Metode Peramalan Penelitian Terdahulu

penjualan di masa mendatang. Pemilihan suatu model yang tepat adalah penting, karena setiap model memiliki asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sebagai persyaratan penggunaannya. Validitas dan reabilitas estimasi sangat tergantung pada model yang dipakai. 3. Pengujian Model; Sebelum diterapkan, model biasanya diuji untuk menentukan tingkat akurasi validitas dan realibilitas yang diharapkan. Penerapannya mencakup pada data historik dan penyiapan estimasi untuk tahun-tahun sekarang dengan data nyata yang tersedia. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketetapan hasil peramalan dengan kenyataan. Dengan kata lain, pengujian model bermaksud untuk mengetahui validitas atau kemampuan prediksi secara logika suatu model. 4. Penetapan Model; Setelah pengujian, analis menetapkan model dan dalam tahap ini data historis dimasukkan ke dalam model untuk menghasilkan suatu ramalan. 5. Revisi dan Evaluasi; Ramalan-ramalan yang dibuat harus senantiasa diperbaiki dan ditinjau kembali. Perbaikan mungkin perlu dilakukan, karena adanya perubahan- perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atau lingkungannya seperti tingkat harga produk perusahaan, karakteristik produk, biaya-biaya periklanan, kebijaksanaan moneter dan kemajuan teknologi. Evaluasi merupakan perbandingan hasil ramalan dengan hasil nyata untuk menilai ketetapan penggunaan suatu metodologi atau teknik peramalan. Langkah ini diperlukan untuk menjaga mutu estimasi-estimasi di waktu mendatang.

2.7. Metode Peramalan

Terdapat dua pendekatan umum peramalan, sebagai mana ada dua cara mengatasi semua model keputusan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Peramalan kuantitatif menggunakan model matematik yang beragam dengan data masa lalu dan peubah sebab akibat untuk meramalkan permintaan. Peramalan subyektif atau kualitatif, yaitu peramalan yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi dan sistim nilai pengambilan keputusan untuk meramal Handoko, 1994.

2.8. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku

Unsur-unsur kebijakan dalam pengawasan persediaan bahan baku terdiri dari model probabilistik, peramalan penjualan, safety stock, lead time, dan reorder point.

2.8.1 Model Probabilistik

Model probabilistik model persediaan stokastik merupakan metode yang valid dalam penentuan EOQ Economic Order Quantity atau simulasi. Model probabilistik akan menghasilkan kemungkinan- kemungkinan walaupun variabel yang membentuknya diketahui dengan pasti. Model simulasi probabilistik stokastik merupakan komponen yang bersifat random acak dan akibat random tersebut maka hasil dari model simulasi stokastik hanya merupakan estimasi dari karakteristik sesungguhnya. Model simulasi stokastik mengandung unsur acak atau distribusi peluang sehingga tidak hanya membuat penaksiran keluaran yang definitif tapi juga disertai dengan deviasi variance.

2.8.2 Peramalan Penjualan

Pengertian peramalan penjualan menurut Indrajit dan Pranoto 2003 merupakan kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Peramalan penjualan adalah istilah yang sangat populer di dunia dan menyangkut peramalan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan perhitungan tertentu. Pada metode ini ada tiga tahapan iteratif dalam melakukan pemodelan deret waktu Montgomery et al.,1990, yakni: 1. Spesifikasi model berdasarkan data historis. 2. Pendugaan parameter 3. Diagnostik model untuk memeriksa kelayakan model. Menurut Baroto 2002 , karakteristik peramalan permintaan adalah sebagai berikut : 1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan berlaku juga di masa yang akan datang. 2. Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu berbeda dengan permintaan yang diramalkan. 3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu yang semakin panjang. Implikasinya peramalan untuk rentang yang pendek akan lebih akurat dibanding peramalan untuk rentang yang waktu yang panjang.

2.8.3 Optimisasi Pembelian Bahan Baku

Jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya pesanan agar menghasilkan biaya-biaya persediaan yang minimal, Assauri 2004. Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis harus diupayakan agar biaya-biaya pemesanan dan penyimpanan diperkecil. Usaha untuk memperkecil biaya pemesanan dan penyimpanan ini menyebabkan sistem persediaan dihadapkan pada dua sifat biaya yang bertentangan. Sifat pertama menekankan agar jumlah pemesanan sangat kecil sehingga biaya pemesanan menjadi sangat besar selama satu tahun. Berdasarkan kedua sifat tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah pemesanan ekonomis terletak antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Optimisasi pembelian bahan baku dan waktu pembelian kembali dapat diperoleh dengan meggunakan metode simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam jumlah pemesanan untuk mendapatkan total biaya persediaan yang minimal.

2.8.4 Safety Stock

Safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang harus diadakan untuk proteksi atau pengamanan dalam menghindari kehabisan persediaan karena berbagai sebab Indrajit dan Pranoto 2003. Persediaan pengaman mempunyai dua aspek dalam pembiayaan perusahaan, yaitu : 1. Mengurangi biaya yang timbul karena kehabisan persediaan. Makin besar persediaan pengaman makin kecil kemungkinan kehabisan persediaan, sehingga semakin kecil pula biaya karena kehabisan persediaan. 2. Tetapi adanya persediaan pengaman akan menambah biaya penyediaan barang. Makin besar persediaan pengaman, makin besar pula biaya penyediaan barang. Tujuan Safety Stock adalah untuk menentukan berapa besar stock yang dibutuhkan selama masa tanggang untuk memenuhi besarnya permintaan Rangkuti, 2004. persediaan pengaman yaitu persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kehabisan bahan atau barang. Safety Stock diperlukan untuk menjaga terhadap ketidakpastian dan perubahan dalam lead time, penjadwalan, kualitas dan permintaan. Safety stock dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku yang lebih besar dari pada perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan Assauri 2004. Penentuan besarnya persediaan pengaman ini mempergunakan analisa statistik. Standar penyimpangan dari bahan baku dapat diketahui dengan cara melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangan yang sudah terjadi antara perkiraan kebutuhan bahan baku dengan pemakaian sesunguhnya dalam analisa statistik. Selanjutnya manajemen perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan- penyimpangan yang terjadi tersebut dapat ditolerir.

