Maserasi Perendaman METODE EKSTRAKSI

Tabel 3. Perbandingan beberapa komponen volatil aktif bawang putih yang dapat terekstrak dengan berbagai metode ekstraksi Komponen Konsentrasi x 10 -6 gg umbi bawang putih Distilasi air Distilasi L-N Distilasi uap Dialil sulfida Dialil disulfida Dialil trisulfida Total volatil 29.60 548.11 1010.83 2065.25 30.86 537.18 1060.89 2331.42 49.39 530.44 1024.90 2076.57 Sumber : Yu et al. 1989

3.2.1 Maserasi Perendaman

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik merupakan metode yang cukup sederhana di antara metode ekstraksi lainnya, akan tetapi untuk beberapa bahan pangan seperti buah-buahan, metode ini cukup efisien karena dapat mengekstrak komponen flavor buah-buahan yang sebagian besar komponennya merupakan komponen yang sensitif terhadap pengaruh suhu tinggi. Tahapan dari proses ekstraksi ini meliputi persiapan bahan mentah, pencampuran dengan pelarut, pemisahan bahan terlarut dari residunya, serta penguapan dan pemekatan pelarut. Heath 1981, membagi metode ekstraksi dengan pelarut menjadi tiga, yaitu maserasi, digestion, dan perkolasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan penghancuran sampel terlebih dahulu, kemudian dicampur dan direndam dengan pelarut beberapa jam pada suhu dingin sambil dilakukan pengadukan agar pencampurannya merata. Setelah komponen volatil tercampur dengan pelarut, dilakukan pemisahan antara pelarut dan bahan dengan cara penyaringan. Digestion merupakan ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan pemanasan pada suhu sekitar 60ºC, lamanya proses ekstraksi berlangsung sekitar 24 jam. Perkolasi merupakan proses ekstraksi dengan mengalirkan pelarut terhadap bahan yang diekstrak secara kontinyu dan dilakukan dengan menggunakan pemanasan maupun tanpa pemanasan. Cronin 1982 menyatakan bahwa penggunaan pelarut untuk mengekstrak komponen flavor harus mempunyai titik didih rendah sebab penguapan pelarut dari hasil ekstraksi dapat dengan mudah dilakukan dan tidak merusak komponen flavor yang terekstrak. Selain itu, Larsen dan Poll 1990 menyarankan agar pada perbandingan antara pelarut dan bahan yaitu 1 : 1 wv sehingga hasil ekstraksi tidak membentuk gel dan cukup efisien dalam mengekstrak komponen volatil. Pelarut organik yang digunakan untuk mengekstrak komponen flavor terbagi menjadi dua, yaitu pelarut polar dan pelarut non-polar. Heath 1981 menyatakan bahwa pada pelarut polar terdapat gugus karbonil atau hidroksi yang cukup reaktif dan mempunyai konstanta dielektrik yang lebih rendah serta tidak larut dalam air. Dalam memilih pelarut yang akan digunakan untuk ekstraksi perlu dipertimbangkan beberapa hal, seperti sifat bahan yang akan diekstrak, tingkat oksidasi pembentukan artefak, mudah tidaknya terbakar, dan tingkat toksisitasnya. Beberapa pelarut organik beserta titik didihnya, yang dapat digunakan dalam mengekstraksi komponen flavor tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Daftar pelarut organik untuk ekstraksi flavor dan titik didihnya Pelarut Titik didih ºC Pelarut Titik didih ºC Metil klorida -24 Etil klorida 12.5 Isopentana 27-31 Petroleum eter 30-70 Dietil eter : Pentana 2:1 33.5 Dietil eter 35 Pentana 36 Dikloromentana 40.5 Aseton 58 Kloroform 61 Tetrahidrofuran 66 Heksana 69 Etil asetat 77 Karbon tetraklorida 77.5 Etanol 78.5 Benzena 80 Sikloheksana 81 Nitrometana 98 Heptana 98.5 Metil glikol 124.5 Etilen glikol 135 n-amil asetat 138 Isoamil asetat 142.5 Sikloheksanol 160 Propilen glikol 188 Gliserol 290 Sumber : Heath 1981

3.2.2 Likens-Nickerson