stabat 1. Stabat
2. Karang Rejo 91,00
97,03 84,46
85,83 33,18
73,30 10.Wampu
1. Stabat Lama 97,06
55,68 62,39
11. Secanggang 1. Hinai Kiri
2. Desa Teluk 3. Secanggang
97,4 100,00
62,1 104,11
64,64 27,78
71,36 73,73
52,70 12. Hinai
1. Tanjung Beringin 99,62
67,55 77,34
13. Padang Tualang 1. Tanjung Selamat
100,00 53,51
70,85 14. Batang Serangan
1. Sei Bamban 85,09
82,44 80,35
15. Sawit Seberang 1. Sawit Seberang
97,72 58,78
81,73 16. Tanjung Pura
1. Pantai Cermin 59,79
57,52 66,48
17. Gebang 1.Gebang
56,05 73,98
76,56 18. Babalan
1. Securai 2.Pangkalan Brandan
99,41 68,37
67,69 83,45
76,82 60,54
19. Sei Lepan 1. Desa Lama
99,31 63,47
69,75 20. Brandan Barat
1. Tangkahan Durian 98,02
78,79 68,86
21. Pangkalan Susu 1. Pangkalan Susu
2. Beras Basah 98,11
78,06 58,96
119,90 77,19
70,46 22. Besitang
1. Besitang 98,36
59,76 72,12
23. Pematang Jaya 1. Pematang Jaya
97,29 61,32
56,85 RATA-RATA
92,11 69,54
68,90
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 1.2 dan 1.3 di atas diketahui bahwa cakupan persalinan oleh tenaga  kesehatan  yang  terendah  berada  pada  wilayah  kerja  Puskesmas  Serapit
Kecamatan Serapit yaitu 71,17 ; cakupan K1 dan K4 terendah berada pada wilayah kerja  Puskesmas  Hinai  Kiri  Kecamatan  Secanggang  yaitu  76,29  dan  72,24  ;
cakupan  ibu  hamil  dan  neonatal  resiko  tinggi  yang  ditangani    terendah  berada  pada wilayah  kerja  Puskesmas  Secanggang  Kecamatan  Secanggang  yaitu  27,78  dan
52,70. Berdasarkan  data  yang  dilaporkan  pada  Profil  Dinas  Kesehatan  Kabupaten
Langkat  Tahun  2011  diketahui  bahwa  dari  23  kecamatan  yang  ada  di  Kabupaten Langkat, AKI dan AKB tertinggi berada pada Kecamatan Secanggang. Di Kecamatan
Secanggang  terdapat  tiga  Puskesmas,  yaitu  Puskesmas  Hinai  Kiri,  Puskesmas  Desa Teluk, dan Puskesmas Secanggang. Jumlah desa di Kecamatan Secanggang sebanyak
17 desa dengan jumlah bidan desa yang ada sebanyak 37 orang. Dari segi kuantitas, jumlah  bidan  desa  di  Kecamatan  Secanggang  ini  sudah  memadai.  Namun  AKI  dan
AKB di Kecamatan ini masih tinggi. Melihat masih adanya masalah kematian ibu dan bayi  yang  merupakan  tanggung  jawab  yang  dipikul  oleh  bidan  desa  tentunya
menuntut bidan memiliki kinerja yang lebih baik lagi dalam memberi pelayanannya. Tolok  ukur  kinerja  pelayanan  kesehatan  yang  diselenggarakan  daerah
Kabupaten Kota adalah berdasarkan Permenkes RI No 741MENKESPERVII2008 yang  disebut  Standar  Pelayanan  Minimal  SPM  bidang  kesehatan  pelayanan
kesehatan  dasar  yang  berhubungan  dengan  pelayanan  KIA    meliputi  beberapa indikator kinerja tahun 2010
– 2015 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
a.  Cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 adalah 95 pada tahun 2015 b.  Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi bidan adalah 90 pada tahun 2015 c.  Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah 80 pada tahun 2015
d.  Cakupan pelayanan nifas 90 pada tahun 2015; e.  Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80 pada tahun 2010;
Cakupan kunjungan neonatus  90,  pada tahun 2010; Cakupan  pelayanan  KIA  di  tiga  puskesmas  di  Kecamatan  Secanggang  sebagai
