Hubungan Masing-Masing Perlakuan Terhadap Waktu Pencampuran

Gambar 17. Produk Menggumpal Pada Dinding Tanki Pencampuran Dari Hasil analisa statistika pada Lampiran 8, mak dapat dilihat bahwa korelasi parsial antara kecepatan dosing susu bubuk dengan waktu hidrasi menunjukan signifikanberbeda nyata dengan nilai Sig 0,507 α. Dari analisa data yang ditujukan pada Gambar 18, terlihat bahwa hubungan antara waktu waktu hidrasi, dengan waktu pencampuran, berkorelasi positif naik, dimana semakin besar waktu hidrasi, maka lama waktu pencampuran pun akan semakin besar. Hal ini disebabkan semakin lama waktu hidrasi, maka total urutan waktu pencampuran pun akan bertambah. Waktu hidrasi, merupakan waktu yang dihitung setelah semua susu bubuk masuk kedalam pencampuran, sebelum urutan dosing gula masuk ke dalam tanki pencampuran. Gambar 18. Hubungan waktu hidrasi dengan total waktu pencampuran Untuk perlakuan A3 kecepatan inlet susu bubuk 185 kgmenit, jika dilihat dari analisa trend data, menunjukan bahwa semakin lama waktu hidrasi susu bubuk, maka waktu pencampuran kecenderungannya semakin turun. Hal ini dapat diketahui dengan total waktu pencampuran, berkisar dari 93 menit, 90 menit, dan 88 menit. Kecenderungan turunnya total waktu pencampuran tersebut, dipengaruhi oleh kecepatan transfer dari pencampuran ke Ballance Tank 2. Semakin banyak susu bubuk yang larut, maka proses transferpumping semakin cepat, sebaliknya semakin sedikit susu bubuk yang larut, maka proses transferpumping akan semakin lambat, akibat terjadinya penyumbatan di area filter dan PHE. Untuk menentukan kondisi total waktu pencampuran yang paling efisien, terhadap pengaruh dosing susu bubuk dengan waktu hidrasi, dapat dilihat dengan menggunakan metoda regresi linier dengan dua atau lebih variabel independen. Dari tabel Model Summary pada Lampiran 8, menunjukkan nilai koofisien korelasi R, untuk kedua model. Dapat dilihat untuk Nilai Durbin-Watson untuk model kedua adalah 1.570, dimana nilai ini diantara 1.21DW1.65, jadi tidak dapat disimpulkan mengenai korelasi keduanya. Hasil analisa data regresi pada tabel koefisien diatas, dapat dihasilkan persamaan yang optimum adalah Y = 26,556 + 0,3A+0,6B, dimana : A = Kecepatan dosing susu bubuk, B = Waktu hidrasi,Y = Total waktu pencampuran. Dari hasil persamaan regresi tersebut, dapat terlihat bahwa kombinasi perlakuan A2B1, dimana A2 kecepatan dosing susu bubuk 150 kgmnt, dan B1 waktu hidrasi 5 menit, merupakan kombinasi yang paling efisien dan efektif untuk total waktu pencampuran.

D. Pengaruh Perlakuan Terhadap Solubility Index

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil pengujian masing masing perlakuan terhadap kualitas pencampuran dapat dilihat pada Table 14. Indeks ketidaklarutan yang diharapkan adalah nilainya kurang dari 0.1 ml. Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa tidak ada satu pun indeks ketidaklarutan yang memenui syarat pada saat pencampuran susu bubuk Nilai yang mencapai 0.1 ml adalah perlakuan A1B1, A1B2, A1B3, A2B2 dan A2B3. Sedangkan perlakuan lain nilainya di atas 0.1 ml. Indeks ketidaklarutan pada larutan susu bubuk ini hanya sebagai indikator saja tetapi belum bisa dijadikan ukuran keberhasilan pencampuran akhir. Hal ini dikarenakan pada saat masuknya larutan gula tingkat kelarutan akan bergeser dan gula bisa berperan dalam mereduksi partikel susu bubuk pada saat masuk inline high shear mixer. Tabel 14. Hasil Analisa Parameter Proses Pencampuran Susu Bubuk Dari Tabel 15, maka dapat dilihat bahwa semua perlakuan dengan kecepatan pencampuran powder 120 kgmin dan 150 kg min pada semua waktu hidrasi nilai indeks ketidaklarutannya 0.1 ml. Sedangkan perlakuan dengan kecepatan dosing susu bubuk 185 kgmin pada semua waktu hidrasi hasil indeks ketidaklarutan -nya di atas 0.1 ml. Tabel 15. Hasil Analisa Pencampuran Akhir NO Hasil Analisa PERLAKUA N A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 1 Viskositas Ps 1.25 1.45 1.04 1.25 1.30 1.60 1.08 1.25 2.25 2 Indeks ketidaklarutan ml 0.08 0.05 0.05 0.06 0.06 0.08 0.55 0.18 0.13 3 Fat Globule μ 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 Hasil analisa data statistik korelasi partial pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa antara waktu hidrasi dan kecepatan dosing susu bubuk terhadap indeks ketidaklarutan pencampuran milk powder nilai koefisien korelasi yang kecil 0,061. Sedangkan nilai Signifikansi- nya 0,885 α, sehingga dengan demikian Ho diterima. Jadi hubungan antara kedua variabel, yaitu kecepatan dosing susu bubuk dan waktu hidrasi terhadap indeks ketidaklarutan adalah tidak signifikan atau tidak berbeda nyata. NO Hasil Analisa PERLAKUAN A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 1 Viskositas Ps 0.95 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.85 0.75 0.65 2 Indeks ketidaklarutan ml 0.10 0.10 0.10 0.13 0.10 0.10 0.70 0.20 0.15 Dari Gambar 19, maka dapat dilihat bahwa pengaruh waktu hidrasi dan kecepatan dosing susu bubuk, berpengaruh banyak terhadap kualitas indeks ketidaklarutan yang dihasilkan, baik hasil pengukuran indeks ketidaklarutan larutan susu bubuk maupun terhadap indeks ketidaklarutan pencampuran akhir. Semakin tinggi kecepatan dosing milk powder maka indeks ketidaklarutannya makin naik, artinya kualitas hasil pencampuran makin buruk. Gambar 19. Pengaruh perlakuan terhadap indeks ketidaklarutan Untuk perlakuan A3B1, dimana A3 variabel kecepatan dosing susu bubuk 180 kgmnt dan B1 variabel waktu hidrasi powder 5 menit, menunjukan ada kenaikan nilai indeks ketidaklarutan 0,1 ml. Hal ini menunjukan bahwa, proses kelarutan powder belum sempurna, yang disebabkan oleh jumlah susu bubuk masuk dengan jumlah yang besar, sehingga luas permukaaan yang bisa terkena air pada saat wetting semakin kecil, akibatnya sebagian produk menjadi menggumpal. Hasil analisa data statistik pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa korelasi parsial antara waktu hidrasi dan kecepatan dosing susu bubuk terhadap Solubility Indeks nilai koofisien korelasi yang kecil 0,069, nilai Sig 0,871 α, sehingga Ho diterima. Jadi hubungan antara kedua variabel, yaitu kecepatan dosing susu bubuk dan waktu hidrasi dengan indeks ketidaklarutan adalah tidak signifikantidak berbeda nyata. Untuk menentukan kondisi indeks ketidaklarutan pencampuran akhir yang paling efisien, terhadap pengaruh dosing susu masuk dengan waktu hidrasi, dapat