Value For Money Analisis kinerja keuangan pemerintah menggunakan metode value for money : studi kasus Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

4. Audit Ekonomi dan Efisiensi Audit ekonomi dan efisiensi ditujukan pada pengeluaran yang dianggap tidak perlu, sia-sia, tidak bermanfaat atau berlebihan, dan perjanjian keuangan dianggap merugikan. The General Accounting Office Standards 1994 menegaskan bahwa audit ekonomi dan audit efisiensi dilakukan dengan mempertimbangkan: 1 mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat; 2 melakukan pengadaan sumber daya sesuai dengan kebutuhan pada biaya terendah; 3 melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai; 4 menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya; 5 menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang berlebihan; 6 menggunakan prosedur kerja yang efisien; 7 menggunakan sumber daya yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barangjasa dengan kuantitas dan kualitas yang tepat; 8 mematuhi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara; 9 melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Audit Efektivitas Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan. 1 tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan; 2 kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya; 3 apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah. Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah 1 menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah perjalan, apakah sudah memadai dan tepat; 2 menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan; 3 menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisahsendiri-sendiri; 4 mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan memuaskan; 5 menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan dengan biaya yang lebih rendah; 6 menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau bertentangan dengan program lain yang terkait; 7 mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik; 8 menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk program tersebut; 9 menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program. Menurut Mardiasmo 2002:13 secara garis besar pengukuran kinerja menggunakana metode Value for Money mengandung elemen-elemen sebagai berikut. Distribusi Manfaat Outcome Gambar 2.2 Elemen-elemen Pengukuran Kinerja Value For Money Output Throughput Fungsi Produksi Equity dan Equality Efisiensi 2 Efektivitas Kapasitas Nilai Input Rp Input Efisiensi 1 VFM Ekonomi Dalam pengukuran kinerja sektor publik menggunakan Value for Money menurut Merdiasmo 2006:184, secara umum ada tiga kategori kegiatan yang dilakukan yaitu. 1. ‘By-product’ VFM work Pekerjaan VFM audit yang merupakan tujuan sekunder di samping pekerjaan-pekerjaan utama yang lebih penting, pekerjaan ini biasanya kurang terstruktur dibandingkan dengan kegiatantugas yang lainnya. Tipe pekerjaan ini biasanya berupaya untuk mencari penghematan dengan jalan melakukan sedikit perubahan dalam praktik kerja. Perubahan yang dilakukan mungkin hanya sebagian kecil tapi seringkali memiliki manfat yang substansial. 2. An ‘Arrangement Review’ Pekerjaan VFM audit yang dilakukan untuk menjaminmemastikan bahwa klien telah melakukan tugas administrasi yang diperlukan untuk mencapai VFM. Dalam organisasi yang memberikan jasa yang komplek, operasi yang ekonomis, efisien, dan efektif hanya dapat dilakukan jika terdapat serangkaian teraturan formal untuk mengontrol penggunaan sumber daya. Auditor dapat mengecek dan menilai keberadaan peraturan formal semacam ini. Arrangement Review akan memberikan gambaran bagi auditor untuk me-Review kinerja dan mereview jasa- jasa tertentu. 3. Performance Review Pekerjaan yang dilakukan untuk menilai secara objektif VFM yang telah dicapai oleh klien dan membadingkannya dengan kriteria yang valid. Penilaian terhadap kinerja klien dapat dilakukan dengan membandingkan hasil yang telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dicapai dengan kinerja masa lalu, target yang telah ditetapkan sebelumnya atau kinerja organisasi sejenis lainnya. Indikator efisiensi dan efektivitas harus digunakan secara bersama-sama, karena di satu pihak, mungkin pelaksanaannya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisie akan tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai dengan target yang diharapkan, begitu juga sebaliknya. Jika program dapat dilakukan dengan efisien dan efektif maka program tersebut dapat dikatakan cost-effectivenes. Menurut Mardiasmo 2006:182 langkah-langkah pengukuran Value for Money adalah sebagai berikut. Nilai Input EKONOMI hemat Outcome Input Proses Output EFISIENSI berdaya guna EFEKTIVITAS berhasil guna Cost- Effectiveness Tujuan Rp Gambar : 2.3 Pengukuran Value For Money