disajikan pada Tabel 1.4 berikut :
Tabel 1.4 Cakupan Pelayanan KIA pada Puskesmas di Kecamatan
Secanggang Tahun 2011 Puskesmas
K1 K4
Persalinan oleh  Nakes
Pelayanan Ibu Nifas
Kunju ngan
Neona tal
Bumil Risti
Ditangani Neona-
tal Risti
Dita- ngani
1. Hinai Kiri 76,09
72,24 98,66
72,03 97,4
104,11 71,36
2. Desa Teluk 82,47
81,87 82,40
86,44 100,0
64,64 73,73
3. Secanggang 100,0
83,86 100,0
100,0 62,1
27,78 52,70
Target 95
95 90
90 90
80 80
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2011
Berdasarkan Tabel 1.4 diatas diketahui bahwa cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2011 adalah 98,66 di Puskesmas Hinai  Kiri, 82,40
di  Puskesmas  Desa  Teluk,  dan  100,00  di  Puskesmas  Secanggang,  target  untuk persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 90, dari ketiga Puskesmas tersebut
hanya Puskesmas Desa Teluk yang belum mencapai target.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Cakupan  K1  ibu  hamil  adalah  76,09  di  Puskesmas  Hinai  Kiri,  82,47  di Puskesmas Desa Teluk, dan 100 di Puskesmas Secanggang; Cakupan K4 ibu hamil
adalah    72,24  di  Puskesmas  Hinai  Kiri,    81,87  di  Puskesmas  Desa  Teluk,  dan 83,86  di  Puskesmas  Secanggang,  sedangkan  target  yang  ditetapkan  untuk  K1  dan
K4  adalah 95 ; Cakupan bumil ristikomplikasi yang ditangani adalah 104,11 di Puskesmas Hinai  Kiri, 64,64 di Puskesmas Desa Teluk dan 27,78 di Puskesmas
Secanggang,  sedangkan  target  yang  ditetapkan  adalah  80;  Cakupan  neonatal ristikomplikasi  yang  ditangani  adalah  71,36  di  Puskesmas  Hinai  Kiri,  73,73  di
Puskesmas Desa Teluk dan 52,70 di Puskesmas Secanggang, sedangkan target yang ditetapkan adalah 80 Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2011.
Kematian ibu dan bayi masih menjadi permasalahan di Kecamatan Secanggang. Selain  itu  beberapa  cakupan  pelayanan  KIA  di  wilayah  ini  juga  masih  ada  yang
dibawah  target  standar  pelayanan  minimal.  Hal  ini  menuntut  bidan  desa  untuk meningkatkan  kinerjanya  dalam  pelayanan  KIA.  Kinerja  merujuk  pada  tingkat
keberhasilan  dalam  melaksanakan  tugas  serta  kemampuan  untuk  mencapai  tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan
dapat tercapai dengan baik Donnelly, Gibson and Ivancevich, 2000. Menurut Rivai 2005  kinerja  adalah  prestasi  yang  dicapai  oleh  seseorang  dalam  melaksanakan
tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk
pekerjaan  itu.    Hasibuan  2007  menyatakan  kinerja  merupakan  perwujudan  kerja yang  dilakukan  oleh  karyawan  yang  biasanya  dipakai  sebagai  dasar  penilaian
terhadap karyawan atau organisasi. Bernardin dan Russel, 1998 menyatakan kinerja adalah  catatan  perolehan  yang  dihasilkan  dari  fungsi  suatu  pekerjaan  tertentu  atau
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kegiatan  selama  satu  periode  pekerjaan  tertentu.  Menurut  Sedarmayanti  2004 kinerja adalah  hasil  kerja  seseorang  yang dapat ditunjukkan  buktinya secara konkrit
dan  dapat  diukur,  tercapainya  tujuan  organisasi  hanya  dimungkinkan  karena  upaya pelaku yang terdapat pada organisasi tersebut.
