Analisis Antosianin Analisis Formulasi Terpilih

64 Penurunan kadar protein disebabkan karena adanya penggunaan maizena dalam adonan yang sebanyak 10. Seperti yang kita ketahui, maizena merupakan pati jagung. Pati merupakan komponen karbohidrat sehingga otomatis tidak menyumbangkan protein dalam produk ini, seandainya menyumbangkan protein pun diperkirakan jumlahnya sangat kecil sehingga tidak dapat meningkatkan kadar protein secara signifikan. Selain itu, ada pula kemungkinan protein semula rusak selama proses penggorengan. Meskipun proses penggorengan dilakukan secara singkat, antara 5 – 10 detik, masih dimungkinkan terjadinya kerusakan karena suhu penggorengan yang digunakan adalah 190 o C. Serat kasar dari produk diperoleh sebesar 3,10 bb. Bila dibandingkan dengan serat kasar tepung ubi jalar ungu yang sebesar 3,60 bb, dapat dikatakan terjadi penurunan yang cukup signifikan. Penggorengan mengakibatkan terbentuknya crust pada bagian permukaan produk. Sebagian besar crust sifatnya tidak dapat tercerna oleh komponen enzim di dalam tubuh sehingga mengakibatkan peningkatan jumlah serat kasar pada produk Hadisetiawati, 2005. Namun, perlu diperhatikan lagi, bahwa chips ini tidak 100 menggunakan tepung ubi jalar ungu sehingga penurunan kadar serat kasar masih dapat diterima.

b. Analisis Antosianin

Proses pengolahan yang lebih lanjut terhadap tepung ubi ungu dikhawatirkan dapat menurunkan kadar antosianin awal yang terdapat dalam tepung ini. Kondisi penggorengan pada suhu yang teramat sangat tinggi yaitu sekitar suhu 190 o C merupakan kondisi yang paling kritis karena seperti yang kita ketahui bahwa antosianin akan rusak dan rusak secara signifikan apabila terpapar suhu diatas 65 o C. Tepung bahan baku telah diukur kadar antosianinnya terlebih dahulu sebelum digunakan dan diperoleh kandungan antosianinnya sebesar 3233,7390 mg CyE L dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 13. Kandungan antosianin tepung ini berbeda dengan tepung 65 ubi jalar ungu di awal pada saat penentuan tepung terbaik yang dapat dilihat pada Lampiran 2 bagian teknik 2. Hal ini disebabkan karena bahan baku utamanya yaitu ubi jalar ungu basahnya berbeda. Meskipun varietas yang digunakan tetap sama, pada analisis awal umbi basah yang digunakan mayoritas terkena hama boleng, sedangkan yang digunakan untuk produksi tepung akhir dan pembuatan produk, umbi basah yang digunakan dalam kedaan mulus tidak terkena hama. Dapat disimpulkan bahwa kandungan antosianin pada ubi jalar ungu berpengaruh sensitif terhadap perbedaan waktu tanam dan terkena hama atau tidaknya. Produk chips ubi jalar ungu memiliki kandungan total antosianin sebanyak 2815,4320 mg CyE L dan dapat dilihat pada Lampiran 14. Apabila dibandingkan dengan kandungan antosianin pada bahan baku, tidak terjadi penurunan kandungan antosianin yang cukup signifikan, hanya sekitar 400 mg CyE L atau sekitar 12,94. Dapat disimpulkan bahwa produk chips ini masih memiliki kandungan antosianin yang masih cukup tinggi meskipun telah melalui proses penjemuran dan penggorengan pada suhu 190 o C. Hal ini kemungkinan disebabkan dengan adanya interaksi antara antosianin yang berikatan dengan komponen pati pada ubi jalar sendiri Eskin, 1979, yang kemudian berikatan pula dengan komponen pati jagung yang memang sengaja ditambahkan ke dalam adonan untuk memperbaiki penerimaan konsumen terhadap produk ini.

c. Analisis Warna