I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bawang  putih merupakan rempah-rempah dengan flavor  atau  citarasa  yang  kuat  dan rasa  pedas  yang  sangat  khas.  Bawang  putih  Allium  sativum L.  sudah  lama  digunakan  sebagai
bahan  baku  untuk  bumbu seasoning.  Beberapa  produk  berbahan  dasar  bawang  putih,  seperti garlic  oil, garlic  powder, garlic  salt, garlic  paste, garlic  sauce,  dan garlic  slice sudah  banyak
dijual secara komersil. Produk-produk berbahan dasar bawang putih dapat digolongkan menjadi beberapa  jenis  tergantung  dari  cara  persiapannya,  seperti:  bawang  putih  segar,  bawang  putih
yang dikeringkan, bawang putih panggang, dan bawang putih goreng. Perbedaan cara persiapan tersebut  dapat  berpengaruh  terhadap  citarasa  yang  dihasilkan  pada  produk-produk  berbahan
dasar bawang putih Yu et al. 1994. Menurut  Heath  1981,  banyak  komponen  volatil  aktif  pada  rempah-rempah  timbul
setelah pengolahan, tetapi di lain pihak adanya perlakuan panas atau pengolahan dapat merusak atau  menghilangkan  komponen  volatil  aktif yang  ada.  Oleh  karena  itu,  untuk  mempertahankan
dan  meminimalkan  kehilangan  komponen  volatil  aktif  bawang  putih, diperlukan  suatu  metode pengolahan yang tepat sehingga faktor-faktor yang menguntungkan masih dapat dimanfaatkan.
Komponen  volatil  aktif  pada  sayuran  dan  rempah-rempah  dapat  dianalisis  dengan menggunakan  kromatografi  gas. Analisis  kuantitatif  dengan  kromatografi  gas  dapat  ditentukan
berdasarkan perhitungan relatif terhadap suatu standar internal. Perhitungan berdasarkan standar internal  merupakan analisis  yang  lebih  sederhana  dibandingkan  dengan  analisis  kuantitatif
lainnya. Standar internal yang digunakan dapat mempengaruhi ketelitian analisis. Agar ketelitian analisis  kuantitatif  lebih  sempurna,  diperlukan  suatu  standar  internal  yang  baik,  yaitu terpisah
dengan  komponen  yang  dianalisis,  tidak  bereaksi  dengan  komponen  maupun  dengan  pelarut yang  digunakan,  dan  terelusi  dekat  dengan  komponen  yang  dianalisis.  Komponen  volatil  aktif
yang  dianalisis dalam  penelitian  ini adalah  dialil  monosulfida dan dialil  disulfida.  Kedua komponen  volatil  aktif  tersebut  merupakan  penentu  citarasa  dan  mempunyai  aktivitas  sebagai
antioksidan dan antiradikal, serta aktivitas bioaktif lainnya. Secara  umum,  spesies  bawang  yang  paling  sering  digunakan  dalam  industri  pangan
dan  dunia  kuliner  adalah Allium  sativum.  Bawang  putih  memiliki  banyak  varietas,  masing- masing  varietas  memiliki  komponen  senyawa  sulfur  yang  berbeda.  Senyawa  sulfur  inilah  yang
memberikan citarasa dan aroma pada bawang putih. Menurut Mazza 1998, tipe dan konsentrasi dari  senyawa  sulfur  yang  diekstrak  dari  bawang  putih  dipengaruhi  oleh  ketuaan  umbi,  praktek
produksi yang dilakukan, varietas, lokasi penanaman, dan kondisi proses yang dilakukan. Pada  industri  pangan  yang  menggunakan  bawang  putih  segar  sebagai bahan  baku
esensial, fluktuasi hasil panen menyebabkan industri tersebut harus menggunakan bawang putih dengan varietas yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Masing-masing varietas bawang putih
yang  digunakan  produsen memiliki  jumlah  senyawa  volatil  pembentuk  flavor yang  berbeda. Produk  yang  dihasilkan  juga  akan  memiliki  flavor  yang  berbeda  jika  menggunakan  varietas
bawang putih yang berbeda. Hal ini pada akhirnya akan berpengaruh pada penerimaan konsumen terhadap produk tersebut.
PT.  Garudafood Putra  Putri  Jaya sebagai  salah  satu  produsen  pangan  yang menggunakan bawang putih dalam produksinya, memiliki pasokan berbagai jenis bawang putih
di antaranya adalah varietas Kating, Shantung, dan Honan. Ketiga varietas tersebut berbeda dari segi penampakan maupun ketajaman baunya. Setiap varietas bawang putih mengandung jumlah
dan komposisi senyawa sulfur volatil yang berbeda.
1.2 TUJUAN