Sumber Keuangan Pemerintah Daerah

3. Dana bagi hasil Berdasarkan pasal 11 ayat 1 sampai dengan 3 Dana Bagi Hasil diatur sebagai berikut. 1 Pajak a. Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB, dengan pembagian 10 untuk pemerintah pusat dan 90 untuk pemerintah daerah. Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut. 9 16.2 untuk daerah propinsi yang bersangkutan dan disetorkan ke rekening kas daerah propinsi; 9 64.8 untuk daerah kabupatankota yang bersangkutan dan disetorkan ke rekening kas kabupatenkota; 9 9 untuk biaya pemungutan dan disetorkan ke rekening kas negara dan kas daerah. b. Bagian daerah dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dengan pembagian 20 untuk pemerintah pusat dan 80 untuk pemerintah daerah. Bagian daerah dari penerimaan Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah sebagai berikut: 9 16 untuk daerah propinsi yang bersangkutan dan disetorkan ke rekening kas daerah propinsi; 9 64 untuk daerah kabupatankota yang bersangkutan dan disetorkan ke rekening kas kabupatenkota. c. Bagian daerah dari Pajak Penghasilan PPh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam Pasal 13 ayat 1 Undang- Undang NO. 33 Tahun 2004 dinyatakan bahwa Dana Bagi Hasil dari penerimaan pajak penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 2 huruf c, yang merupakan bagian daerah adalah sebesar 20 dan Dana Bagi Hasil di Pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Dalam Negeri dan Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibagi dengan imbalan 60 untuk kabupatenkota dan 40 untuk provinsi. 2 Sumber Daya Alam a. Sektor Kehutanan Penerimaan iuran hak pengusahaan hutan ƒ Bagian daerah dari penerimaan negara iuran Hak Pengusahaan Hutan dibagi: 9 16 untuk daerah propinsi yang bersangkutan; 9 64 untuk daerah kabupatenkota penghasil. ƒ Bagian daerah dari penerimaan provisi Sumber Daya Hutan dibagi: 9 16 untuk daeah propinsi yang bersangkutan; 9 32 untuk daerah kabupatenkota penghasil; 9 32 untuk daerah kabupatenkota lain dalam propinsi yang besangkutan. b. Sektor pertambangan umum ƒ Penerimaan iuran tetap land-rent Penerimaan iuran tetap yaitu seluruh penerimaan iuran yang diterima negara sebagi imbalan atas kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi dan eksploitasi pada suatu wilayah kuasa pertambangan. Bagian daerah dari penerimaan negara iuran tetap adalah: 9 16 untuk daerah propinsi yang bersangkutan; 9 64 untuk daerah kabupatenkota. ƒ Penerimaan iuran eksploitasi dan iuran ekplorasi royalty Penerimaan iuran eksploitasi dan iuran ekplorasi adalah iuran produksi yang diterima negara dalam hal pemegang kuasa pertambangan ekplorasi, mendapat hasil berupa bahan galian yang tergali atas kesempatan ekplorasi yang diberikan kepadanya serta atas hasil yang diperoleh dari usaha pertambangan ekploitasi satu atau lebih lahan galian. Bagian daerah dari penerimaan iuran eksploitasi dan iuran ekplorasi adalah sebagai berikut: 9 16 untuk propinsi; 9 32 untuk daerah kabupatenkota; 9 32 untuk daerah kabupatenkota lainnya. c. Perikanan Dengan pembagian 20 untuk pemerintah pusat dan 80 untuk pemerintah daerah. Bagian daerah dari penerimaan sektor perikanan adalah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ƒ Penerimaan pungutan pengusaha perikanan dibagi: 9 16 untuk pemerintah propinsi yang bersangkutan; 9 64 untuk kabupatenkota penghasil. ƒ Penerimaan pungutan hasil perikanan di bagi: 9 16 untuk daerah provinsi yang bersangkutan; 9 32 untuk daerah kabupatenkota penghasil; 9 32 untuk daerah kabupatenkota lain dalam provinsi yang bersangkutan. d. Pertambangan minyak bumi. Dengan pembagian 85 untuk pemeintah pusat, 15 untuk daerah. Bagian daerah dari penerimaan sektor pertambangan minyak bumi adalah sebagai berikut: 9 3 untuk provinsi; 9 6 untuk kabupatenkota penghasil; 9 6 untuk kabupatenkota lain dalam provinsi yang bersangkutan. e. Pertambangan gas alam. Dengan pembagian 70 untuk pemerintah pusat, 30 untuk daerah. Bagian daerah dari penerimaan sektor pertambangan gas alam adalah sebagai berikut: 9 6 untuk provinsi; 9 12 untuk kabupatenkota penghasil; 9 12 untuk kabupatenkota lain dalam provinsi yang besangkutan. f. Pertambangan panas bumi Pertambangan panas bumi merupakan penerimaan negara bukan pajak yang dibagi dengan imbangan 20 untuk pemerintah pusat dan 80 untuk daerah. Bagian daerah dari penerimaan sektor pertambangan panas bumi adalah sebagai berikut: 9 16 untuk provinsi yang bersangkutan; 9 32 untuk kabupatenkota penghasil; 9 32 untuk kabupatenkota lainnya dengan provinsi yang bersangkutan. Berikut ini adalah tabel perincian Dana Bagi Hasil Marbun 2005:175. Tabel 2.1 Dana Bagi Hasil No Penerimaan Negara Pusat Daerah 1 Pajak Bumi dan bangunan PBB 10 90 2 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB 20 80 3 Pajak Penghasilan PPh 80 20 4 Dana Reboisasi 60 40 5 Pertambangan Umum 20 80 6 Pertambangan Minyak Bumi 84.5 15.5 7 Pertambangan Gas Bumi 69.5 30.5 8 Pertambangan Panas Bumi 20 80 9 Iuran Hak Pengusahaan Hutan IHPH 20 80 10 Perikanan 20 80 4. Pajak yang Dipungut Daerah Tingkat II Jenis pajak dan tarif pajak menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 1999 tentang pajak dan retribusi daerah Jenis pajak dan tarif pajak kabupatenkota terdiri dari: 1 Pajak Hotel 10 2 Pajak Restoran 10 3 Pajak Reklame 25 4 Pajak Penerangan Jalan 10 5 Pajak Hiburan 35 6 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20 7 Pajak Parkir 20 5. Tolak ukur untuk menilai pajak daerah Untuk menilai berbagai pajak daerah yang ada, digunakan ukuran Devas, 1989: 61-62 sebagai berikut: 1 Hasil Yield Memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitan dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besar hasil itu dan elastisitas hasil pajak dengan hasil pungutnya. 2 Keadilan Equity Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang- wenang serta pajak bersangkutan harus adil secara horizontal artinya beban pajak harusnya sama besar antara berbagai kelompok berbeda tapi dengan kedudukan ekonomi yang sama, harus adil secara vertikal artinya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kelompok yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar memberikan sumbangan yang lebih besar dari pada kelompok yang tidak banyak memiliki sumber daya ekonomi. Pungutan tersebut harus adil dalam arti tidak ada perbedaan-perbedaan besar dan sewenang-wenang dalam beban pajak dari suatu daerah ke daerah lain, kecuali jika perbedaan itu mencerminkan perbedaan dalam cara menyediakan layanan masyarakat. 3 Daya Guna Ekonomi Economic Efficiency Pajak hendaknya mendorong atau setidak-tidaknya tidak menghambat penggunaan sumber daya secara berdaya guna dalam kehidupan ekonomi. 4 Kemampuan Melaksanakan Ability to Implement Suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan, dari sudut kemauan politik dan kemauan tata usaha. 5 Kecocokan sebagai Sumber Penerimaan Daerah Suitability as a Local Revenue Source Harus jelas kepada daerah mana suatu pajak dibayarkan dan tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak, pajak tidak mudah dihindari dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah ke daerah lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Retribusi Daerah Local Retribution

