5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; 6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan 8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.
Selain itu, pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi JKN pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama FTKP milik Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan
Presiden No. 32 Tahun 2014. Tertera pada Pasal 12, bahwa dana kapitasi JKN di FTKP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud meliputi jasa pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan di FKTP atau puskesmas ditetapkan sekurang-
kurangnya 60 enam puluh persen dari total penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan yang
meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Dalam hal ini, biaya operasional pelayanan
kesehatan lainnya termasuk juga dana upaya promotif dan preventif.
5.1.2 Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan UU No.362009 tentang Kesehatan. Sebagai pelaksana
Universitas Sumatera Utara
upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai
tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. Puskesmas Belawan yang menyediakan fasilitas rawat inap ini hanya
memiliki dua dokter umum, satu dokter gigi, dan enam perawat. Akibatnya, satu dokter bisa bekerja selama 24 jam dalam sehari. Padahal salah satu dokter tersebut
menjabat sebagai Kepala Puskesmas. Menurut Kepala Puskesmas Belawan, dr. Adi Raja Brando Lubis, puskesmas rawat inap idealnya memiliki lima dokter.
Menurutnya, Puskesmas Belawan masih membutuhkan tenaga medis dokter umum. Selain itu, menurut pernyataan beberapa informan, tenaga penyuluh kesehatan
yang masih belum mencukupi menyebabkan kegiatan promotif dan preventif berjalan kurang optimal. Hal ini dikarenakan beberapa tenaga penyuluh kesehatan memiliki
jabatan rangkap, sehingga terkadang ketika hendak melakukan penyuluhan di luar puskesmas terbentur dengan pekerjaan di dalam puskesmas yang harus segera
diselesaikan. Maka terjadi tumpang tindih dalam pekerjaan. Dalam menghadapi kemungkinan jumlah pasien yang cukup banyak setiap
harinya, maka tenaga kesehatan yang diperlukan juga harus mencukupi. Namun kenyataan yang terjadi di Puskesmas Belawan, seorang bidan sebagai penanggung
jawab Program KIAKB melakukan pengobatan, menyuntik sekaligus memberikan penyuluhan. Hal ini terjadi karena bidan-bidan yang lain sedang menempuh
pendidikan. Dalam hal ini, maka pekerjaan menjadi tidak proporsional. Menurut Depkes 2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi Bidang
Kesehatan disebutkan bahwa dalam memantapkan sistem manajemen sumber daya
Universitas Sumatera Utara
manusia kesehatan perlu dilakukan peningkatan dan pemantapan perencanaan, pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan.
Pemerintah harus memperbanyak secara signifikan jumlah tenaga kesehatan baru, terutama untuk mendukung program promotif dan preventif kesehatan.
Penanggung jawab KIAKB sekaligus bidan dan penyuluh kesehatan ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Belawan, Marry Marpaung, menyarankan agar
para tenaga kesehatan lebih sering diberikan pelatihan. Hal ini menandakan bahwa para tenaga kesehatan di Puskesmas Belawan kurang diberikan pendidikan dan
pelatihan. Ketenagaan promosi kesehatan secara kuantitas masih kurang memadai, serta dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan yang ada.
Peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan yang sudah ada untuk menambah pengetahuan terutama mengenai
isu-isu kesehatan terbaru serta memproduksi khusus tenaga promotor kesehatan. Pengembangan pendidikan promosi kesehatan diarahkan untuk menghasilkan tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat dalam bidang promosi kesehatan.
5.1.3 Pendanaan