Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang biasanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit dan dapat merangsang, menghambat atau mengubah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. ZPT ini mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ Gunawan,
1987
D. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan kultur in vitro antara lain derajat keasaman pH, kelembaban, cahaya dan temperatur
Gunawan 1995. Faktor lingkungan tersebut berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan differensiasi.
Kelembaban relatif RH lingkungan yang dibutuhkan biasanya mendekati 100. RH di sekitar kultur akan mempengaruhi pola perkembangan Gunawan,
1995. Bila kelembaban ruangan rendah, penguapan air dari media kultur akan terlalu besar. Dalam hal ini kelembaban perlu dinaikkkan. Sebaliknya apabila
kelembaban udara kultur tinggi, akan menyebabkan pertumbuhan mikroba di luar wadah kultur Wetherell, 1982.
2.3 Karakteristik BAPdan TDZ
BAP dan TDZ merupakan zat pengatur tumbuh yang masuk dalam katagori sitokinin, dengan tujuan pemakaian untuk memacu pertumbuhan tunas dan kalus.
BAP dan TDZ adalah senyawa kimia dengan ikatan kompleks.
2.3.1 BAP Benzylaminopurin
BAP Benzylaminopurin merupakan zat pengatur tumbuh yang tergolong
kedalam sitokinin sintetik yang penggunaannya dipengaruhi oleh ZPT
lainnya. Sitokinin mempengaruhi berbagai proses fisiologi di dalam tanaman. Aktivitas utama sitokinin adalah sitokinesis
atau pembelahan sel. Aktivitas ini yang menjadi kriteria utama untuk menggolongkan suatu zat pengatur tumbuh ke dalam sitokinin Wattimena 1988.
Gambar 2 Struktur kimia BAP.
Berbeda dengan auksin dan giberelin, sitokinin hanya sedikit yang di translokasikan melalui jaringan hidup tanaman. Sitokinin dibawa secara pasif
sepanjang aliran transpirasi pada xilem dari akar yang merupakan sumber utama menuju bagian-bagian lain dari tanaman Krishnamoorty 1981 dalam Hartini
1996. Salah satu jenis hormon dari kelompok sitokinin yang paling banyak
digunakan adalah BAP. Hal ini karena BAP dinilai lebih stabil, tidak mahal dan lebih efektif dibandingkan kinetin. BAP biasanya digunakan untuk induksi kalus
tapi yang terpenting adalah BAP dapat menginduksi pembentukan tunas, pucuk atau kecambah Bonga dan Durzan, 1982.
Kockankov et al
. 1989 dalam Hartini 1996 menyatakan BAP dapat menginduksi terjadinya transisi tunas generatif pada tanaman Rudbeckia bicolor.
Selain itu, BAP juga efisien dalam mendorong inisiasi tunas bunga tapi tidak mempengaruhi perkembangan tanaman selanjutnya. Total kandungan sitokinin
meningkat pada lapisan xilem pada 30 hari sebelum pembentukan bungan mencapai maksimum selama pembentukan tunas bunga dan mencapai maksimum
selama pembentukan tunas bunga serta saat mekar penuh. Penggunaan BAP dengan konsentrasi tinggi dan waktu yang lama seringkali
menyebabkan regenerant sulit berakar dan dapat menyebabkan penampakan pucuk abnormal. Hal ini jelas terlihat pada kultur pucuk Asparagus officinalis
Wattimena 1998.
2.3.2 TDZ Thidiazuron
Thidiazuron juga masuk dalam kelompok ZPT sitokinin sintetik sama seperti BAP. Menurut
Tefera dan Wannakrairoj 1897 dalam Kusmianto 2008, TDZ dapat berperan dalam menstimulasi
produksi sitokinin endogen. Kende dan Zaavaart 1997 dalam Kusmianto 2008 lebih lanjut
menjelaskan bahwa TDZ juga memiliki peran sebagai inhibitor sitokinin oksidase yang merupakan enzim menghilangkan keaktifan sitokinin tipe adenin bebas.
Gambar 3 Struktur kimia TDZ.
Oleh karena itu TDZ dapat meningkatkan kerja sitokinin lain, baik sitokinin eksogen ataupun sitokinin endogen.
Thidiazuron merupakan salah satu sitokinin tipe phenylurea sintetik yang memiliki kemampuan lebih baik dalam menginduksi tunas, di antara sitokinin lain
seperti zeatin, benzylaminopurin dan kinetin Mok dan Mok 2001; Kou et al. dalam
Kusmianto, 2008.
2.4 Fungsi Unsur dalam Media Tanam