2.8.5 Lead Time

Pengertian lead time adalah waktu antara dilakukannya pemesanan atau waktu pengiriman Render dan Heizer 2006. Model- model persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu tingkat persediaan mencapai nol sebelum perusahaan memesan kembali dan dengan seketika kiriman yang dipesan segera diterima. Akan tetepi waktu antara dilakukannya pemesannan bisa cepat, beberapa jam atau bahkan lambat, yaitu beberapa bulan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan waktu yang paling optimal untuk melakukan pemesan kembali, menurut Ahyari 1999, penentuan waktu tunggu ini mempunyai dua macam biaya, yaitu: 1. Biaya penyimpanan tambahan BPT, atau sering disebut dengan extra carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku. Keadaan ini disebabkan karena datangnya bahan yang dipesan lebih awal dari waktu yang telah direncanakan. 2. Biaya kekurangan bahan BKB, atau sering disebut dengan stock out cost adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan kekurangan bahan baku untuk keperluan proses produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan bahan baku pengganti, termasuk selisihnya merupakan contoh biaya kekurangan bahan ini. Hal ini disebabkan apabila perusahaan tidak mendapatkan pengganti, maka proses produksi akan terhenti. Keadaaan kekurangan bahan ini disebabkan oleh karena bahan baku yang dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan.

2.8.6 Reorder Point

Reorder Point terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Perusahaan harus dapat menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Reorder point merupakan titik batas pemesanan kembali, termasuk permintaan yang dinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan atau extra Rangkuti, 2004. Menurut Heizer dan Render 2006, setelah perusahaan menentukan jumlah bahan baku yang dipesan, maka perusahaan akan melakukan pemesanan yang kedua. Pemesanan kedua atau pemesanan ulang bertujuan agar persediaan tidak sama dengan nol.

2.9. Penelitian Terdahulu

Mukti 1997 melakukan penelitian mengenai strategi perencanaan produksi agregat industri kayu lapis. Metode perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan terhadap permintaan kayu dengan menggunakan metode peramalan ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average Model dan hasil penelitian mengenai optimisasi dilakukan dengan menggunakan pemrograman linier dengan bantuan program komputer Linear Interactive of Discrete Optimize LINDO. Total biaya minimum yang dihasilkan dari optimisasi Rp 335.405.790.000,- Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam perumusan model pemrograman linier adalah jam tenaga kerja reguler, jam tenaga kerja lembur, kapasitas gudang, permintaan produk, dan persediaan produk jadi. Andinova 2009 melakukan penelitian mengenai kajian optimisasi pada PT. Pismatex, Pekalongan. Peubah keputusan didalam proses penelitian tersebut adalah tingkat produksi sarung selama satu periode produksi 12 bulan, yang dikelompokkan menjadi lima 5 kelompok jenis produk. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa PT. Pismatex mengalami kendala dalam upayanya, kendala yang dialami adalah keterbatasan sumberdaya yang dimilikinya, yaitu meliputi ketersedian bahan baku, jam kerja tenaga kerja langsung, jam mesin dan jumlah permintaan.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Perusahaan atau badan usaha pasti memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia serta menekan biaya se-optimal mungkin agar dapat berkompetisi di tengah persaingan yang semakin ketat. Tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dicapai dengan cara merancang dan mengimplementasikan strategi manajemen yang tepat. Pada industri manufacturing salah satu elemen terpenting adalah bagaimana perusahaan dapat menyusun sebuah perencanaan produksi yang optimum, kemudian melakukan pengadaan bahan baku yang sesuai dengan rencana produksi yang telah ditetapkan tersebut. Perencanaan produksi yang baik sangat penting mengingat perusahaan pasti memiliki batasan sumberdaya yang harus dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya untuk memenuhi permintaan pasar. Implementasi dari perencanaan produksi akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh perencanaan persediaan bahan baku yang baik pula, sehingga proses produksi dapat berlangsung tanpa hambatan dari segi bahan baku. Kerangka pemikiran yang disusun adalah mengenai usaha untuk mengurangi atau mengefisienkan biaya produksi dengan melakukan peramalan hingga mendapatkan pola produksi yang paling mendekati perkiraan permintaan kemudian dilakukan proses optimisasi produksi dan persediaan bahan baku, setelah pola produksi yang optimal didapatkan maka rencana persediaan bahan baku disesuaikan dengan pola produksi yang baru diagram alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Rencana pola produksi yang berbeda pasti memerlukan pengaturan persediaan bahan baku yang berbeda, dan setiap produk membutuhkan jumlah dan komposisi yang berbeda pula. Dengan sumber daya dan kapasitas produksi yang terbatas, penambahan jumlah produksi suatu jenis barang tertentu dapat mengurangi kuantitas produksi jenis barang yang lain.