Perubahan morfologi daun menjadi bengkak.

4.2 Pengaruh Pemberian ZPT BAP dan TDZ.

Perkembangan eksplan daun pascapenanaman yang dapat diamati adalah perubahan morfologi menjadi bengkak dan berkalus. Bengkak merupakan perubahan morfologi daun akibat pembelahan sel-sel yang terdapat pada daun namun belum menembus lapisan epidermis daun sehingga daun tampak mengembang dan keriput. Menurut Santoso 2001 kalus adalah sekumpulan sel amorphopalus yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang membelah diri secara terus menerus. Sedangkan kalus merupakan masa proliferasi pembiakan yang subur massa jaringan yang belum terdiferensiasi terbentuk karena adanya sel-sel yang kontak dengan media terdorong menjadi meristematik dan selanjutnya aktif mengadakan pembelahan seperti jaringan penutup luka. Kalus terbentuk akibat adanya kandungan auksin pada eksplan yang cukup tinggi dan kandungan sitokinin yang sangat rendah atau tidak ada sehingga auksin dapat menginduksi pembentukan kalus pada berbagai jenis batang Salisbury dan Cleon 1995 dalam Hidayat 2009.

4.2.1 Perubahan morfologi daun menjadi bengkak.

Tabel 3. Hasil sidik ragam Anova pengaruh perlakuan BAP danatau TDZ terhadap perubahan morfologi bengkak eksplan daun ZPT Pengamatn ke- MST 1 2 3 4 5 6 7 8 BAP tn sn sn sn sn sn sn sn TDZ tn n n n n n n n BAPTDZ tn n n n tn tn tn tn Keterangan : tn : Tidak berpengaruh nyata n : Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 sn : Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 95 Berdasarkan hasil uji analisis sidik ragam kombinasi hormon BAP dengan TDZ pada selang kepercayaan 95 maka dapat diketahui pemberian hormon BAP pada perlakuan kombinasi hormon tersebut memberikan pengaruh yang sangat nyata mulai 2 MST hingga 8 MST terhadap skor luas bengkak. Pemberian hormon TDZ pada perlakuan kombinasi hormon tersebut memberikan pengaruh yang nyata mulai 2 MST hingga 8 MST terhadap skor luas bengkak. Interaksi BAP dengan TDZ memberikan pengaruh yang nyata terhadap skor luas bengkak hanya pada selang 2 MST hingga 4 MST saja. Untuk melihat beda antar perlakuan pada hormon BAP, TDZ dan interaksinya dilakukan uji lanjut wilayah Duncan Tabel 4. Pengaruh perlakuan kombinasi hormon BAP dan TDZ terhadap rata-rata skor luas bengkak Perlakuan ppm Pengamatn ke- MST 1 2 3 4 5 6 7 8 Kontrol 0a 0,5ed 0,85dc 0,95dc 0,95c 0,95c 0,95c 0,95c BAP 1 0a 1,3ba 1,5ba 1,65ba 1,65ba 1,65ba 1,65ba 1,65ba BAP 2 0a 0,8bedc 0,9bdc 0,95dc 0,95c 0,95c 0,95c 0,95c TDZ 0,05 0a 0,5ed 0,65d 0,65d 0,65c 0,65c 0,65c 0,8c TDZ 0,1 0a 0,5ed 1,05bdc 1,15bdc 1,15bc 1,15bc 1,15bc 1,35bac TDZ 0,5 0a 0,65edc 0,7dc 0,75d 0,75c 0,75c 0,75c 0,8c BAP 1 + TDZ 0,05 0a 0,35ed 1,2bdc 1,2bdc 1,2bc 1,2bc 1,2bc 1,2bc BAP 1 + TDZ 0,1 0a 1,1bac 1,5ba 1,6ba 1,6ba 1,6ba 1,6ba 1,6ba BAP 1+ TDZ 0,5 0a 1,55a 1,85a 1,85a 1,85a 1,85a 1,85a 1,85a BAP 2 + TDZ 0,05 0a 0,3ed 0,6d 0,6d 1,6ba 1,6ba 1,6ba 0,9c BAP 2 + TDZ 0,1 0a 0,85bdc 1,3bac 1,45bac 1,55ba 1,55ba 1,55ba 1,6ba BAP 2 + TDZ 0,5 0a 0,25e 1,05bdc 1,1bdc 1,1bc 1,1bc 1,1bc 1,1bc Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata untuk minggu yang sama pada uji DMRT 5 Hasil uji lanjut wilayah Duncan menunjukkan bahwa rata-rata skor luas bengkak tertinggi dihasilkan oleh kombinasi hormon BAP 1 ppm + TDZ 0,5 ppm. Kombinasi ini sudah memperlihatkan hasil yang berbeda pada 2 MST bernilai 1,55 dan mencapai puncaknya pada 3 MST dengan nilai 1,85. Sedangkan rata-rata jumlah daun terendah tiap MST berbeda, pada 2 MST nilai terendah dihasilkan pada kombinasi BAP 2 ppm + TDZ 0,5 ppm. pada 3 dan 4 MST niali terendah dihasilkan oleh kombinasi hormon BAP 2 ppm + TDZ 0,05 ppm. Pada 5 MST hingga 8 MST rata-rata skor luas bengkak terendah terjadi pada TDZ 0,05 ppm. Penambahan hormon BAP 2 ppm, TDZ 0,05;0,1;0,5ppm, BAP 1 ppm + TDZ 0,05 ppm, BAP 2 ppm + TDZ 0,05 ppm, BAP 2 ppm + TDZ 0,5 ppm memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap rata-rata skor luas bengkak. Gambar7 Grafik pertambahan skor luas bengkak mingguan eksplan daun A. malaccensis . Peningkatan skor luas bengkak sangat signifikan terjadi pada 1 MST hingga 2 MST, 2 MST hingga 3 MST pertambahan cenderung berkurang dan relatif tidak terjadi penambahan skor luas bengkak hingga 8 MST. Hal ini menunjukkan MST optimum terjadinya bengkak yaitu pada 1 MST hingga 3 MST pada saat stok makanan masih banyak tersedia di media tanam.

4.2.2 Muncul kalus