1. Pengertian Retribusi Retribusi daerah menurut Supriatno 1993: 139 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu, yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Retribusi daerah menurut Munawir 1990: 4 adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan, dapat balik secara langsung dan dapat ditunjuk. Unsur-unsur yang melekat pada retribusi sebagai berikut: 1 Pungutan retribusi harus berdasarkan Undang-undang; 2 Sifat pungutannya dapat dipaksakan; 3 Pungutan dilakukan oleh negara; 4 Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum; 5 Kontraprestasi imbalan langsung dapat di rasakan oleh pembayar retribusi. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam retribusi daerah, Samudra 1995:51 yaitu. 1 Adanya pelayanan langsung yang sebagai imbalan pungutan yang dikenakan; 2 Terdapat kebebasan untuk memilih pelayanan; 3 Ongkos pelayanan tidak melebihi dari pungutan yang dikenakan untuk pelayanan yang diberikan Penerimaan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah dan diperlukan oleh masyarakat. Dilihat dari objeknya, retribusi daerah masih dapat dikembangkan melalui peningkatan jasa pelayanan, sepanjang jasa pelayanan yang diberikan tersebut benar-benar nyata, tidak dibuat-buat dan dibutuhkan oleh masyarakat. Namun demikian, retribusi tersebut tidak dapat dipungut terlalu tinggi dan tidak boleh merintangi keluar masuknya barang atau pengangkutan barang ke dalam atau keluar daerah bersangkutan. Retribusi daerah merupakan pendapatan yang tidak kecil di dalam mengisi keuangan daerah. karena mempunyai arti penting bagi semua pihak, maka berlakunya peraturan tentang retribusi daerah perlu pengesahan dulu oleh pemerintah dan sesuai dengan peraturan yang ditentukan dalam peraturan pemerintah. Ciri-ciri pokok retribusi Kaho, 1997:152 adalah sebagai berikut. 1 Retribusi dipungut oleh daerah Dalam pungutan retribusi daerah terdapat hal yang diberikan daerah yang langsung dapat ditunjuk. 2 Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau mengeyam jasa yang diberikan atu disediakan pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000, tentang pajak dan retribusi dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang jenis- jenis retribusi daerah, terdapat ketentuan mengenai objek, subjek dan jenis masing-masing retribusi Prakosa, 2003: 89 yaitu sebagai berikut. a. Retribusi Jasa Umum Retribusi jasa umum adalah pelayanaan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfataan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah sebagai berikut: 1 Retribusi pelayanan kesehatan; 2 Retribusi persampahaan dan kebersihan; 3 Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk KTP dan Akte Catatan Sipil; 4 Retribusi pelayanaan pemekaman dan pengabuan mayat; 5 Retribusi parkir di jalan umum; 6 Retribusi pasar; 7 Retribusi air bersih; 8 Retribusi pengujian kendaraan bermotor; 9 Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran; 10 Retribusi alat cetak peta; 11 Retribusi pengujian kapal perikanan. b. Retribusi Jasa Usaha Retribusi jasa usaha adalah pelayanaan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pelayanaan tersebut belum cukup disedikan oleh swasta. Jenis retribusi jasa usaha adalah sebagai berikut: 1 Retribusi pemakain kekayaan daerah; 2 Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan; 3 Retribusi terminal; 4 Retribusi tempat khusus parkir; 5 Retribusi tempat penitipan anak; 6 Retribusi tempat penginapan atau villapesanggrahan; 7 Retribusi penyedotan kakus; 8 Retribusi rumah potong hewan; 9 Retribusi tempat pendaratan kapal; 10 Retribusi penyeberangan di atas air; 11 Retribusi pengelolaan limbah cair; 12 Retribusi penjualan produksi usaha daerah; c. Retribusi Perizinan tertentu Retribusi Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu adalah sebagai berikut: 1 Retribusi izin peruntukan penggunaan tanah; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Retribusi izin mendirikan bangunan; 3 Retribusi izin tempat penjualaan minuman beralkohol; 4 Retribusi izin izin gangguan; 5 Retribusi trayek; 6 Retribusi pengambilan hasil hutan. d. Tata cara pemungutan retribusi daerah Pemungutan retribusi daerah tidak bisa diborongkan dan dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan. Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sangsi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagih Retribusi Daerah.

