Analisis Proksimat Produk Analisis Formulasi Terpilih

62 Gambar 21. Skor kesukaan panelis terhadap atribut warna

d. Formula Terpilih

Berdasarkan ketiga kriteria diatas, dapat dilihat berdasarkan hasil pengujian secara obyektif oleh panelis, dipilih formula M10 yaitu formula yang menggunakan maizena sebayak 10. Keputusan ini didasarkan pada penerimaan panelis yang cukup tinggi dalam segi penampakan minyak dan warna. Sedangkan untuk tekstur, meskipun tepung beras lebih unggul, namun penerimaan pada maizena tidak terlalu berbeda nyata dibandingkan dengan tepung beras.

4. Analisis Formulasi Terpilih

Tahap selanjutnya adalah analisis kimia dari produk dengan formula terpilih. Analisis yang dilakukan antara lain analisis proksimat, analisis kadar antosianin dan analisis warna.

a. Analisis Proksimat Produk

Dalam 100 gram chips ubi jalar ungu dapat menghasilkan energi sebanyak 441,14 kkal 100gr . Hasil analisis proksimat chips ubi jalar terpilih dapat dilihat pada Tabel 12 dan Lampiran 12. Perhitungan tersebut didasarkan pada dua kali ulangan pengukuran dari dua kali proses produksi. 1 2 3 4 5 6 Kontrol U Tepung 5 Tepung 10 Maizena Tp. Beras Tapioka 3.9 a 4.6 b 5.2 c 5.3 c 5.6 c 5.3 c 4.6 b 63 Tabel 12. Komposisi kimia chips ubi jalar ungu terpilih Komposisi Jumlah bb Kadar air 3,07 Kadar abu 2,18 Kadar lemak 12,42 Kadar protein 3,14 Kadar karbohidrat 79,20 Serat kasar 3,10 Apabila dibandingkan dengan hasil analisis proksimat tepung ubi jalar terpilih, dapat dilihat pada Tabel 7, terdapat beberapa peningkatan pada kadar lemak dan kadar abu. Peningkatan kadar lemak yang semula hanya 0,87 bb menjadi 12,42 bb dikarenakan proses penggorengan deep fat frying. Namun apabila dibandingakan dengan produk chips konvensional yang memiliki kadar lemak sekitar 35 - 50 Leipa, 1976, produk chips ubi jalar ungu ini memilki kandungan lemak yang cukup rendah. Adanya penggunaan maizena di dalam adonan mengikat air bebas sehingga saat air menguap pada saat penggorengan dan posisinya digantikan oleh minyak. Dengan kata lain, adanya penambahan maizena dapat meningkatkan penyerapan minyak ke dalam produk. Hal ini berimbas pada penurunan kadar karbohidrat per 100 gram. Peningkatan kadar abu produk, dari 1,72 bb menjadi 2,18 bb, diperkirakan karena adanya penambahan maizena pada adonan. Namun selain itu adanya kemungkinan dipengaruhi oleh penyebaran mineral yang tidak merata pada ubi yang telah ditepungkan. Penurunan kadar air pada produk yang cukup signifikan, dari 7,17 bb menjadi 3,07 bb, dikarenakan proses penggorengan dalam proses pembuatannya. Penggorengan diketahui memberikan panas yang cukup tinggi, tidak hanya meningkatkan eating quality dari produk namun juga menyebabkan air yang terikat dalam produk dapat terlepas dan menguap selama proses penggorengan berlangsung. 64 Penurunan kadar protein disebabkan karena adanya penggunaan maizena dalam adonan yang sebanyak 10. Seperti yang kita ketahui, maizena merupakan pati jagung. Pati merupakan komponen karbohidrat sehingga otomatis tidak menyumbangkan protein dalam produk ini, seandainya menyumbangkan protein pun diperkirakan jumlahnya sangat kecil sehingga tidak dapat meningkatkan kadar protein secara signifikan. Selain itu, ada pula kemungkinan protein semula rusak selama proses penggorengan. Meskipun proses penggorengan dilakukan secara singkat, antara 5 – 10 detik, masih dimungkinkan terjadinya kerusakan karena suhu penggorengan yang digunakan adalah 190 o C. Serat kasar dari produk diperoleh sebesar 3,10 bb. Bila dibandingkan dengan serat kasar tepung ubi jalar ungu yang sebesar 3,60 bb, dapat dikatakan terjadi penurunan yang cukup signifikan. Penggorengan mengakibatkan terbentuknya crust pada bagian permukaan produk. Sebagian besar crust sifatnya tidak dapat tercerna oleh komponen enzim di dalam tubuh sehingga mengakibatkan peningkatan jumlah serat kasar pada produk Hadisetiawati, 2005. Namun, perlu diperhatikan lagi, bahwa chips ini tidak 100 menggunakan tepung ubi jalar ungu sehingga penurunan kadar serat kasar masih dapat diterima.

b. Analisis Antosianin