Menurut  Gibson  1997  dalam  Ilyas  2001,  ada  tiga  variabel  yang memengaruhi  kinerja  individu  yaitu  karakteristik  individu,  karakteristik  organisasi
dan  karakteristik  psikologis.  Karakteristik  individu  meliputi  :  kemampuan  dan keterampilan mental dan fisik ; Latar belakang misalnya : keluarga, tingkat sosial,
pengalaman, lama kerja ; dan Demografis misalnya : umur, etnis dan jenis kelamin. Karakteristik  organisasi  meliputi  :  sumber  daya,  kepemimpinan,  imbalan,  struktur,
dan  desain  pekerjaan.  Karakteristik  psikologis  meliputi  :  persepsi  ,  sikap  , kepribadian,  belajar,  dan  motivasi.  Sedangkan  menurut  Rivai  2005,  kinerja  adalah
ditentukan oleh: kebutuhan  yang dibuat pekerja, tujuan  yang khusus  , kemampuan ,
kompleksitas , komitmen , umpan balik , situasi , pembatasan , perhatian pada setiap kegiatan  ,  usaha,  ketekunan  ,  ketaatan  ,  kesediaan  untuk  berkorban  dan  adanya
standar kerja yang jelas. Bidan  desa  sebagai  petugas  kesehatan  diharapkan  mampu  meningkatkan
cakupan pelayanan KIA untuk mendukung program akselerasi  penurunan  AKI dan AKB , namun terdapat banyak faktor yang memengaruhi kinerja bidan desa tersebut
di antaranya adalah faktor individu internal terdiri atas : 1 Kemampuan, 2  Pengalaman,  3  Motivasi,  4  Pembelajaran,  5  Motivasi,  6  Sikap  dan  faktor
lingkungan  kerja  organisasi  eksternal  terdiri  atas  imbalanpenghargaan, saranaperalatan, beban kerja Mangkunegara, 2006. Hasil penelitian terdahulu yang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Achadi 1996, menyimpulkan sebagian bidan desa tinggal diluar desa yang  menjadi tanggung  jawabnya dan  bidan  yang telah kawin sering  meninggalkan
tempat bekerjanya daripada bidan yang belum kawin. Faktor karakteristik seperti umur, lama kerja, pengetahuan merupakan variabel
yang  berhubungan  dengan  peningkatan  kinerja  bidan.  Dalam  penelitian  Riyadi Kusnanto 2006 di Sumenep Madura  menyebutkan  bahwa dengan  bertambah  umur
seseorang  maka  variasi  kegiatan,  perasaan,  kebutuhan,  hubungan  sosial  semakin bertambah.    Demikian  halnya  dengan  petugas  kesehatan,    semakin  dewasa  petugas
kesehatan  maka  semakin  tinggi  kinerjanya.  Penelitian  Yani  dkk  2007  di  Tanjung Pinang juga menunjukkan bahwa secara statistik umur berpengaruh terhadap kinerja.
Dalam  penelitian  tersebut  dijelaskan  bahwa  semakin  tua  usia  bidan,  semakin bertambah  pengalaman  sehingga  dapat  meningkatkan  kinerja  bidan  dalam  upaya
pencapaian program  KIA. Sebagian  masyarakat menganggap  faktor usia  merupakan daya tarik tersendiri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena kebanyakan ibu-
ibu  hamil  adalah  usia  muda  secara  psikis  merasa  lebih  nyaman  jika  berinteraksi dengan  bidan  yang  usianya  lebih  tua  atau  lebih  senior  jika  dibanding  dengan  bidan
yang masih muda, karena bidan usia lebih tua emosinya stabil dan lebih sabar dalam memberikan pelayanan .
Faktor  lama  kerja  menurut  Yani  dkk  2007  juga  berpengaruh  pada  kinerja. Dijelaskan bahwa semakin lama bekerja maka
seseorang akan memiliki pengalamam
yang lebih banyak. Pengalaman adalah guru yang paling baik. Semakin lama bekerja semakin  banyak  pengalaman  dan  semakin  banyak  kasus  yang  ditangani  oleh  bidan,
maka  bidan  tersebut  semakin  mahir  dan  terampil  dalam  menyelesaikan  pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kepercayaan  masyarakat  lebih  cenderung  kepada  bidan  yang  telah  lama  bekerja, karena mereka menganggap bidan yang lama kerja sudah memiliki pengalaman.