c. Bagian Laba BUMD

Sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah dalam menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanaan kepada masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan atas dasar nirlaba atau atas dasar mencari laba. Apabila kegiatan yang dilakukan atas dasar nirlaba maka pembiayaannya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, sedangkan jika kegiatan yang dilakukan atas dasar mencari laba maka pembiayaan kegiataan itu dilakukan dalam bentuk perusahaan, tepatnya perusahaan daerah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Undang-undang yang menjadi dasar pendirian perusahaan daerah ini adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Perusahaan Daerah, yang tujuannya untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya, dan pembangunan ekonomi nasional umumnya, dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mengutamakan indutrialisasi dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur. Jernis-jenis perusahaan daerah yang terdapat di Indonesia meliputi kegiatan : 1 Penyediaan air minum; 2 Pengelolaan persampahaan; 3 Pengelolaan air kotor; 4 Rumah pemotongan hewan; 5 Pengelolaan pasar; 6 Pengelolaan objek wisata; 7 Pengelolaaan sarana wisata; 8 Perbankan dan pengkreditan; 9 Penyediaan perumahaan dan permukiman; 10 Penyediaan transportasi; 11 Industri lainnya; 12 Jasa lainnya.

d. Penerimaan dari Dinas-Dinas

Penerimaan dari Dinas-dinas menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah adalah penerimaan dari Dinas- dinas yang tidak merupakan penerimaan dari pajak dan retribusi daerah, misalnya dinas Pertanian, dinas peternakan, dinas kesehatan, dan lain-lain. Dinas-dinas daerah bertugas dan berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa memperhitungkan untung dan rugi, tetapi dalam batas-batas tertentu dapat didayagunakan dan bertindak sebagai organisasi ekonomi dan pelayanan jasa. Sekalipun dinas-dinas daerah telah ditetapkan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah PAD, tetapi tidak berarti sumbangan riil yang diberikan sektor ini cukup besar karena dalam kenyataan sektor ini hanya sedikit memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah.