F. Kemandirian

Menurut Halim 2002:128 gambaran citra kemandirian daerah dalam masa otonomi daerah dapat diketahui melalui berapa besar kemampuan sumber daya keuangan untuk daerah tersebut, agar mampu membangun daerahnya disamping mampu pula untuk bersaing secara sehat dengan kabupaten lainnya dalam mencapai otonomi yang sesungguhnya. Upaya nyata didalam mengukur tingkat kemandirian yaitu dengan membandingkan besarnya realisasi PAD dengan total pendapatan daerah. Tingkat Kemandirian = imaanDaeah TotalPener AsliDaerah Pendapa tan Tingkat kemandirian menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam membangun daerah. Semakin tinggi tingkat kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama PAD. Menurut Nadeak 2003 secara konsepsional, pola hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, harus di lakukan dengan kemampuan keuangan daerah dalam membayai pelaksanaan pemerintah dan pembangunan, walaupun pengukuran kemampuan keuangan daerah ini akan menimbulkan perbedaan. Ada empat macam pola yang memperkenalkan ‘hubungan situasional” yang dapat digunakan dalam pelaksanaan otonomi daerah, terutama pelaksanaan Undang- Undang nomor 25 tahun 1999 yang telah diubah menjadi Undang-Undang nomor 33 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan daerah” Halim, 2002:168-169, antara lain: 1 Pola hubungan instruktif, peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah pusat. daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah 2 Pola hubungan konsultatif, campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi. 3 Pola hubungan partisipatif, peranan pemrintah semakin berkurang mengingat pemerintah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi daerah; 4 Pola hubungan delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah sudah benar-benar mampu mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah. Bertolak dari tersebut, karena adanya potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, akan terjadi pula perbedaan pola hubungan dan tingkat kemandirian sauatu daerah.

G. Analytical Procedure

Analytical procedure merupakan bagian dari analisis selisih anggaran, dimana pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara anggaran dengan realisasi tanpa melihat keberhasilan program. Analytical procedure digunakan untuk mengukur kemampuan organisasi sektor publik terutama pure non profit misalnya instansi pemerintah, dalam menghasilkan pendapatan untuk pembiayaan pemerintahan dengan cara membuat rasio kemandirian.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitan yang digunakan berupa studi kasus. Studi kasus adalah suatu penelitian terhadap suatu objek dimana hasil dari penelitian tersebut hanya berlaku bagi objek tempat penelitian dilakukan dan dalam jangka waktu tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat : Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat 2. Waktu : Januari 2008

C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah Sub Dinas Pendapatan Daerah, Kantor Pajak dan Kantor Statistik Daerah Kabupaten Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat 2. Objek Penelitian Objek yang diteliti adalah data penerimaan dan pengeluaran pendapatan daerah tahun 2003-2007 pada Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara: Teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek peneliti. 2. Dokumentasi: Teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh data dengan memanfaatkan catatan-catatan atau dokumen yang ada di Pemerintah Daerah kabupaten Sanggau Kalimantan Barat

E. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan pertama tentang ekomonis, efisiensi dan efektivitas Pendapatan Asli daerah, penulis menggunakan. 1. Teknik Pengukuran Value for Money a Tingkat ekonomi Mengukur tingkat kehematan dari pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh organisasi sektor publik. Tingkat ekonomi = 100 Re x ngeluaran AnggaranPe geluaran alisasiPen Kriteria ekonomi adalah: • Jika diperoleh nilai kurang dari 100 x 100 berarti ekonomis. • Jika diperoleh nilai sama dengan 100 x =100 berarti ekonomis berimbang.