Penelitian  lain  menunjukkan  adanya  pengaruh  karakteristik  individu  dan karakteristik  organisasi  terhadap  kinerja,  seperti  penelitian  Muchin  2003,  yang
meneliti pengaruh karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja dokter  PTT  di  puskesmas  di  Kota  Banda  Aceh  yang  menyimpulkan  bahwa    ada
pengaruh  yang  signifikan  antara  karakteristik  individu  dan  karakteristik  organisasi terhadap  kinerja  dokter  PTT
. Basri  2008  yang  meneliti  kinerja  bidan  desa  di
Kabupaten  Aceh  Tenggara  juga  menunjukkan  adanya  pengaruh  yang  signifikan antara  karakteristik  individu  dan  karakteristik  organisasi  terhadap  kinerja  bidan.
Selain  karakteristik  individu  dan  organisasi,  faktor  motivasi  seperti insentif  juga
merupakan  salah  satu  yang  faktor  yang  berhubungan  dengan  kinerja  bidan. Berdasarkan hasil penelitian Salamuk dan Kusnanto 2006 di Puskesmas Kabupaten
Puncak  Jaya  menunjukkan  bahwa  insentif  yang  diberikan  kepada  bidan  bertujuan untuk  meningkatkan kinerja  bidan dalam pelayanan antenatal. Ketika  seorang sudah
dipenuhi  haknya  dalam  mendapatkan  insentif,  maka  akan  mendorong  seseorang untuk  merasakan kepuasan  atas apa  yang  ia kerjakan. Penelitian  yang  lain  berkaitan
dengan motivasi bidan dilakukan oleh  Sunarcahaya 2008 di Kabupaten Alor NTT yang  menyimpulkan  bahwa  faktor  motivasi  kerja  secara  parsial  berpengaruh
signifikan  terhadap  kinerja  bidan,  karena  faktor  motivasi  telah  memberi  semangat kerja  bidan  baik  dari  dalam  maupun  dari  luar  sehingga  dapat  meningkatkan  kinerja
bidan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dalam bentuk wawancara pada Tanggal  7  Mei  2013  kepada  bidan  koordinator  dan  bidan  desa  di  Kecamatan
Secanggang diperoleh informasi bahwa dari 15 bidan desa yang diwawancarai hanya 3 bidan desa  yang tinggal  di desa tempat  bertugas. Bidan desa tersebut  mengatakan
bahwa tidak semua bidan desa disediakan tempat tinggal di desa, hanya sebagian saja yang  diberi  fasilitas  tinggal  di  polindespustu,  sebagian  bidan  desa  yang  lain  harus
mencari  rumah  sewa  sendiri.  Berdasarkan  wawancara  tersebut,  dapat  disimpulkan bahwa  ada  beberapa  hal  yang  berkaitan  dengan  permasalahan  kinerja  bidan  desa
dalam  melaksanakan  Program  KIA  khususnya  yang  berkaitan  dengan  pencapaian cakupan,  antara  lain:  bidan  desa  merasa  kurang  diperhatikan  dan  dihargai,  sehingga
semangat kerja bidan desa menjadi berkurang. Dari segi imbalan, pemberian imbalan berupa  uang,  baik  gaji  bulanan,  maupun  insentif  dari  puskesmas  dirasakan  sangat
perlu  untuk  mendukung  kerja  bidan  desa.    Selama  ini  pemberian  imbalan  dari puskesmas terkadang tidak menentu dan jumlahnya dirasakan masih kurang.
Kendala lain yang dihadapi oleh bidan desa adalah masyarakat cenderung lebih percaya  kepada  bidan  yang  sudah  tua  karena  masyarakat  beranggapan  bahwa  bidan
yang sudah tua sudah  lebih  berpengalaman, sedangkan kebanyakan bidan desa  yang ada  masih  muda  dan  sebagian  besar  adalah  bidan  PTT  yang  baru  diangkat  dan
ditempatkan  di  desa.  Selain  itu  belum  adanya  kepastian  mengenai  bagaimana  nasib bidan  PTT  setelah  masa  kerjanya  berakhir  juga  memengaruhi  semangat  kerja  yang
pada akhirnya akan memengaruhi kinerja bidan desa. Berdasarkan  latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ”Pengaruh karakteristik individu umur, pendidikan, lama kerja, tempat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tinggal,  status  perkawinan,  dan  pelatihan ,  dan  motivasi  intrinsik  dan  ekstrinsik
terhadap  kinerja  bidan  desa  dalam  program  Kesehatan  Ibu  dan  Anak  KIA  di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
1.2   Perumusan Masalah