e. Penerimaan Lain-lain yang Sah Other receips

Penerimaan lain-lain terdiri dari hasil penjualan milik daerah, misalnya penjualan barang-barang bekas, cicilan kendaraan bermotor roda empat dan roda dua, cicilan rumh yang dibangun oleh pemerintah daerah, penerimaan jasa daerah Kas Giro dan lain-lain. Penerimaan daerah dari sektor ini memiliki proporsi yang lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan dari dinas-dinas. Bagi daerah pemasukan kas daerah dari sumber penerimaan lain-lain memang tidak begitu besar tetapi diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk membiayai pengeluaran pembangunan yang akan di selesaikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Dana Perimbangan

Berdasarkan Pasal 1 butir 18 Undang-Undang No.33 Tahun 2004 disebutkan dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah merupakan suatu sistem pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antara daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan, dengan pemperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut. Susunan dana perimbangan menurut pasal 10 ayat 1 dan 2 Undang- Undang No.33 tahun 2004 adalah sebagai berikut.

a. Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil adalah salah satu komponen Dana Perimbangan yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan perhitungan alokai keuangan berdasarkan angka prosentase dari daerah penghasil untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil terdiri dari dana Bagi Hasil Pajak DBH-P dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak DBH-P.

b. Dana Alokai Umum DAU

DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan derah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

c. Dana Alokasi Khusus DAK

DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada dearah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain Pendapatan terdiri dari pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badanlembaga asing, badanlembaga internasional, pemerintah, badanlembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang danatau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Dana darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, danatau krisis solvabilitas.

C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD

Beberapa pengertian anggaran yang bisa ditunjukan adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Anggaran adalah suatu rencana financial yang biasanya mencakup jangka waktu satu tahun dan merupakan alat perencanaan jangka pendek dan pengendalian organisasi Anthony Govindarajan, 1998; b. Anggaran adalah suatu rencana terinci yang disusun secara sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber dari suatu organisasi dalam jangka waktu tertenu, biasanya satu tahun Suriyono, 2000; c. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial Mardiasmo, 2001.

1. Anggaran Sektor Publik

Dalam organisasi sektor publik anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan aktivitas yang penting karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap program maupun aktivitas. Anggaran sektor publik dapat berfungsi sebagai berikut. 1 Alat perencanaan Planning tool Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, beberapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut; 2 Alat pengendalian Control tool Anggaran sektor publik berfungsi sebagai instrumen yang dapat mengendalikan terjadinya pemborosan-pemborosan pengeluaran; 3 Alat kebijakan fiscal Fiscal tool Anggaran sektor publik digunakan sebagai instrumen yang dapat mencerminkan arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi, yang akan mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi; 4 Alat politik Political tool Anggaran sektor publik merupakan dokumen politik berupa komitmen dan kesepakatan antara pihak eksekutif dan legislatif atas penggunaan dana publik; 5 Alat koordinasi dan komunikasi. Coordination and Communication tool Anggaran sektor publik merupakan instrumen untuk melakukan koordinasi antar bagian dalam pemerintahan; 6 Alat penilaian kinerja Performance measurement tool Anggaran sektor publik merupakan wujud komitmen dari pihak eksekutif sebagai pemegang anggaran kepada pihak legislatif sebagai pemegang wewenang; 7 Alat pemotivasi Motivation tool Anggaran sektor publik dapat memotivasi pihak eksekutif beserta stafnya untuk bekerja sevara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan; 8 Alat untuk menciptakan ruang publik Public shhere Anggaran sektor publik merupakan wadah untuk menampung aspirasi dari kelompok masyarakat. Jenis anggaran sektor publik dibedakan menjadi dua, yaitu. 1 Anggaran operasional, yaitu anggaran yang berisi rencana kebutuhan sehari- hari oleh pemerintah pusatdaerah untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Belanja operasi merupakan bagian dari anggaran operasional . belanja operasi adalah belanja yang manfaatnya hanya untuk satu periode anggaran dan tidak dimaksudkan untuk menambah aset pemerintahan. Klasifikasi belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang noninventasi, pembayaran bunga utang, subsidi dan belanja operasional. 2 Anggaran modal atau investasi, yaitu anggaran yang berisi rencana jangka panjang dan pembelanjaan aktiva tetap. Belanja modal merupakan bagian dari anggarn modalinvestasi. Belanja modal adalah belanja yang dilakukan untuk investasi permanan, aset tetap, dan aset berwujud lainnya dalam menunjang kegiatan pemerintahan dan melakukan pelayanan kepada masyarakat.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 yang telah diudah, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahhun 2004 adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Pengertian APBN menurut Mamesah 1995: 20 adalah rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana disatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek- proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah terdiri atas: 1. Anggaran pendapatan, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah PAD, yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi UmumDAU dan Dana Alokasi Khusus DAK. Lain-lain pensapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat. 2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah.